Share

Bab 6 Rencana Jahat

Claudya segera membungkuk merapikan semua barang-barang berjatuhan, dirinya seolah bersembunyi di balik tubuh tinggi menjulang seorang Arjuna Caldwell. Mendongak sedikit ke atas, Clau menelan air liur karena kedua tangan Bosnya terkepal kuat, guratan urat pada pergelangan tercetak jelas. Dalam hatinya berharap semua akan baik-baik saja, sebab Clau tidak ingin terjadi konflik apapun.

“Kau bantu dia membereskan semua!”

Perintah Arjuna kepada seorang petugas keamanan, membuyarkan lamunan Claudya. Ekor matanya tetap tak bisa lepas dari sepasang kaki bercelana panjang dan pantofel hitam itu. Bahkan Clau memasang telinga sebaik mungkin, demi mencuri dengar semua percakapan Arjuna.

“Cepat juga. Aku rasa pembahasan kita sudah selesai!” Arjuna naik pitam, pasalnya Andreas lebih dulu tiba di gedung Cwell Group tanpa membuat janji temu.

“Tentu saja aku harus cepat. Calon istriku menunggu.” Andreas memasukan satu tangan pada saku celana, lalu merapikan dasi dan rambut.

“Ck, ini kantor bukan biro jodoh.” Sindir Arjuna tersenyum miring, menyadari atensi Andreas tertuju pada wanita cantik di tengah lobi.

Alih-alih menanggapi pernyataan rival sekaligus rekan bisnis, Andreas memilih mengabaikan dan melangkah mantap menghampiri Claudya. Memerhatikan bagaimana pergerakan tangan itu meraih semua benda.

Pria itu nekat mencengkeram lengan dan menarik pinggul Clau hingga merapat padu tidak berjarak. Andreas menyeringai tepat di depan wajah manis Clau, lantas memiringkan kepala dan bergerak sedikit. Mengembuskan napas hangat pada daun telinga, berhasil membisikan sesuatu membuat Claudya melebarkan mata serta menggeleng pelan.

Selepas kegaduhan kecil, Andreas melenggang pergi tidak memedulikan suasana mencekam lobi Cwell Group. Terlebih antara Arjuna dan Claudya, keduanya bertatap selama beberapa detik. Dapat Clau lihat dari sorot manik abu-abu, bahwa masalah besar segera menimpa dirinya.

“Givano, cepat temui aku di ruangan!” Arjuna memutus kontak mata, memutar tubuh dan berjalan ke arah lift. Yakin bahwa Andreas telah membuat perangkap untuk Claudya.

“Tuan tunggu … Tuan! Tuan Caldwell!” Teriak Clau merasa perlu menjelaskan semua.

Sayangnya Arjuna enggan memberi kesempatan walau hanya setitik, segera menghilang di balik pintu besi. Meninggalkan Claudya sendirian di tengah prahara yang mengelilingi.

Selesai dengan segala pekerjaan di kantor, Clau bergegas kembali ke penthouse. Menyibukan diri dengan menghitung semua tabungan dan benda berharga milik laras. Ia menghela napas berat dan memijat pelipis lalu menyandarkan punggung pada ranjang.

“Gemana caranya terkumpul 150 Ribu Fs dalam waktu 2 kali 24 jam? Apa Tuan Lehman gila? Dia sendiri yang tiba-tiba maju dan memasang cincin, seharusnya bukan salahku karena benda itu hilang. Hah semakin rumit.”

Pandangan Claudya tertuju pada brankas kecil dalam lemari, seketika ia menggeleng cepat. Otaknya memaksa tetapi hatinya jelas-jelas menolak.

“Tidak mungkin menjual rumah peninggalan Ayah. Baru 1 minggu yang lalu aku tebus dari Bank.” Monolog Claudya mencoba berpikir menemukan solusi.

Berhubung malam ini Arjuna tidak kunjung pulang ke penthouse, terpaksa Clau nekat menemui Andreas di kediaman Lehman. Ia juga menolak memohon bantuan kepada suaminnya, karena uang yang diberikan Arjuna terlampau banyak. Clau enggan memiliki hutang terlalu besar, khawatir kian menjerat dirinya ketergantungan terhadap pertolongan Arjuna.

Sebelum Clau membuka suara, Andreas lebih dulu mnyerahkan surat perjanjian. Memaksa Clau mengambil salah satu pilihan diantara 2. Pelan-pelan Clau membaca setiap point tertuang di atas kertas. Ia terkekeh pelan, karena Andreas bukan memberi solusi melainkan masalah baru.

“Kalau aku tidak mau mengikuti cara Anda, bagaimana? Tuan tenang saja aku akan mencicil cincin itu.” Tegas Claudya meletakkan selembar kertas.

“Sampai kapan kau akan melunasinya? Aku tidak menerima pembayaran receh.” Andreas tergelak lalu mendekati Claudya. “Dengar Nona Stewart, kau hanya perlu meninggalkan Cwell Group dan berkerja bersamaku, maka semua hutangmu lunas, mudah kan manis?”

“Saya tidak tertarik Tuan.”

Menurut Clau, baik Arjuna atau Andreas sama-sama licik dan penuh siasat. Cukup sekali dirinya berurusan dengan salah satu orang itu.

“Kau mau aku laporankan ke polisi? Bagamaina nasib ibumu mengetahui putrinya masuk penjara?” Andreas menarik tangan Claudya.

Sejenak Clau terdiam memikirkan nasib ibunya, tetapi ia tersenyum lalu berkata “Lepas Tuan! Laporkan saja, saya tidak takut, karena itu bukan kesalahan saya.” Tegasnya berusaha melepas cekalan pada tangan.

Andreas mengeluarkan lendir dari dalam mulut, menghempas raga Clau ke atas sofa hingga tulang punggung terasa remuk. Melepas kancing kemeja dan ikat pinggang, menyeringai penuh damba. Membayangkan betapa elok kulit mulus seputih susu yang tersembunyi di balik serat kain.

“Apa susahnya Claudya menjadi milikku, hah?”

Jujur Clau ketakutan, apalagi Andreas berhasil mengungkung dan mengunci tubuhnya. Tidak memberikan sedikitpun ruang gerak, semakin mengikis jarak yang ada. Mengoyak pakaian Clau, sehingga bagian atas tersingkap dan menyisakan satu penutup saja.

Bertepatan dengan itu, pintu ruang tamu berdentam kuat memekakkan telinga. Engselnya pun hampir terlepas karena dibuka paksa oleh sosok bertubuh tinggi dan kekar. Sontak Andreas melepaskan Claudya dan menoleh kepada seseorang itu.

Hentakkan sepatu boots kulit menggema dalam ruangan, Arjuna Cladwell melempar satu koper kecil ke atas lantai. Lantas menghampiri Claudya, melepas jaket kulit yang melekat agar menutupi bagian tubuh sang istri.

“Ini peringatan pertama sekaligus terakhir! Jangan pernah mengganggu semua pegawaiku! Di koper itu uang tunai 150 Ribu Fs untuk membayar cincin murahan milikmu!”

“Tuan?” cicit Claudya menatap tidak percaya bahwa suaminya hadir tepat waktu.

Tanpa basa basi Arjuna merengkuh tubuh Claudya, membawanya pulang ke griya tawang. Dadanya brgemuruh hebat sebab Clau bertindak gegabah tidak memikirkan resiko yang mengincar.

Sementara Andreas membanting koper berisi uang hingga isinya tercecer berantakan. Menumpahkan emosi karena gagal menangkap ikan buruan. Tak lama gelak tawa terdengar menggelegar dari ruang tamu, sebab Andreas memiliki rencana kedua.

“Kita lihat saja Arjuna Caldwell. Aku pastikan Claudya pergi dan perusahaanmu hancur di tanganku.”

 

 

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Jalmo Urip
bnuse ngapusi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status