Share

Bab 67 Sang Pewaris

Author: Luna Maji
last update Last Updated: 2025-07-26 19:34:24

Senja jatuh lambat di luar jendela, mewarnai gedung-gedung tinggi dengan warna tembaga pudar. Di dalam ruang Adrian, lampu belum dinyalakan. Adrian duduk dalam gelap setengah, membiarkan bayangan dan cahaya bergantian jatuh di wajahnya.

Ponselnya bergetar pelan di atas meja. Nama yang muncul di layar: Nenek.

Adrian menatapnya selama beberapa detik, seolah belum yakin akan menjawab. Panggilan terus bergetar. Ia mengangkatnya akhirnya—tapi tidak bicara lebih dulu.

“Adrian,” suara di ujung sana lembut, tapi tidak selembut biasanya. Ada ketegasan tua yang tersembunyi di balik nada itu. “Kau belum membalas pesanku sejak kemarin. Bahkan pengacaraku tidak bisa bicara denganmu. Kau baik-baik saja?”

Adrian menghela napas. “Aku baik.”

“Bohong,” jawab Nenek tanpa jeda. “Suaramu bilang sebaliknya.”

Adrian memejamkan mata. Tangannya memijit pelipis. Ia bisa membayangkan Nenek duduk di kursinya di Montclair Manor, dengan selimut tipis di pangkuan dan secangkir teh lemon di tangan.

“Meri pergi, ya?”
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 68 Jejak yang Terpisah

    Apartemen itu terlalu sunyi. Dindingnya pucat, jendelanya berembun, dan aroma herbal yang tajam selalu menggantung di udara. Meri duduk di depan meja kayu kecil yang penuh tumpukan buku sihir tua dan lembaran-lembaran kuno beraksara aneh. Rambutnya digelung asal, wajahnya pucat, dan lingkar hitam di bawah matanya semakin jelas.Sudah lima hari sejak ulang tahun Adrian. Sejak ia pergi.Sejak ia memastikan dengan mata kepala sendiri bahwa kutukan itu tidak membunuh pria yang ia cintai.Tangannya gemetar saat membuka lembar baru dari manuskrip Vale. Sebagian halaman hangus di pinggirnya, tinta memudar, dan satu frasa di tengah kalimat menggantung:“...dan jika darah Vale yang belum ternoda—”Ia menggigit bibirnya. Lemah. Lapar. Pusing. Tapi ia tetap membaca.“Berhenti dulu, Meri,” suara Dr. Zhu terdengar dari ambang pintu. Pria itu masuk sambil membawa secangkir ramuan hangat. “Kau belum makan apapun sejak pagi.”“Aku harus menyelesaikan bagian ini.” Meri menolak halus, suaranya serak. “

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 67 Sang Pewaris

    Senja jatuh lambat di luar jendela, mewarnai gedung-gedung tinggi dengan warna tembaga pudar. Di dalam ruang Adrian, lampu belum dinyalakan. Adrian duduk dalam gelap setengah, membiarkan bayangan dan cahaya bergantian jatuh di wajahnya.Ponselnya bergetar pelan di atas meja. Nama yang muncul di layar: Nenek.Adrian menatapnya selama beberapa detik, seolah belum yakin akan menjawab. Panggilan terus bergetar. Ia mengangkatnya akhirnya—tapi tidak bicara lebih dulu.“Adrian,” suara di ujung sana lembut, tapi tidak selembut biasanya. Ada ketegasan tua yang tersembunyi di balik nada itu. “Kau belum membalas pesanku sejak kemarin. Bahkan pengacaraku tidak bisa bicara denganmu. Kau baik-baik saja?”Adrian menghela napas. “Aku baik.”“Bohong,” jawab Nenek tanpa jeda. “Suaramu bilang sebaliknya.”Adrian memejamkan mata. Tangannya memijit pelipis. Ia bisa membayangkan Nenek duduk di kursinya di Montclair Manor, dengan selimut tipis di pangkuan dan secangkir teh lemon di tangan.“Meri pergi, ya?”

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 66 Jatuhnya Seorang Montclair

    Dua hari setelah Meri pergi.Langit pagi berwarna kelabu saat Adrian tiba di kantor Montclair Group. Tidak ada yang terlambat, tidak ada yang salah secara teknis—tapi semuanya terasa... miring.Ia melangkah keluar dari lift eksekutif, jas abu gelap tergantung longgar di bahunya, dasi tak sepenuhnya dikencangkan. Sekretarisnya berdiri refleks, menyambut dengan senyum kaku.“Selamat pagi, Tuan Montclair.”Ia mengangguk sekilas, lalu melangkah masuk ke ruang kerjanya. Pintu tertutup otomatis di belakangnya.Sunyi.Cahaya dari jendela tinggi jatuh ke meja yang penuh berkas. Tiga tumpukan proposal akuisisi. Dua laporan divisi. Lima belas email bertanda urgent. Semuanya menunggu tanda tangan. Semuanya belum tersentuh.Adrian duduk. Memutar kursi perlahan menghadap ke jendela. Tangannya terulur refleks ke tumpukan dokumen, lalu berhenti di tengah jalan.Ia menatap jari-jarinya. Lalu menunduk. Menyentuh telapak tangan kirinya. Kulitnya halus. Tidak ada luka. Tidak ada simbol yang menyala atau

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 65 Dan Langit pun Runtuh

    Adrian pulang lebih malam dari biasanya. Tapi untuk pertama kalinya dalam hidupnya… ia tidak merasa lelah.Ia melangkah masuk, menggulung lengan kemejanya. Senyum kecil masih tertinggal di wajahnya. Hari ini aneh—tubuhnya terasa ringan, hampir seperti bebas dari beban yang selama ini menghantui. Ia ingin cerita ke Meri. Ia ingin melihat ekspresi wajah perempuan itu saat ia bilang,"Kayaknya kutukannya hilang, Mer."Tapi ruang tamu kosong. Lampu redup menyala, seperti biasa. Tapi tak ada suara TV. Tak ada aroma masakan. Tak ada langkah kaki.“Meri?” panggilnya sambil membuka sepatu.Sepi. Tak ada jawaban.Ia berjalan ke dapur. Mug kucing kesayangan Meri—yang biasanya ada di dekat mesin kopi—sudah tidak ada. Semua terlalu bersih.“Meri…?” Suaranya pelan, kali ini sedikit ragu.Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.Ia berjalan ke kamar utama. Membuka pintu perlahan—dan membeku.Kamar itu, kembali menjadi kamar yang terlalu Adrian. Tidak ada benda-benda punya Meri. Tidak ada buku-buku

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 64 Langit Masih Belum Runtuh

    Malam masih sunyi saat mereka berdiri lama dalam pelukan itu. Di luar, laut berkilau dalam bayangan bulan, sementara angin menyapu tirai lembut di balik jendela balkon.Meri mengangkat wajahnya perlahan. Tatapan mereka bertemu—tak ada kata, hanya napas yang tenang dan mata yang penuh arti. Dalam sorot mata Adrian, ia menemukan sesuatu yang sulit dijelaskan: harapan... dan ketakutan akan kehilangan.Ia menyentuh pipinya dengan lembut. "Bolehkah... malam ini, tak ada yang lain kecuali kita?"Adrian tidak menjawab dengan kata. Ia hanya mencium keningnya pelan—dan dunia pun seakan ikut hening.Ia menuntunnya ke ranjang, gerakannya pelan, seolah tiap langkah adalah perayaan atas waktu yang masih mereka miliki. Gaun Meri jatuh ke lantai, tak bersuara. Kulitnya menggigil, bukan karena dingin, tapi karena sentuhan Adrian terasa lebih hangat dari api, lebih hidup dari sihir.Ia menatap tubuhnya sejenak, bukan dengan nafsu, tapi dengan rasa kagum dan lembut yang nyaris menyakitkan. Lalu bibirny

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 63 Sebelum Langit Runtuh

    Adrian menyalakan mesin mobil sport klasik warna abu-abu gelap, lalu menoleh ke arah Meri yang duduk di sampingnya. “Kau yakin mau keliling tanpa arah, pakai mobil ini?” tanyanya dengan senyum kecil, tangan sudah siap di persneling.Meri menatap ke luar kaca jendela, memandangi langit cerah yang hampir tanpa awan. Ia mengenakan gaun santai berwarna lembut, rambut diikat rendah, dan satu hal yang tidak pernah ketinggalan akhir-akhir ini—botol kecil Tenang Vale yang terselip di tas kanvasnya.“Aku nggak peduli mau ke mana,” katanya sambil tersenyum, “asal sama kamu.”Adrian tertawa pelan, lalu menurunkan kacamata hitamnya. “Kalau begitu, mari kita hilang sebentar dari dunia.”Mobil melaju, membawa mereka menjauh dari segalanya yang berat. Hari itu, dunia serasa ikut melunak. Tak ada deadline, tak ada kutukan, tak ada pengkhianatan. Hanya angin yang menyusup lewat jendela, dan lagu-lagu lawas yang diputar Adrian dari playlist miliknya—campuran jazz, rock lembut, dan instrumental klasik y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status