Share

5. Meminta Restu

Author: ICARUS
last update Last Updated: 2025-12-15 10:15:30

“Mendapatkan… segalanya?”

Kaelith tersenyum samar. Tatapannya terus mengunci Lucy, tenang tapi cukup menekan.

“Termasuk balas dendam,” ucapnya pelan. “Apa pun yang mereka lakukan padamu nanti, aku pastikan mereka akan menerima pembalasan yang lebih kejam.”

“Tidak perlu sampai seperti itu…” cicit Lucy, suaranya mengecil di akhir kalimat.

Kaelith tidak langsung menjawab. Senyum samarnya memudar, digantikan dengan tatapan tenangnya.

 “Kau masih berpikir mereka akan berhenti jika kau diam saja?”

Lucy diam tak menjawab. Dan diamnya berarti iya.

Kaelith menegakkan tubuhnya. Ia menghela napas keras, tangan sambil memijat pelipis frustasi.

“Balas dendam bukan soal kemarahan, Lucy. Ini soal memastikan mereka tidak pernah punya kesempatan mengulanginya lagi.”

Lucy menunduk, jemarinya saling meremas. “Saya hanya… tidak ingin menimbulkan masalah yang tidak seharusnya.”

“Masalah itu sudah ada sejak mereka berani menyentuhmu,” balas Kaelith datar.

“Yang aku tawarkan hanya kendali atas bagaimana kau mengontrol semuanya.”

Lucy meneguk liurnya gugup. Jemarinya kembali saling meremas di pangkuan.

Kaelith… terlihat sungguh-sungguh dan tak bisa dibantah. Namun bagaimanapun itu, ia tetap harus memikirkannya dahulu.

Pernikahan dengan seorang kaisar… bukan hal main-main.

Lucy juga hanya bangsawan biasa. Apa yang akan dikatakan orang-orang jika mereka tahu istri dari kaisar adalah bangsawan rendahan seperti dirinya?

Tapi kesempatan seperti ini… jarang datang dua kali. Terlebih, orang yang menawarkan adalah pria paling berkuasa di kekaisaran ini—seorang kaisar.

Tak ada yang salah dengan menerima penawaran itu, bukan? Lagipula, pria itu bukan orang asing. Kaelith adalah teman masa kecilnya, dan Lucy bisa percaya padanya.

Kaelith… tidak sama seperti kedua “teman” yang sudah menyakitinya.

Setelah hening beberapa saat, Lucy akhirnya bersuara, “Yang Mulia… saya ingin memikirkannya terlebih dahulu.” 

Tak ada kemarahan, tak ada paksaan. Kaelith hanya menatapnya beberapa detik. Lalu ia mengangguk pelan.

“Tentu,” katanya singkat.

“Aku akan mengantarmu pulang,” ucapnya lagi, ia mengulurkan tangannya di hadapan Lucy.

Lucy refleks melambaikan tangannya panik. “Yang Mulia, itu tidak perlu—”

“Aku antar,” potong Kaelith singkat, mutlak dan tanpa nada tinggi. “Aku tidak berniat membiarkanmu kembali sendirian setelah apa yang terjadi hari ini.”

Lucy terdiam. Ia menatap tangan Kaelith beberapa detik, lalu perlahan menerima uluran itu.

Sentuhan mereka ringan, nyaris formal, tapi cukup untuk membuat jantung Lucy berdetak tak karuan.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Kaelith melangkah lebih dulu sambil menggenggam tangan Lucy lembut. Pipinya bersemu hangat saat melihat tautan itu, mengingatkannya pada masa kecil dulu.

Saat keduanya berjalan melewati lorong, tak satu pun pelayan berani bersuara ketika melihat Kaisar bersama seorang putri Baron.

“Tenang saja,” ucap Kaelith tiba-tiba. “Mereka tidak akan berani macam-macam selama mereka masih menghargai kepala mereka sendiri.”

Lucy tersentak kecil, lalu menoleh ke arahnya. Kaelith terlihat cukup tenang saat mengatakan kalimat seperti itu, dan itu membuatnya bergidik ngeri.

Sesampainya di luar, kereta kekaisaran sudah menunggu. Kaelith membuka pintu sendiri, menahannya hingga Lucy naik dengan aman, lalu ikut duduk di sampingnya. 

Kereta kekaisaran pun melaju meninggalkan istana, kali ini dengan suasana yang jauh lebih sunyi. Lucy duduk tegak, pandangannya menatap ke luar jendela, mencoba merapikan pikirannya yang masih kacau.

Tak lama kemudian, kereta berhenti. Kaelith turun lebih dulu, mengulurkan tangannya ke arah Lucy dan menuntunnya turun.

“Kau tidak perlu menjelaskan apa pun malam ini,” ucapnya singkat pada Lucy. “Istirahatlah.”

Lucy mengangguk pelan. “Terima kasih… atas hari ini.”

Kaelith mengangguk singkat. Lucy sempat melihat tangan pria itu tersentak kecil, tapi tak benar-benar bergerak.

“Hubungi aku jika kau sudah memutuskannya.”

***

“Kak, apakah kau baik-baik saja?!”

Lucy tersentak begitu Leon masuk begitu saja ke kamarnya. Tangannya refleks menahan perban di pelipisnya yang baru saja ia lepaskan.

“Leon—” napasnya tersengal kecil. “Ketuklah pintu kamarku dahulu, jangan mengagetkan aku seperti itu.”

Leon sudah berdiri di ambang pintu dengan wajah panik. Ia segera masuk dan menutup pintu di belakangnya. Matanya langsung tertuju pada pelipis Lucy yang memerah samar. 

“Aku mendapatkan kabar kalau kau terluka, bagaimana bisa aku tenang?!”

“Sudah tidak,” jawab Lucy cepat. Ia mengambil perban bersih dan mulai membalutnya kembali dengan gerakan tenang. “Obat dari rumah sakit kekaisaran itu… cukup ajaib. Besok pasti sudah membaik.”

Leon mengernyit. “Kau mengatakan itu seolah diseret dan dilukai di aula teh adalah hal sepele.” Adik laki-lakinya itu mendekat, mengambil alih perban Lucy dan memakaikannya dengan hati-hati.

Lucy tersenyum kecil melihat betapa khawatirnya sang adik pada keadaannya. Hatinya sedikit menghangat, mengingat bahwa adik kecil yang dulu selalu mengekorinya sudah sebesar ini, bahkan sudah mewarisi gelar Baron dari mendiang ayahnya.

 “Aku baik-baik saja sekarang. Kau tak perlu khawatir lagi.”

Leon mendengus, lalu duduk di kursi di sampingnya. “Bagaimana aku tidak khawatir? Kau bertemu Eldric, lalu Seraphine muncul dan melukaimu seperti ini. Dan entah bagaimana kau berakhir di rumah sakit kekaisaran, lalu diantar pulang oleh—” ia berhenti mendadak, menatap Lucy cemas. “Kaisar.”

Lucy merapikan perbannya. “Yang Mulia Kaisar sungguh baik hati.”

“Justru itu yang membuatku cemas,” balas Leon cepat. “Kaelith Vortigan bukan lagi anak bangsawan yang sering bermain bersamamu dulu. Dia seorang kaisar. Setiap langkahnya pasti punya tujuan.”

Lucy terdiam. Ia berdiri dari kursinya dan berjalan ke jendela, menatap taman yang gelap.

Tujuan. 

Adiknya itu benar. Kaelith pasti punya tujuannya sendiri dengan mengajaknya menikah.

Ia mendengar Leon menghela napas panjang. “Aku seharusnya ada di sana. Aku seharusnya—”

“Leon,” Lucy memotong pelan. “Kau tidak salah, berhenti membebankan dirimu seperti itu.”

Keheningan mengambil alih. Lucy sempat menoleh ke arah Leon yang menunduk, wajahnya terlihat sendu.

Lalu, ia menoleh ke arah jendela lagi. Pandangannya terlihat jauh.

Akhirnya, Lucy berkata, “Kalau… suatu hari aku menikah…”

Leon membeku. “Apa?”

Lucy menoleh perlahan. “Apakah kau akan memberiku restu?”

Leon tertawa pendek, terdengar tidak percaya. “Kak. Aku sedang bertanya apakah kau baik-baik saja setelah dipermalukan dan disakiti di depan umum, dan kau malah bertanya soal menikah?”

“Aku serius.”

Leon menatapnya lama. “Menikah dengan siapa?”

Lucy menggeleng pelan. “Itu belum penting.”

“Bagiku penting,” tegas Leon. “Kalau seseorang membuatmu harus mempertimbangkan pernikahan di saat seperti ini, maka patut dicurigai.”

Lucy menunduk. “Aku hanya ingin tahu… apakah aku masih punya pilihan.”

Mendengar itu, Leon sedikit melunak. Ia melangkah mendekat. “Kau selalu punya pilihan, Kak. Dan selama aku ada, kau tidak akan pernah sendirian membuatnya.”

Lucy tersenyum, mengusap lembut puncak kepala sang adik yang lebih tinggi darinya.

“Terima kasih, Leon,” ucapnya nyaris berbisik.

Leon tersenyum tipis, lalu merengkuh sang kakak dalam pelukannya.

Keduanya saling menikmati momen tersebut, hingga akhirnya Lucy kembali membuka suara,

“Jadi… apakah kau akan memberikan restu?”

Leon refleks mendorong pelan Lucy menjauh. Ia menatap sang kakak tajam, tapi tak terlihat mengancam.

“Aku harus tahu dulu siapa orangnya.”

“Kau sudah tahu orangnya, Leon.” Lucy kembali menoleh ke arah jendela. Senyum tipis terulas di wajahnya.

“Aku akan menyuruhnya untuk segera menemuimu.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kesayangan Yang Mulia Kaisar Kaelith   6. Kunjungan Kaisar

    “Terima kasih sudah menerima kedatanganku.” Lucy dan Leon menunduk bersamaan, menyambut kedatangan Kaisar Kaelith di kediaman kakak beradik itu.Setelah percakapan malam itu, Lucy tak menunggu lama. Esok paginya, ia segera memberi kabar pada Kaelith bahwa Leon sudah “memberi restu”.Namun tentu saja Kaelith harus datang sendiri dan memberitahu tujuannya.Dan hari itu, mereka bertiga bertemu di aula teh kediaman Baron Mortayne. Hanya ada mereka bertiga dan kedua pengawal Kaelith yang berjaga di luar pintu.Sebelum datang, Kaelith sempat meminta agar Lucy meliburkan semua pelayang yang ada di kediaman Baron Mortayne. Tentu saja permintaan itu membuat sang kepala keluarga bingung.Dan kebingungannya terjawab saat melihat pria yang dimaksud adalah Kaelith, teman masa kecil sang kakak sekaligus penguasa kejam di kekaisaran Velcarion.“Kau pasti sudah dengar maksud kedatanganku hari ini apa, Baron Mortayne,” lanjut Kaelith setelah dipersilakan duduk, suaranya terdengar tenang sekaligus teg

  • Istri Kesayangan Yang Mulia Kaisar Kaelith   5. Meminta Restu

    “Mendapatkan… segalanya?”Kaelith tersenyum samar. Tatapannya terus mengunci Lucy, tenang tapi cukup menekan.“Termasuk balas dendam,” ucapnya pelan. “Apa pun yang mereka lakukan padamu nanti, aku pastikan mereka akan menerima pembalasan yang lebih kejam.”“Tidak perlu sampai seperti itu…” cicit Lucy, suaranya mengecil di akhir kalimat.Kaelith tidak langsung menjawab. Senyum samarnya memudar, digantikan dengan tatapan tenangnya. “Kau masih berpikir mereka akan berhenti jika kau diam saja?”Lucy diam tak menjawab. Dan diamnya berarti iya.Kaelith menegakkan tubuhnya. Ia menghela napas keras, tangan sambil memijat pelipis frustasi.“Balas dendam bukan soal kemarahan, Lucy. Ini soal memastikan mereka tidak pernah punya kesempatan mengulanginya lagi.”Lucy menunduk, jemarinya saling meremas. “Saya hanya… tidak ingin menimbulkan masalah yang tidak seharusnya.”“Masalah itu sudah ada sejak mereka berani menyentuhmu,” balas Kaelith datar. “Yang aku tawarkan hanya kendali atas bagaimana ka

  • Istri Kesayangan Yang Mulia Kaisar Kaelith   4. Segalanya Untukmu

    “Apa yang sedang terjadi di sini?”Suara tegas itu berasal dari seorang pria yang melangkah maju dari kerumunan. Posturnya tinggi dan tegap, berseragam hitam berlis perak dengan pedang di pinggang, dan lambang kekaisaran di dadanya.Aura yang menguar dari pria itu membuat beberapa bangsawan refleks bergerak mundur.Pria itu Sylar. Pengawal kekaisaran yang sempat menegurnya di pesta pertunangan kemarin malam. Tatapannya langsung jatuh pada Lucy yang berlutut, rambutnya yang berantakan masih dicengkeram, dan darah mulai mengalir di pelipisnya.Ekspresi wajahnya seketika mengeras.“Lepaskan,” katanya singkat.Seraphine menoleh, napasnya tersengal oleh amarah. “Ini urusan pribadi keluarga Duke Vallarond.”Sylar tidak mengubah ekspresi. “Tidak saat Anda menyeret seorang bangsawan perempuan di tempat umum.”Ia melangkah lebih dekat. Tekanannya cukup untuk membuat Seraphine ragu. Beberapa detik kemudian, jari-jari itu akhirnya terlepas dari rambut Lucy.Lucy hampir jatuh ke depan, tapi Syla

  • Istri Kesayangan Yang Mulia Kaisar Kaelith   3. Pengkhianat

    Dunia di sekitar seakan berhenti berputar.“Apa…?” suara Lucy nyaris tak keluar.“Menikahlah denganku,” ulang Kaelith tenang, seolah yang dibicarakan bukan hal yang besar. “Dan aku bisa memberikan segalanya yang kau inginkan, termasuk balas dendam.”Lucy menggenggam jubah itu lebih erat. “Balas dendam… untuk siapa?”“Untukmu,” jawab Kaelith tanpa ragu. “Dan untukku.”Ia mencondongkan tubuh sedikit, cukup dekat hingga Lucy bisa melihat kelelahan yang disembunyikan di balik mata abu-abu itu. “Biarkan mereka melihat apa yang terjadi ketika mereka meremehkan seseorang yang berada di sisi Kaisar.”Lucy terdiam lama. Angin masih berhembus, membuat jubah pria itu berkibar.“Aku tidak akan memaksamu,” lanjut Kaelith lebih pelan saat tak mendapat balasan. “Tapi jika kau lelah mengalah… ini jalannya.”Kaelith tidak mendesaknya. Ia menatap Lucy lebih lama, seolah sudah menduga reaksi itu.“Pikirkan saja dulu,” ucapnya akhirnya, suaranya tenang. “Keputusan seperti ini tidak seharusnya lahir dari

  • Istri Kesayangan Yang Mulia Kaisar Kaelith   2. Menikahlah Denganku

    Lucy membelalak panik, wajahnya seketika pucat begitu menyadari siapa yang baru saja ia tabrak.Pria itu, Kaelith Vortigan, kaisar muda dari Kekaisaran Velcarion. Pria yang dikenal berkuasa dan kejam di kalangan bangsawan itu menatapnya tanpa ekspresi.Leon yang berhasil menyusul Lucy pun ikut terbelalak saat menyadari kehadiran pria itu.“Yang Mulia, saya mohon maaf!” ucap Leon cepat. “Kakak saya tidak melihat jalan dan tanpa sengaja menabrak Anda.” Tangannya refleks menahan bahu Lucy agar tidak jatuh lagi. Kaelith tidak langsung menjawab, hanya menatap kedua kakak beradik itu tanpa ekspresi.Leon menunduk lebih dalam, ia melirik bingung kakaknya yang malah terpaku. “Kak, menunduklah… aku tidak mau melihat kepalamu hilang malam ini”Lucy mendengarnya. Namun dunia di sekitarnya masih terasa bergema dan kabur. Dan sekarang ia malah dihadapkan dengan kehadiran pria paling berkuasa di kekaisaran.Pria itu bukan lagi Pangeran Kedua Verlcarion. Apalagi teman masa kecilnya bersama Eldric d

  • Istri Kesayangan Yang Mulia Kaisar Kaelith   1. Pertunangan Dua Keluarga

    “Malam ini, kami merayakan pertunangan putra bungsu kami, Eldric Montclair, dengan Lady Seraphine, putri sulung dari keluarga Grand Duke Vallarond!”Riuh tepuk tangan memenuhi seluruh penjuru aula, berbanding terbalik dengan gemuruh di dada Lucy. Ia merasa dunianya runtuh seketika saat melihat kekasih dan teman masa kecilnya berada di atas panggung aula kediaman Marquis Montclair, saling bergandengan tangan dengan mesra. Malam ini seharusnya menjadi malam yang berarti di hidupnya. Malam di mana Eldric Montclair, kekasihnya sejak masa kecil, akan mengumumkan pertunangan mereka secara resmi di hadapan seluruh bangsawan.Sebaliknya, yang terjadi adalah hal yang tak pernah ia bayangkan seumur hidupnya.Lucy hanya bisa membeku saat beberapa wanita bangsawan bersorak seolah mereka menyaksikan hal yang sudah mereka nantikan. Pertunangan Eldric dan… Seraphine? Bukankah harusnya aku yang bertunangan dengan Eldric…Semua perjuangannya selama ini berakhir sia-sia. Bahkan adik laki-lakinya, Leo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status