Share

Chapter 2 - Sambutan Hangat

"Ma," panggil Riley.

Ia mendekati Mamanya yang duduk di kursi roda sambil menikmati sinar matahari pagi di taman belakang. Riley mengiring kursi roda menuju gazebo terdekat.

"Mama dengar, Megan sadar?" tanya Maria begitu keduanya duduk dengan nyaman.

"Ya. Sekarang dokter sedang memeriksa kondisinya."

"Nak, kamu yakin dengan pernikahan ini?"

Riley diam, ia butuh waktu untuk menyusun kalimat yang tepat atas pertanyaan Mama. "Ini yang terbaik bagi kita semua, Ma."

"Melihat kondisi wanita itu sekarang, akan sulit baginya untuk berjalan lagi. Dia butuh seseorang untuk membantunya."

"Tapi, Mama takut Megan tidak akan setuju."

"Kita harus membuatnya setuju," tegas Riley.

"Tapi Rey, jangan memaksa apalagi kasar padanya," larang Maria cemas.

Riley tersenyum kecil. "Mama tenang saja, aku tidak akan menyakiti wanita."

Maria mendesah dalam. "Maaf, Rey. Ini kesalahan Mama. Seharusnya Mama tidak mendengarkan Celine dan menemui Papa mu," sesal Maria.

Riley tersentak kaget. "Mama menemui Papa? Buat apa, Ma?"

"Tunggu, kenapa Mama bersama Celine?"

'Celine!' Riley mengeram pelan begitu mengingat nama wanita yang telah menghancurkan hidupnya.

"Sebelum kecelakaan, Celine mengajak Mama bertemu, katanya ada sesuatu yang ingin dia bicarakan,"

"Celine bilang, Papa mu akan menikah lagi dengan wanita lain," lanjut Maria. Menceritakan alasannya menemui madu dalam rumah tangganya. Dia tidak menyangka tindakan bodohnya beralas kecemburuan akan berdampak sangat besar bagi putranya dan orang lain.

"Mama ke Bar? Mabuk-mabukan dan menyetir mobil?"

Maria menggeleng cepat. "Nggak Rey, Mama sama sekali nggak menyentuh alkohol. Seingat Mama, hari itu hanya minum soda."

Riley menghela napas panjang. "Ma, lupakan Papa. Sampai kapanpun dia tidak akan pernah berubah. Baginya, kita ini cuma masa lalu yang ingin di hapus. Lebih baik Mama fokus membangun hidup yang baru."

Maria terdiam, mencoba memahami kata-kata putranya.

"Dan Celine, mulai sekarang Rey harap Mama tidak menemui wanita itu lagi," tegas Rey.

Dia tidak ingin lagi hidupnya dibayangi oleh masa lalu. Semua perasaan cinta yang pernah di milikinya untuk wanita itu telah menguap tak bersisa.

***

Megan segera memasang wajah waspada begitu mendengar suara gagang pintu yang di putar dan tak lama terbuka. Dari sana muncul tiga orang pria dan seorang wanita yang duduk diatas kursi roda. Pria yang berdiri paling depan, mendorong kursi roda dan memarkirkannya di tepi ranjang.

"Bagaimana kondisi mu pagi ini, Nak?"

"Ba-baik," sahut Megan terbata. Ia menatap wanita disampingnya dengan wajah bingung. "Maaf, tapi anda?"

"Namaku Maria, aku Mama Rey sekaligus Mama mertua mu," balas Maria senang.

"Rey?"

"Oh, Mama lupa. Rey, nama kecil Riley. Hanya orang-orang terdekat yang boleh memanggilnya dengan nama itu. Termasuk kamu, Sayang." Jelas Maria.

Maria tersenyum senang, sejak pertama kali melihat wanita ini, ia langsung jatuh hati. Seolah bertemu seseorang yang telah lama ia rindukan.

"Tapi Tante, aku-"

"Sebentar ya," tahan Maria.

"Kalian, tunggu di luar." Alihnya pada ketiga pengacara muda yang mendampinginya.

Mereka mengangguk cepat dan segera menyingkir, meninggalkan dua wanita itu.

Maria kembali beralih pada Megan yang tengah menunggunya. Meraih tangan wanita itu. "Ceritakan semua tentang mu, Sayang. Mama ingin mengenalmu."

"Hmm, namaku Megan. Megan White," ucap Megan ragu.

"Nama yang cantik, secantik pemiliknya." Senyum di wajah Maria semakin cerah. Ia mengelus lembut permukaan tangan menantunya. "Apa kamu memiliki seseorang disamping mu?"

"Seseorang? Maksud Tante, kekasih atau suami?"

Maria mengangguk pelan. Hatinya berdetak dua kali lebih cepat, cemas menunggu jawaban yang akan keluar dari bibir Megan.

"Tidak, aku tidak memiliki keduanya."

Maria mendesah lega. 'Syukurlah,' batinnya.

"Apa yang kamu lakukan selama ini, Sayang?" Lanjutnya dengan pertanyaan lain.

"Ah, aku menulis beberapa buku dan skenario untuk film dan serial TV."

Megan mulai merasa tenang dan nyaman. Ia dapat merasakan kasih sayang di balik senyum wanita di hadapannya. Kasih sayang seorang Ibu yang tidak pernah dimilikinya.

"Wah, kamu penulis? Kebetulan sekali. Setelah pulih kamu bisa membantu Rey."

"Apa dia penulis?" Tanya Megan penasaran.

Maria melambaikan tangannya. "Tidak, jangan pernah membayangkan pria kaku itu dengan imajinasinya," kekehnya geli.

"Yang dia tahu hanya bekerja di balik meja. Tapi dari kecil Rey suka menonton, semenjak itu dia bercita-cita menjadi seorang produser film."

'Oh, produser,' Megan terkekeh geli dalam benaknya. Dia belum pernah bertemu produser menakutkan seperti Riley.

"Bagaimana dengan orangtuamu, Megan? Apa kamu tinggal bersama mereka?"

Megan menggeleng pelan. "Tidak, aku tidak memilikinya."

Ekspresi wajahnya mengelap setiap kali seseorang mulai menanyakan latar belakangnya.

Maria terhenyak sesaat. "Apa mereka meninggal?"

Megan mengendikkan bahunya. "Entahlah. Aku tidak pernah bertemu dengan mereka," sahutnya datar.

Maria melihat ekspresi enggan di wajah Megan. Wanita itu tampak tidak nyaman membahas tentang orangtuanya.

"Sayang, kamu adalah istri Rey. Itu berarti aku adalah Mama mertuamu. Jadi, mulai sekarang kamu adalah putriku," hibur Maria.

"Hmm, Tante. Tentang itu, sepertinya ada kesalahpahaman. Aku tidak-"

"Kamu tidak suka Rey?"

Megan terpaku, sulit baginya menjawab pertanyaan Maria. Ini bukan masalah suka atau tidak suka. Bagaimana bisa Megan menyukai orang yang baru pertama kali ditemuinya?!

Gambaran Love At The First Sight hanya ada dalam novel ataupun naskah sedangkan di dunia nyata, cinta butuh proses.

Dan apa yang terjadi pada Megan saat ini tidaklah sesederhana drama kejar tayang, masalah ini lebih rumit dan sulit untuk di mengerti.

"Tante, aku belum mengenal Riley dengan baik. Jadi tidak mungkin aku menikah dan menjadi istrinya."

"Nak, kamu hanya butuh waktu. Percayalah, Rey akan merawat mu, dia akan menjadi suami yang baik," ujar Maria menyakinkan Megan.

"Maukah kamu menjadi bagian dari keluarga ini?"

Megan terdiam. Wanita di hadapannya tidak memaksa tapi tidak juga memberinya kesempatan untuk melarikan diri. Maria menawarkan sesuatu yang tidak pernah dimiliki Megan.

Keluarga ...

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status