Share

Kontrak Perjanjian

"Ikut aku," kata Nicholas dingin.

"Aku tidak datang ke sini untukmu," kata Rachel singkat, ia berjalan menjauh dari Nicholas sambil mengepalkan tangannya erat-erat, sebaiknya ia membatalkan niatnya.

"Kau yakin akan terus bertingkah seperti itu? Aku tahu kau membutuhkan uang cepat, ayolah, jangan terus bersikap kekanak-kanakan, itu tidak akan menyelesaikan masalahmu," gumam Nicholas santai, tangannya terulur untuk menarik tangan Rachel dan membawanya masuk ke dalam gedung apartemen.

Rachel menggigit bibirnya, berpikir dengan keras tentang solusi yang mungkin bisa menyelesaikan masalahnya. 'Astaga! Aku benar-benar tidak punya pilihan!' ocehnya dalam tanpa suara.

"Lepaskan tanganku! Aku lapar, beri aku makanan!" seru Rachel akhirnya. Ia berbalik badan dan berjalan ke lobi apartemen dengan Nicholas berjalan di belakangnya menahan tawanya.

Semua orang mengangguk dan tersenyum sopan saat mereka berjalan melintasi lobi. Yah, tentu saja, bagaimana tidak, ia sedang berjalan dengan pemilik gedung! Lalu tiba-tiba ia berhenti di tengah jalan, mengejutkan Nicholas yang juga berhenti di belakangnya. "Ada apa?" tanyanya dengan satu alis terangkat.

"Aku ingin makan di restoran itu, kudengar mereka punya steak yang enak, kau akan mentraktirku kan?" katanya dengan wajah kesal karena teringat tagihan rumah sakit yang harus ia bayar sebelumnya.

"Tergantung!" Nicholas mengangkat bahu.

"Tergantung apanya?" Rachel mulai marah.

"Tergantung jawabanmu, kalau kau masih menolak tentu kau harus membayar semuanya sendiri, ah aku butuh smoothie!" Nicholas meregangkan tangannya sambil berjalan di depan Rachel menuju Restoran Italia yang terletak di lantai pertama gedung itu.

Rachel mendengus kesal, ia menghentakkan kakinya sekali sambil mengepalkan tinjunya. Jika bukan karena sertifikat rumah sialan itu, ia akan memilih untuk pergi daripada bersama dengan miliarder gila itu. Dari kejauhan, ia melihat Nicholas yang sedang duduk santai sambil menyantap croissant hangat. Rachel tersenyum licik lalu berjalan ke arahnya dengan wajah masam.

"Permisi!" ia melambaikan tangannya pada pelayan dan duduk di kursi di sebelah Nicholas yang tidak terganggu dan terus mengunyah rotinya dengan penuh kenikmatan. Ia melirik menu dan memesan makanan yang paling mahal. Kemudian ia mengambil keranjang Croissant dari Nicholas dan memakannya dalam satu kali suap.

"Jika kau sudah menjadi istriku, kau tidak boleh senorak ini," gumam Nicholas, tangannya sibuk menuangkan San Pellegrino ke dalam gelas.

"Oh, terserahlah! Pertama, kau harus menjelaskan kepadaku mengapa kau memilihku untuk menjadi istri sementaramu?" Rachel bertanya, mengambil croissant lagi dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Aku tidak harus menjawabnya dan itu ada dalam kontrak," kata Nicholas acuh tak acuh.

"Apa?!" Rachel berusaha menahan diri untuk tidak mengutuk. Ia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya.

"Oke terserah kamu, kalau begitu kenapa aku?" ia bertanya, menghindari tatapan Nicholas karena setiap kali ia menatap matanya ia akan teringat apa yang mereka lakukan tadi malam, ciuman, sentuhan...

"Kenapa kau? Well, kau sangat membutuhkan uang dan aku pikir kau bukan tipe orang yang bisa jatuh cinta dengan mudah, karena itu adalah hal yang sangar aku hindari, aku tidak ingin istri kontrak-ku untuk jatuh cinta padaku dan aku juga tidak ingin jatuh cinta kepadanya," jawab Nicholas santai.

Rachel ternganga, lalu dia tertawa terbahak-bahak, "Apakah menurutmu seseorang akan jatuh cinta dengan orang menyebalkan sepertimu? Percayalah, tapi tidak ada yang akan jatuh cinta kepadamu! Kalaupun ada wanita yang ingin bersamamu, itu pasti hanya karena kau punya banyak uang!" oceh Rachel, entah kenapa ia merasa sangat kesal karena secara tidak langsung Nicholas mengatakan bahwa ia memilihnya karena ia tidak pantas untuk dicintai.

"Mengapa kau begitu marah? Apakah kau mengharapkan aku untuk menjawab bahwa aku memilihmu karena aku menyukaimu?" goda Nicholas, setengah tersenyum. Wajah Rachel memerah karena apa yang dikatakan Nicholas sangat benar, ia memang mengharapkan jawaban itu. "Oh kau terlalu banyak berkhayal, dengar baik-baik! Aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu! Tidak akan pernah! Bahkan jika hanya ada kau dan aku di dunia ini! Ingat itu baik-baik!" katanya sambil mengarahkan jari telunjuknya ke wajah Nicholas.

Nicholas mendengus tertawa, ia mengangkat bahu, "Itu keren! Aku merasa aman sekarang! Terima kasih! Sungguh melegakan..." katanya dengan menyebalkan. Rachel mengepalkan tinjunya, ia tidak percaya bahwa ia kehilangan keperawanannya karena sosiopat itu. Tak lama makanannya tiba, sepiring Ribeye Steak dengan truffle Potato Gratin.

Ia memotong steaknya, lalu dalam satu kali suapan, suasana hatinya berubah seketika. Semuanya menjadi lebih baik ketika lidahnya dimanjakan oleh makanan lezat. Ia menutup matanya, "Ya Tuhan! Ini sangat enak..." gumamnya seolah-olah tidak ada yang terjadi antara ia dan Nicholas sebelumnya.

"Kau benar-benar aneh, jadi bagaimana menurutmu? Apakah kau setuju dengan tawaranku?" Nicholas bertanya sambil menyingkirkan gelas smoothie pisangnya yang kosong. Rachel menghentikan tangannya yang sedang memotong steak, kembali ke dunia nyata. Ia menatap Nicholas dengan wajah berpikir.

"Pada dasarnya aku setuju tapi aku ingin membaca ulang semua isi kontrak, aku tidak akan tahu jika kau memasukkan hal-hal aneh di sana seperti aku harus bercinta denganmu atau apa," gumamnya serius.

Nicholas mendengus, "Kau pikir aku gila atau apa!" katanya sambil menggelengkan kepalanya tidak percaya, tidak dapat memahami apa yang sedang dipikirkan oleh wanita unik di depannya itu. Lalu matanya tertuju pada dahi Rachel yang memar dan terluka, "Bagaimana keningmu? Tidak ada yang serius kan?" ia bertanya dengan acuh tak acuh.

"Kenapa kau peduli? Kau bahkan tidak membayar biaya rumah sakitku!" jawab Rachel dengan kesal. Nicholas mengangkat bahu, "Kau orang asing bagiku, mengapa aku harus menghabiskan uang untuk kesalahanmu sendiri? Tidak ada yang menyuruhmu membenturkan kepalamu ke gelas keramik bodoh itu," katanya, melambaikan tangannya ke pelayan, meminta bill.

"Yang benar saja!" Rachel memutar bola matanya, ia tidak percaya ia bertemu dengan makhluk paling menjijikkan abad ini.

"Kau mau kemana?! Aku belum selesai dengan steakku!" Rachel berteriak kesal saat melihat Nicholas bangkit dan berjalan pergi.

"Kau tidak akan memakan piringnya kan?" Nicholas berkata, matanya tertuju pada piring Rachel yang benar-benar kosong.

Rachel, yang sedang mengeruk saus jamur truffle dengan garpunya, segera berhenti, wajahnya merah karena malu. "Bajingan tengik!" ia mendesis dengan kesal. Saat ia sedang mengambil tasnya dan hendak mengikuti Nicholas ke dalam lift, seseorang menghentikannya.

"Rachel Clarke!"

Ia berbalik badan dan menemukan Trey Cole, berdiri dan tersenyum padanya. Trey adalah satu-satunya pria yang pernah pernah membuatnya jatuh cinta sejak ia duduk di bangku kuliah. Tubuh Rachel membeku karena terlalu gugup. Namun tiba-tiba seseorang meraih pergelangan tangannya, "Sayang, kenapa kau lama sekali, ayo kita pergi!"

"Apa kau bilang? Sayang?!" bisik Rachel sambil mendelik menatap Nicholas yang berdiri di sebelahnya, menyeringai dengan tatapannya yang menyebalkan. 

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status