共有

Istri Kontrak Miliarder Arogan
Istri Kontrak Miliarder Arogan
作者: Haniocta_

Bab 1.

作者: Haniocta_
last update 最終更新日: 2025-06-11 12:10:19

“Sera! Ke sini!” suara Rosa seketika menghentikan Sera yang sibuk mengelap meja.

Mengabaikan kakinya yang lelah akibat seharian bekerja, Sera bergegas menghampiri Rosa. “Iya, Bu Rosa?”

Rosa menyodorkan sebuah kartu akses ke tangan Sera. “Aku ingin kamu pergi sekarang ke Hotel Imperial. Ini kartu akses kamar 1203. Ambil barang di sana dan bawa ke sini.”

Walau ragu, Sera tidak membantah dan langsung meninggalkan bar. Dia tidak ingin membuat Rosa marah dan memukulinya. Rosa tidak segan-segan memukulinya setiap kali Sera menolak perintah wanita itu.

Langkah Sera pelan, tapi pasti. Tidak berepa lama, Sera tiba di Hotel Imperial. Keringat mengalir deras di pelipisnya karena dia berjalan kaki. Bangunan megah itu terlihat mewah, sangat kontras dengan dirinya yang hanya mengenakan pakaian sederhana. Sera menarik napas dalam-dalam sebelum memasuki lobi.

Saat memasuki hotel, semua mata memandang Sera. Sera yang tidak terbiasa menjadi pusat perhatian, hanya bisa menunduk. Langkahnya cepat menuju lift. Di dalam lift, Sera berusaha menenangkan diri.

"Tenang, Sera. Kamu hanya perlu membawa barangnya, lalu pergi," gumamnya kepada diri sendiri.

Lift berhenti di lantai 12. Lorong begitu sunyi, hanya diterangi lampu-lampu dinding yang temaram. Karpet tebal berwarna merah marun terbentang di sepanjang lorong. Sera melangkah cepat mencari nomor kamar 1203. Tanpa berpikir panjang, Sera membuka kamar itu untuk mengambil barang yang diminta Rosa. Seketika Sera mual kala aroma alkohol yang sangat kuat memsuki indra penciumannya.

“Permisi? Saya disuruh mengambil barang,” ujar Sera sambil menutup hidungnya, dia mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar.

Tidak ada jawaban. Ruangan itu remang-remang, hanya diterangi cahaya dari lampu kecil di sudut kamar. Botol-botol kosong berserakan di meja.

Sera melangkah semakin dalam, tapi sebuah tangan besar tiba-tiba menariknya dengan kasar.

“Mau ke mana, hah?”

Sera menoleh dengan terkejut. Seorang pria tua, besar, dan wajah merah karena mabuk menatapnya dengan tatapan penuh nafsu.

“Apa yang Anda lakukan? Lepaskan saya!” teriak Sera, berusaha melepaskan diri.

"Jadi ini kiriman Rosa?" Herman menyeringai. "Rosa benar-benar tahu seleraku. Kamu sangat cocok untukku.”

“Tolong, saya hanya disuruh mengambil barang. Saya tidak tahu apa yang Anda bicarakan! Tolong lepaskan saya!” Sera meronta, tapi cengkeraman pria tua itu terlalu kuat.

Herman mengabaikan teriakan Sera. “Diam! Atau aku akan membuatmu menyesal!” bentaknya, disertai tamparan keras di wajah Sera.

Sera terhuyung ke belakang, rasa perih menjalar di wajahnya. Dia berusaha melawan, ditendangnya kaki Herman sekuat tenaga, tapi Herman justru semakin kasar. Dia menjambak rambut Sera, menariknya ke kasur.

"Jangan mencoba melawan." Herman mendorong Sera hingga punggungnya membentur kasur dengan keras. "Kamu milikku malam ini."

“Jangan lakukan ini! Saya mohon!” Sera menangis, tapi pria tua itu tidak menghiraukan. Tangannya mulai merobek pakaian atas Sera dengan paksa, membuat kain itu terkoyak.

Dengan tubuh gemetar, Sera melawan sekuat tenaga. Dia meronta, mendorong dada pria tua itu, hingga kakinya mengenai tulang kering Herman. Herman meraung kesakitan, tapi amarahnya semakin memuncak. Dia menampar Sera berulang kali hingga bibir gadis itu pecah.

“Sialan! Kamu berani melawan, hah?!” Herman berteriak dengan mata penuh amarah.

Dengan brutal, Herman menjambak rambut Sera dengan kasar, lalu menghantamkan tubuh Sera ke tembok. Herman mengangkat tangannya lagi, bersiap memberikan tamparan berikutnya, tetapi Sera berusaha meraih apa saja yang ada di meja samping untuk mencegah Herman menyakitinya. Di tengah ketakutan dan keinginan menyelamatkan diri, Sera tanpa sadar memukul kepala Herman dengan botol kaca.

Suara pecahan kaca menggema di kamar. Herman terhuyung ke belakang, darah mulai mengalir di pelipisnya. Namun, Herman tidak menyerah dan berusaha mendekati Sera, dan sekali lagi Sera memukul kepala Herman, hingga akhirnya pria itu jatuh ke lantai dan tidak sadarkan diri.

Di tengah ketakutannya, tanpa pikir panjang, Sera mengambil jaket Herman yang tergantung di kursi dekat meja untuk menutupi tubuhnya, lalu meninggalkan kamar hotel dengan kaki gemetar dan juga air mata yang mengalir deras di wajahnya yang lebam. Dia melupakan tujuannya mengambil barang yang diperintahkan Rosa. Saat ini Sera hanya ingin menyelamatkan diri dari Herman yang hendak memperkosanya.

Sera tahu Rosa akan menyiksanya jika dia kembali, karena itulah Sera tidak kembali ke bar. Dia melangkah ke mana kakinya membawa. Tanpa tujuan. Setelah berjalan sangat jauh, Sera berhenti di pinggir jalan raya yang sepi. Tubuhnya gemetar, pikirannya kacau.

Setelah tenang, Sera menyeberang tanpa melihat situasi jalan. Saat Sera berada di tengah jalan, lampu mobil menyorot Sera diiringi deru mesin mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Sera tidak sempat menghindar, begitu pun dengan pengemudi mobil yang terkejut dan tidak sempat menginjak rem, sehingga tabrakan pun tidak bisa dielakkan.

Tubuh Sera terpental beberapa meter dari tempat dia berdiri. Kepalanya membentur aspal dengan keras, darah keluar dari kepalanya dan menggenang dijalan. Rasa sakit yang luar biasa menjalari seluruh tubuh Sera, tapi dia masih bisa merasakan dinginnya permukaan jalan di pipinya. Napasnya tersengal, semakin berat untuk dihela.

"Kenapa, Tuhan? Kenapa dunia begitu kejam padaku? Kenapa nasibku begitu tragis? Apa salahku?" ucap Sera dalam hati di tengah kesadarannya yang mulai memudar. Air matanya mengalir, bercampur dengan darah di wajahnya.

“Ya Tuhan! Nona, apa kamu baik-baik saja?” suara panik seorang pria samar-samar Sera dengarkan.

Sera tidak merespons, matanya berat dan perlahan mulai terpejam. Sementara pria yang menabraknya tadi semakin panik melihat Sera tidak memberikan reaksi apa pun.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 13.

    Sera hanya bisa diam, tubuhnya terasa kaku, dan kepalanya tertunduk semakin dalam. Napasnya pendek-pendek, berusaha menenangkan diri meskipun situasinya terasa semakin mencekam. "Lucas," panggil Indira begitu panggilan tersambung, tetapi tidak ada jawaban di ujung sana. Dia menurunkan ponselnya, mendengkus pelan, dan kembali mencoba. Kali ini, nada panggilan berlangsung lebih lama, tetapi Lucas tetap tidak menjawab. "Anak ini benar-benar!" geram Indira. Dia kembali menekan nomor Lucas, tatapannya masih tidak lepas dari Sera, seolah memastikan bahwa perempuan muda itu tidak akan kabur. Sera menggigit bibir bawahnya. "Astaga, Lucas! Beraninya kamu mengabaikan ibumu seperti ini?!" Akhirnya, pada panggilan keempat, sambungan terhubung. "Ma, aku sib—" suara Lucas terdengar di ujung sana. “Lucas,” suara ibunya memotong. “Pulang ke apartemenmu sekarang. Kita harus bicara.” Lucas terdiam sesaat, otaknya mencoba

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 12.

    Sera mengernyit bingung, tetapi dia mengesampingkan hal itu. Dengan cepat, dia mulai menyiapkan sarapan menggunakan bahan-bahan seadanya. Saat dia sibuk memasak, aroma masakannya memenuhi ruangan. Sera merasa lega karena setidaknya dia bisa menyajikan sesuatu untuk Lucas, meskipun sederhana. Tidak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar. Lucas muncul dengan pakaian rapi untuk bekerja, Sera tengah menyelesaikan memasak telur dadar dan menumis sayur. Dia menoleh sekilas ke arah Lucas. “Sarapan hampir selesai, Tuan." Lucas mengangguk kecil tanpa berkata apa-apa, dia duduk di meja makan. Sera segera menyajikan piring berisi makanan di hadapannya. Lucas menatap makanan itu sekilas, lalu mengambil garpu dan mulai makan tanpa banyak bicara. Sera berdiri di dekatnya, memperhatikan dengan seksama, berharap makanan sederhana itu bisa diterima. Setelah beberapa suap, Lucas meletakkan garpu dan berkata singkat, “Cukup enak. Setidak

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 11.

    Setelah makan malam, Lucas dan Sera meninggalkan restoran dalam keheningan. Lucas berjalan di depan, sementara Sera mengikuti dengan rasa canggung yang masih mengganggu. Di dalam mobil, mereka terdiam, hanya suara mesin yang terdengar. Ketika akhirnya mobil berhenti di depan gedung apartemen, Sera menatap bangunan tinggi itu dengan takjub. "Kita sudah sampai, Tuan?" tanyanya pelan. Lucas mengangguk singkat. “Ayo turun,” katanya tanpa basa-basi, lalu keluar dari mobil. Setibanya di apartemen Lucas, Sera hampir tidak bisa menutup mulutnya. Tempat itu begitu megah, dengan dinding kaca yang memamerkan pemandangan kota yang penuh lampu berkilauan. Ruang tamu yang luas dihiasi sofa kulit berwarna gelap, meja marmer, dan perabotan modern yang terlihat sangat mahal. Lucas berjalan masuk tanpa banyak bicara, melepas jasnya, dan menggantungnya di dekat pintu. Dia melirik Sera yang masih berdiri

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 10.

    Lucas melirik Sera sekilas, matanya tajam. “Pilih yang kamu butuhkan atau yang kamu suka.” Sera mengerjap, merasa tidak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya. “Apa maksud Tuan?” Lucas mendesah pelan, nada suaranya mulai terdengar tidak sabar. “Kamu butuh baju, kan? Jadi, cepat pilih yang kamu mau.” Sera terpaku, belum sepenuhnya memahami maksud Lucas. “Tapi, Tuan. Baju saya—” “Kamu pikir kamu bisa tinggal di rumahku tanpa pakaian? Apa yang akan kamu pakai selain baju yang kamu gunakan ini?” potong Lucas dengan nada dingin. “Aku tidak punya waktu untuk berdebat. Pilih sekarang.” Melihat tatapan Lucas yang tajam, Sera akhirnya mengangguk perlahan dan mulai melihat-lihat barang di sekitarnya. Dia memilih beberapa pakaian sederhana. Sebuah kaus, celana panjang, dan cardigan tipis. Namun, Lucas tamp

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 9.

    Mobil terus melaju. Sera melirik Lucas dari ekor matanya. Pria itu kembali fokus menyetir, dengan wajah yang sulit ditebak.Beberapa saat kemudian, suara Lucas terdengar lagi.“Dengar baik-baik,” ujar Lucas dengan suara dingin dan tajam. “Kamu di sini bukan untuk ikut campur urusan pribadiku. Ingat tempatmu. Tugasmu cuma satu, jalankan peranmu sesuai kontrak.” Sera menelan ludah, jemarinya erat menggenggam ujung gaunnya. “Saya mengerti, Tuan.” “Kalau memang mengerti, jangan coba-coba melewati batas,” lanjut Lucas, tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya dari jalan. “Jangan bertanya tentang sesuatu yang bukan urusanmu.” Sera hanya mengangguk kecil, menunduk dalam-dalam. Diam. Kali ini dia benar-benar tidak berani berkata apa-apa. Hawa di dalam mobil terasa semakin menyesakkan.Beberapa menit berlalu, mobil mereka berhenti di lampu merah. Sera memalingkan wajah

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 8.

    “Lucas!”Suara Reza memecah keheningan di aula. Semua orang menoleh, termasuk Lucas dan Sera."Reza." Lucas menatap pria di ambang pintu itu dengan ekspresi datar.Reza berjalan cepat menghampiri mereka, napasnya masih terengah-engah. Wajahnya memerah, amarah jelas terlihat. Dia berhenti tepat di depan Lucas, menatap sahabatnya dengan sorot mata yang menusuk.“Bisa bicara sebentar?”Lucas mengangguk, lalu melirik ke arah Sera di sampingnya. “Tunggu di sini,” ucapnya singkat.Sera menatap Lucas, keningnya berkerut samar. “Apa ada masalah, Tuan?” tanyanya ragu.“Tidak ada.” Lucas hanya menjawab singkat. “Tetap di sini.”“Iya, Tuan,” sahut Sera singkat.Lucas berbalik dan berjalan mengikuti Reza keluar aula. Mereka melangkah ke lorong sepi di sisi gedung. Lucas bersandar santai di dinding, seolah tidak terganggu sedikit pun, sementara

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status