Share

Bab 3.

Penulis: Haniocta_
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-11 12:11:24

Sera menatap sosok wanita yang berdiri di dekat pintu dengan napas terengah-engah. Sera mengabaikan kepalanya yang berdenyut semakin hebat.

“Ibu …?”

Dahlia melangkah mendekat dengan tenang, tatapannya tajam dan penuh amarah. Senyum tipis tersungging di wajahnya, tetapi senyum itu tidak membawa kehangatan, hanya dingin yang menusuk. Sera berusaha duduk bersandar, tetapi nyeri di tubuhnya membuat gerakannya tertahan.

"Kenapa aku di sini? Apa yang terjadi, Bu?"

Dahlia berhenti di sisi ranjang, tangannya menyilang di dada. Matanya menyelidik seperti predator mengintai mangsanya. “Kamu lupa? Atau pura-pura lupa?” tanyanya datar. "Kamu benar-benar telah menyeret kita ke dalam neraka, Sera."

Sera kebingungan, dia berusaha mengingat apa yang telah terjadi, tetapi pikirannya masih kacau.

Dahlia mendekat, menundukkan tubuhnya hingga wajah mereka hampir sejajar. "Herman. Apa kamu lupa apa yang sudah kamu lakukan pada Herman?”

Sera terdiam, nama itu menghantam kesadarannya. Ingatan tentang malam itu perlahan kembali—malam yang begitu mengerikan. Tubuhnya mulai gemetar.

“Ibu, dia—” Sera berusaha menjelaskan, tetapi Dahlia memotong.

"Dia apa, hah? Kamu sadar apa yang sudah kamu lakukan, Sera? Kamu pikir Rosa akan membiarkan ini begitu saja? Sekarang aku harus menanggung semua akibat dari kebodohanmu!”

Air mata mulai menggenang di mata Sera. “Dia menyerangku, Bu. Dia mencoba ….” Suaranya bergetar, terhenti sejenak, seolah-olah berat untuk dilanjutkan. “Dia ingin menyakitiku. Aku hanya membela diri.”

“Membela diri?” Dahlia mencibir, tawanya hambar dan penuh penghinaan. “Membela diri, katamu? Kamu tahu apa akibatnya? Kita sekarang diburu! Diburu, Sera! Kamu benar-benar menghancurkan semuanya!”

Sera menelan ludah, berusaha menahan air matanya. Sera tahu ibunya tidak akan memihaknya, tetapi mendengar itu langsung dari mulut Dahlia membuat dadanya sesak.

"Semua ini terjadi karena Ibu! Ibu menyerahkanku pada Bu Rosa, menjualku seperti barang!"

“Diam!” tangan Dahlia melayang, menampar pipi Sera dengan keras. Kepala Sera tersentak ke samping, rasa panas menjalar di kulit wajahnya.

“Jangan pernah menyalahkanku!” suara Dahlia meninggi. “Kalau bukan karena aku, kamu sudah mati kelaparan sejak kecil. Kamu tahu betapa sulitnya membesarkanmu sendirian?”

Sera memegang pipinya yang perih, dia menatap Dahlia dengan kebencian yang membara. "Kalau begitu, kenapa Ibu tidak membiarkan aku mati saja waktu itu?" Dia menangis, suaranya pecah.

“Beraninya kamu bicara seperti itu padaku setelah apa yang sudah aku lakukan?!”

“Bu, lebih baik aku mati daripada terus jadi budak Ibu dan Bu Rosa!”

Mendengar itu, Dahlia kehilangan kontrol sepenuhnya. Dia mendekat dan menekan kedua tangannya ke leher Sera. “Diam, Sera! Kamu pikir aku takut membunuhmu? Kamu hanya beban untukku! Semua masalahku dimulai sejak kamu ada!”

Sera panik. Dia tersedak, tangannya berusaha melepaskan cengkeraman Dahlia. Meski tubuhnya lemah, Sera berontak sekuat tenaga mengikuti instingnya untuk bertahan hidup. Kaki Sera menendang tidak tentu arah, tangannya berusaha mencakar Dahlia, tetapi Dahlia terlalu kuat.

"Dasar anak kurang ajar! Aku sudah muak melihat wajahmu! Mati saja kamu! Mati!"

Perlahan, kesadaran Sera mulai berkurang. Tubuhnya melemah, pandangannya memudar. Kebetulan soerang suster yang akan memeriksa Sera datang, seketika suster menjauhkan Dahlia dari Sera. Namun, tenaga Dahlia yang sangat kuat akibat amarah, membuat usaha sang suster sia-sia.

“Jangan ikut campur! Dia harus mati!” Dahlia berusaha tetap mencengkeram leher Sera.

Dengan panik dan masih berusaha menahan Dahlian, suster berteriak meminta bantuan. Tidak lama kemudian, dua petugas keamanan masuk dan segera menarik Dahlia menjauh.

Dahlia meronta, berusaha keras melawan petugas yang menahannya. Dengan susah payah, mereka menyeret Dahlia keluar dari ruang perawatan, suara Dahlia masih terdengar mengancam di lorong.

Suster segera memeriksa kondisi Sera. Dia menepuk pipi gadis itu dengan hati-hati, memastikan bahwa Sera masih bernapas dan aman. Setelah memeriksa tanda-tanda vital, suster segera memanggil dokter.

Suasana sunyi, hanya suara napas berat Sera yang terdengar. Dengan tatapan buram, Sera melihat sekitar, memastikan Dahlia tidak ada lagi di sekitarnya. Pikiran tentang Dahlia yang kembali menerornya membuat jantung Sera berdetak kencang.

“Aku harus pergi, kalau tidak, Ibu akan kembali.”

Dengan tangan gemetar, Sera meraih jarum infus yang masih terpasang di tangannya. Tanpa ragu dia menariknya dengan paksa. Darah segar langsung mengalir di punggung tangannya, menetes ke lantai. Sera menggertakkan giginya, menahan sakit. Tapi itu tidak penting. Yang penting baginya adalah pergi sejauh mungkin dari ibunya.

Tubuhnya lemah, tapi Sera memaksakan diri turun dari tempat tidur. Dengan kaki gemetar dan nyaris tidak mampu menopang berat tubuhnya, Sera memaksakan diri melangkah ke pintu. Tangannya yang berlumuran darah menempel di dinding untuk penopang agar tidak oleng.

Pandangan Sera semakin kabur saat dia berhasil membuka pintu kamar inap. Sera memaksa diri berjalan di lorong, menyeret kakinya meski tertatih-tatih, mengabaikan sakit di kepalanya yang semakin kuat menghantamnya.

Akhirnya, tubuh Sera tidak sanggup lagi bertahan. Langkahnya terhenti, tubuhnya oleng, dan dia ambruk ke lantai dengan suara yang menggema di lorong sepi. Tidak sadarkan diri.

Saat membuka mata, Sera mendapati dirinya kembali di ranjang rumah sakit. Infus pun terpasang di tangannya.

"Kamu sudah sadar?" suara datar seorang pria mengejutkan Sera.

Sera menatap sosok pria asing yang duduk di sisi ranjangnya dengan kening berkerut. Pria itu menatap Sera dengan ekspresi yang sulit dibaca.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 102.

    Lucas melirik Sera sebentar sebelum kembali fokus pada jalanan.“Menurutmu?” bukannya menjawab, Lucas justru bertanya balik kepada Sera, membuat Sera semakin cepat memainkan jari jemarinya.“Tentu saja aku tahu semuanya tentangmu,” lanjut Lucas karena Sera yang tidak menjawabnya. “Termasuk kamu yang dijual oleh Rosa untuk melayani pria hidung belang.”Sera menghela napas pelan.Seharusnya Sera memang tahu dan tidak perlu heran jika Lucas bisa mengetahui tentang Herman yang hendak memperkosanya. Sebelumnya Lucas juga pernah mengatakan kepadanya kalau pria itu sudah menyelidiki latar belakangnya untuk melindunginya agar tidak terjadi masalah selama mereka menikah kontrak.“Terima kasih,” kata Sera pelan. “Terima kasih sudah melindungiku dari orang-orang jahat itu.”Kening Lucas yang awalnya berkerut bingung mendengar ucapan terima kasih Sera, kini tidak berkerut lagi.“Tidak perlu berterima kasih. Seperti yang sudah pernah aku katakan padamu, aku melakukan

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 101.

    Lucas menatap pria di sampingnya. Matanya melebar saat mengenali pria itu. “Reza!”“Nggak usah menatapku seperti itu. Kamu pikir aku hantu?” Reza memutar mata malas dengan reaksi Lucas, nadanya pun terdengar kesal. “Ayo kita cari meja baru! Kita makan siang bersama. Jangan menolak. Aku tidak terima penolakkan.”Lucas tidak membantah dan mencari meja baru untuk mereka bertiga, sebab meja mereka memang untuk dua orang.“Jadi, Lucas, sekarang bisakah kamu menceritakan padaku tentang hubungan kalian ini?” kata Reza setelah pelayan pergi dengan membawa catatan pesanannya.Reza menatap tajam Lucas. “Ingat, sebelumnya kamu sudah berjanji akan cerita semuanya padaku. Dan kupikir mungkin ini waktu yang tepat buat kamu memberitahuku. Lagian, mau sampai kapan kamu merahasiakan ini dariku, hm?”Lucas menghela napas sebelum berkata, “Kenapa kamu itu penasaran sekali dengan kehidupan orang lain sih, Za?”“Biarin! Lagian kamu bukan orang lain bagiku, jadi wajar kalau aku pe

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 100.

    Dalam map itu hanya ada satu kertas. Sera pun segera membacanya. Matanya menyusuri setiap kata pada kertas dengan teliti. Isi kontrak itu tidak banyak, hanya ada beberapa paragraf saja.“Lucas, ini ...” Sera mendongak dan menatap Lucas dengan mata membulat.“Bagaimana? Kalau kamu setuju, kamu bisa menandatanganinya.”Sera kembali menatap kertas di tangannya.“Tapi, Lucas, kamu sudah sangat tahu jawaban saya, kan?” kata Sera pelan sambil mengganggam erat kertas di tangannya.Lucas menghela napas. “Aku tahu. Tapi, Sera, mengenai cinta, kita bisa saling belajar perlahan-lahan untuk membuka hati. Karena sebenarnya aku pun tidak ingin menghabiskan hidupku dengan wanita yang tidak kucintai. Tapi masalanya sudah seperti ini, dan aku tidak mengubahnya lagi. Jalan satu-satunya hanyalah terus melangkah maju.”Sera terdiam. Dia juga bingung harus bagaimana. Ucapan Lucas saat di resort waktu itu masih terngiang di kepala Sera. Saat ini Sera benar-benar terjebak di antara

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 99.

    Sera menatap Lucas. Ada keraguan dalam sorot matanya. Kalau boleh jujur, sebenarnya saat itu Sera hanya terbawa suasana saja. Dia tidak benar-benar ingin melakukannya.Sera menghela napas pelan."Semuanya sudah terlanjur, Sera. Ini semua salahmu sendiri yang ngomong tanpa dipikir dulu," gerutu Sera dalam hati, menyalahkan dirinya yang terlalu mudah terbawa suasana hati, sehingga tidak memikirkan dengan tenang.Sera memberanikan diri menarik lengan Lucas agar berhenti bekerja dan keluar untuk makan siang."Ayo, Lucas! Kita pergi sekarang."Lucas berdecak keras. Kesal karena pekerjaannya diganggu."Kamu sudah seperti istri sungguhan saja. Cerewet," kata Lucas sambil meletakkan bolpoinnya dengan kasar di atas meja."Biarkan saja. Daripada aku mendapatkan amarah mamamu lagi," jawab Sera cepat.Lucas pun bangkit dari kursinya. Bersama-sama mereka meninggalkan kamar menuju ruang makan.Semua orang sudah berada di ruang makan saat mereka tiba.Makan

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 98.

    Di kamar Satria.Satria duduk di balkom kamarnya, menatap taman yang menghampar di hadapannya. Dulu, dia dan Annora suka duduk di balkon sambil melihat pemandangan taman yang bunga-bunganya ditanam sendiri oleh Annora.Satria menatap hamparan bunga yang masih menguncup dengan pandangan sayu.Liburan kali ini, adalah liburan yang paling terburuk. Tujuan Satria mengajak anak, menantu, dan cucunya liburan, bukan hanya sekadar bersenang-senang semata, tapi Satria ingin mempererat hubungannya dengan anak-anaknya. Sayang, semua itu hanya angan Satria semata.Setiap hari, hubungan keluarga mereka semakin memburuk, apalagi hubungannya dengan Indira. Satria ingin sekali mengakhiri perselisihannya dengan sang putri, tapi Satria merasa sekarang belum waktunya."Annora, aku harap kamu tidak semakin membenciku," gumam Satria lemah.Tok tok tok"Tuan!" suara Devin terdengar setelah ketukan di pintu."Masuk!" perintah Satria tanpa menoleh ke arah pintu ataupun bangk

  • Istri Kontrak Miliarder Arogan   Bab 97.

    Usai belanja, mereka pun langsung menuju bandara. Tidak seperti sebelumnya yang terlihat kampungan, Sera sudah bisa menguasai diri. Lucas yang awalnya khawatir, menjadi lega. Ternyata Sera tipe wanita yang cepat belajar. Dan itu membuat Lucas puas. Waktu menunjukkan pukul 8 malam saat mereka tiba di rumah. Sebelumnya mereka sudah mampir di restoran untuk makan malam, sehingga mereka langsung istirahat sesampainya mereka di rumah. Akibat kecelakaan yang menimpa Lucas, membuat liburan mereka terpaksa diperpanjang selama 4 hari, sehingga Emily dan Alvin langsung kembali ke rumah mereka pada keesokan paginya usai sarapan. Begitu pun dengan Lucas yang bersiap untuk berangkat kerja. "Lebih baik kamu istirahat saja di rumah," tegur Indira saat melihat Lucas hendak pergi ke kantor. "Kamu masih luka. Bagaimana kalau nanti badanmu drop?" "Tidak bisa, Ma. Aku harus pergi ke kantor hari ini. Aku sudah tidak kerja selama tiga hari. Banyak pekerja

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status