Share

Bab 4. Masih Ada Kesempatan

Lucas melirik Albert. Kedatangan pria itu telah ia tunggu-tunggu sejak ia mengistirahatkan diri di kantor.

"Ini, Tuan." Albert menyerahkan sebuah berkas kepada Lucas. "Keluarga Chiara mengalami kecelakaan tunggal lima belas tahun yang lalu. Ayah Chiara bernama Ernest meninggal di tempat, sedang Ibu Chiara mengalami koma," jelasnya.

Lucas mengangguk paham. Ia menerima berkas tersebut dan membukanya. Selagi ia membaca, Albert bertanya padanya.

"Tuan, kenapa Anda memilih gadis itu? Padahal banyak sekali gadis yang lebih cantik dan dari keluarga berada." Albert merapatkan bibirnya setelah mengeluarkan pikiran yang terus mengganggu kepalanya. Biar bagaimana pun ia merasa aneh dengan tuannya yang langsung memilih Chiara, alih-alih gadis lain yang lebih pantas bersanding dengan tuannya itu.

Lucas menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya. Ia menarik turun kertas yang ia baca dan perhatiannya kini penuh kepada Albert. "Karena dia mirip dengan Lala."

Suara Lucas berubah murung. "Jika Lala masih hidup, tentu aku sudah menikahinya."

Albert meremas kedua tangannya. Ia tahu siapa itu Lala. Berulang kali Lucas menceritakan tentang gadis kecil itu padanya. Lala adalah teman masa kecil Lucas dan cinta pertamanya. Namun, takdir berkata lain. Gadis kecil itu meninggal tertabrak kereta api dan meninggalkan luka yang mendalam bagi Lucas. Hingga pria itu enggan menerima cinta dari wanita mana pun. Bagi Lucas hanya ada Lala di hatinya.

"Lalu, bagaimana jika Nona Chiara menolak Anda lagi? Apa Anda akan mencari wanita lain?" Albert terus bertanya untuk memenuhi keingintahuannya.

Lucas tersenyum dengan salah satu ujung bibirnya. "Dia tidak akan menolakku lagi. Aku yakin."

Baru saja Lucas berhenti berucap, ponselnya berdering nyaring.

"Tuan... Apa tawaranmu masih berlaku?" Suara seorang perempuan langsung menyapa telinga Lucas saat ia menerima teleponnya.

Tahu siapa yang sedang berbicara padanya, Lucas mengulas senyum menang. "Aku hanya memiliki satu kesempatan. Dan kau sudah melewatkannya," balasnya mencoba untuk mempermainkan.

"Aku mohon, Tuan. Berikan satu kesempatan lagi untukku. Aku mohon." Isak tangis mengikuti suara Chiara yang bergetar. Ia sudah putus asa. Ia tak memiliki jalan keluar lagi. Ia tak boleh membiarkan alat penunjang hidup ibunya dilepas. Hanya Lucas yang bisa membantunya. Chiara tak lagi memikirkan harga diri dan egonya. Yang ia pikirkan hanyalah cara untuk menyelamatkan ibunya.

"Baiklah. Karena kau memohon aku akan memberikan kesempatan padamu."

"Terima kasih, Tuan," balas Chiara penuh syukur.

"Tapi, ada satu hal yang ingin aku pastikan darimu."

"Apa itu, Tuan?" Chiara menunggu jawaban Lucas dengan gelisah. Semoga bukan hal yang sulit, batinnya mempererat pegangannya pada ponsel.

"Kau harus mengikuti semua perintahku. Apa kau sanggup?"

Tanpa pikir panjang, Chiara menjawab dengan yakin. "Sanggup, Tuan. Apapun itu akan aku lakukan."

"Baiklah. Aku akan menemuimu besok untuk menyerahkan surat kontrak yang akan kau tanda tangani."

"Iya, Tuan. Terima kasih. Terima kasih." Chiara menarik turun ponsel dari telinganya setelah menutup sambungan. Ia merasa lega karena pria itu masih mau memberikannya kesempatan.

Hanya pernikahan kontrak kan? Tidak akan ada hal-hal yang ia takutkan terjadi. Ia hanya perlu berpura-pura menjadi istri pria itu. Ucap Chiara dalam hati yang terus ia ulang untuk menenangkan hatinya yang sekali lagi gelisah karena keputusannya.

"Semoga ini keputusan terbaik," ucapnya meletakkan ponselnya ke meja, kemudian menggiring langkah dengan pasti menuju kamarnya.

Tapi, ketukan di pintu mengurungkan langkah Chiara. Ia bergerak menuju pintu yang baru saja diketuk oleh seseorang dari luar. Matanya langsung melebar.

"Patrick? Kenapa dia ada di sini?"

-Bersambung-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status