Share

Istri Kontrak Sang Miliarder
Istri Kontrak Sang Miliarder
Penulis: LazuardiBianca

Chapter 1 - Terbangun Di Tempat Asing

'Dimana ini? Apa yang terjadi?'

Di sebuah ruangan serba putih, seorang wanita terbaring lemah di atas ranjang. Berteman dengan belasan alat medis yang menempel hampir di seluruh tubuhnya. Jarinya bergerak, menyusul jeritan EKG yang berdetak dua kali lebih cepat.

Megan White membuka matanya perlahan. Silau! Kata pertama yang bisa dipikirkannya. Setelah matanya beradaptasi dengan cahaya yang masuk, Megan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Meneliti ruangan dan ranjang dimana tubuhnya terbaring.

'Rumah sakit?' Tebaknya.

Satu nama tempat yang bisa dideskripsikan Megan setelah mengamati dinding yang di dominasi warna putih, tiang infus, peralatan medis yang melekat di tubuhnya dan barang-barang lain yang ada di dalam ruangan.

'Apa yang terjadi padaku?' Megan berusaha mengingat kejadian terakhir. Dia terus mencoba mengurut rangkaian kejadian yang menyebabkannya terbaring di atas ranjang ini. Sayangnya gagal, hanya bayangan samar-samar yang muncul, membuat kepalanya berdenyut nyeri.

Megan kembali mengerakkan jari-jari tangannya. Hatinya mendesah lega begitu yakin ia bisa mengangkat kedua tangannya. Tapi, mengapa kakinya terasa berat? Sulit untuk digerakkan.

"Kamu sudah sadar?"

Kening Megan mengerut bingung begitu melihat wajah asing yang menyapanya. Pria itu menatapnya datar dan dingin.

"S-siapa?"

Megan mengelus tenggorokannya yang sakit setelah mengeluarkan satu kata dengan nada serak.

"Minumlah." Pria itu mengangsurkan sedotan dalam gelas berisi air mineral. "Kamu sudah tidur cukup lama, wajar kalau tenggorokanmu kering."

Megan menyesap pelan, membiarkan cairan dingin itu membasahi tenggorokannya yang kering. Takut-takut, dia mengarahkan bola matanya untuk menatap pria yang tidak dikenalinya.

"Siapa kamu?" Ulang Megan begitu melepas sedotan dan merasa tenggorokannya lebih baik.

Pria itu menatap Megan tajam. "Riley Charles, suamimu."

Kedutan di kening Megan bertambah dua kali lipat. "Suami?" Gumamnya setengah sadar.

'Kapan aku menikah?'

"Tidak mungkin. Aku tidak mengenalmu," tolak Megan mentah-mentah.

Riley mendekati ranjang, menekan remote kecil untuk menaikkan ranjang bagian atas dan membuat tubuh Megan terangkat beberapa centimeter, mencapai posisi nyaman.

"Hari apa ini? April mop?" Canda Megan.

Bersiap untuk tertawa keras seandainya pria yang tidak dikenalnya ini meneriakkan kata 'surprise'.

"April udah lewat, sekarang Juni," sahut Riley datar.

"Lalu? Kenapa kamu becanda seperti ini, mengerikan," desis Megan dengan suara parau.

"Aku tidak becanda."

"Mustahil. Aku tidak pernah menikah. Jangan membual cerita aneh," sergah Megan mulai kesal.

"Kenapa? Aku tidak cukup pantas menjadi suamimu?"

Megan meneliti penampilan pria dihadapannya. Tidak ada yang salah, malah terlalu berlebih. Wajah tampan, tubuh atletis, style ala pria metroseksual. Bila orang-orang bertanya, apa yang kurang? Jawabannya, tidak ada. Semuanya perfect.

"Bukan masalah pantas atau tidak tapi-"

Megan terbatuk keras, ia memegangi tenggorokannya yang kembali mengering, membuatnya sulit mengeluarkan suara.

"Berhentilah berteriak. Kamu hanya membuat tenggorokanmu sakit."

Riley kembali mengangkat gelas berisi air ke depan Megan.

"Mana ponselku?" Alih Megan.

Dia membutuhkan benda itu untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin ini hanya mimpi siang bolong akibat begadang setiap malam.

"Aku tidak tahu, mungkin terbakar saat mobilmu meledak."

Megan meletakkan gelas di nakas samping ranjang.

'Kecelakaan? Yah, sepertinya itu yang menjadi pusat masalahnya,' batin Megan yakin.

"Kalau begitu, pinjamkan aku ponselmu."

"Siapa yang mau kamu hubungi?" Selidik Riley.

"Temanku. Mereka pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi."

"Tidak sekarang," ucap Riley tegas. "Setelah kondisimu pulih total. Aku sendiri yang akan mengantarmu pada mereka."

"Apa maksudmu? Kamu mau mengurungku disini?"

Riley mendekat, jari-jarinya menyentuh pipi pucat itu. "Ya. Aku akan mengurung mu. Memastikan kamu tidak menginjakkan kaki satu centi pun dari ruangan ini," bisiknya di telinga Megan.

Megan melotot, ia beringsut takut, menarik tubuhnya untuk menjauhi pria asing dihadapannya.

"Apa?!"

'Orang ini gila!' Pekik Megan takut dalam hati.

"Istirahatlah, kita akan membicarakan masalah ini lagi saat kondisimu membaik." Pesan terakhir Riley sebelum berbalik dan keluar.

Meninggalkan Megan yang masih terpaku bingung. Menebak-nebak dalam hati, apa yang sebenarnya terjadi dan berapa lama dia tidak sadarkan diri hingga membuat dunia berubah total dalam sekejap.

***

"Rey, gimana kondisinya?" Buru Allen begitu membuka pintu ruang kerja CEO.

"Cukup baik," sahut Riley singkat.

Riley tak mengindahkan kedatangan Allen Morle, dia tetap bekerja di balik laptop tanpa mengalihkan pandangannya.

"Rey," usik Allen. "Aku dengar dari dokter, sulit untuk wanita itu kembali berjalan."

Riley menghela napas panjang. Ia mengalihkan perhatiannya, menatap Allen. "Tidak permanen, tapi butuh waktu dan usaha yang keras untuk membuatnya bisa berjalan lagi," lanjutnya.

Allen mengangguk paham. "Itu alasanmu setuju dengan pernikahan ini dan membawanya pulang ke rumah?"

"Kamu kasihan padanya?"

"Tidak," balas Riley cuek.

'Ada hal lain yang membuat Riley mengubah keputusannya.'

"Lalu? Kenapa kamu tidak menyewa terapis profesional? Wanita itu bisa tetap di rumah sakit," selidik Allen.

Mempertanyakan keputusan Riley yang tiba-tiba berubah. Pada awalnya Riley menolak mentah-mentah usul para pengacara untuk menyamarkan kecelakaan yang terjadi dengan menikahi korban tapi sekarang pria itu tiba-tiba saja membawa wanita itu pulang.

"Lebih baik merawatnya di rumah. Aku tidak ingin masalah ini menyebar luas."

Riley melepaskan perhatiannya, meletakkan laptop di atas meja lalu menghampiri dan duduk di sofa yang berhadapan dengan sahabat sekaligus asistennya.

"Kamu sudah mempersiapkan surat-surat yang dibutuhkan?" Tanyanya memastikan.

Allen mengangguk. "Aku sudah mendaftarkan pernikahan dan membuat buku nikah. Mulai hari ini kalian resmi menjadi suami istri."

Riley menatap dua buku kecil bersampul hijau dengan tulisan tinta emas.

'Ini jalan terbaik bagi semua orang,' batinnya yakin.

*****

Glosarium :

EKG (Elektrokardiograf) = Alat medis yang digunakan untuk mendeteksi denyut dan irama jantung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status