Share

Bab 2

Author: Charla Swan
last update Last Updated: 2023-05-04 16:31:08

"Apa kamu baik-baik saja, Brie?"

Di sebuah butik yang terletak di sebuah mall terbesar di kota Old Coast, Brianna sedang berganti pakaian di ruang ganti.

Beberapa malam berturut-turut Brianna menemani tamu minum banyak alkohol. Dan malam itu dia minum lebih banyak daripada malam-malam sebelumnya. Dia merasa mual dan perutnya tidak nyaman.

"Ya aku baik-baik saja." Jawab Brianna tersenyum..

"Tapi kamu terlihat pucat. Apa kamu sakit?" Jane Caddel rekan kerja Brianna di butik bertanya dengan cemas.

Brianna baru tidur tiga jam sebelum kembali memulai harinya untuk bekerja dengan perut kosong. Pagi hari dia bekerja di restoran dan siang harinya Brianna bekerja di butik.

"Hanya kurang tidur, jangan khawatir." Brianna menjawab sambil mengoleskan lipstik merah di bibirnya.

Bekerja di butik bermerek dengan baju, tas, dan sepatu mahal, menuntutnya untuk tampil rapi dan berdandan. Dia melihat dirinya di cermin, terlihat agak pucat. Mungkin dia kelelahan, ditambah lagi dia mabuk tadi malam, menyebabkan perutnya sangat tidak nyaman.

Brianna menatap Jane dan memaksakan senyumannya, "Bagaimana penampilanku? Sudah tidak pucat kan?"

"Sempurna, cantik seperti biasanya." Jawab Jane.

"Aku sangat iri padamu, Brie. Kamu bahkan tidak perlu berdandan untuk terlihat cantik. Seandainya aku memiliki wajah sepertimu, pasti akan ada banyak pria tampan dan kaya yang mengejarku." Jane berandai-andai.

"Jangan terlalu menyanjungku, nanti aku besar kepala." Brianna tertawa mendengar pujian temannya.

Bekerja di butik tidak terlalu melelahkan seperti di restoran, sehingga Brianna bisa istirahat sejenak saat tidak ada pelanggan. Berdiri lama dengan sepatu hak tinggi bukanlah hal baru buat Brianna. Tapi sekarang tubuhnya terasa lemah dan perutnya melilit, membuatnya tidak tahan untuk menopang tubuhnya sendiri.

Brianna mengalami sakit perut yang cukup parah. Ibunya sakit kanker otak dan perawatan ibunya di pusat rehabilitasi kanker membuatnya harus menabung penghasilannya dengan cara kelaparan.

Brianna seringkali hanya makan sekali sehari. Karena dia bekerja di restoran, dia bisa makan sarapan untuk karyawan saat restoran sedang tidak sibuk. Dia bahkan bisa mengambil sisa makanan yang masih bersih.

Namun sebelumnya, dia sering kelaparan untuk menghemat uang. Bahkan, ia sering mengisi perutnya yang kosong hanya dengan minum air putih. Inilah yang membuatnya menderita sakit lambung. Dan semakin lama sakit lambungnya semakin parah. Oleh karena itu, ia selalu menyimpan obat lambung di dalam tasnya untuk berjaga-jaga.

Brianna melihat tidak ada pelanggan di toko, dia memutuskan ke ruang ganti untuk meminum obat lambungnya. "Jane, aku permisi sebentar ke ruang ganti ya?"

"Apa kamu tidak apa-apa?" Tanya Jane khawatir melihat keringat di pelupuk Brianna.

"Aku hanya sedikit sakit perut. Minum air hangat akan membuatku lebih baik." Brianna menjawab dengan senyum lemah.

"Tidak masalah. Lagipula sedang tidak ada pelanggan. Aku bisa mengatasinya sendiri. Kembalilah saat kamu merasa lebih baik."

Buru-buru dia merogoh tasnya untuk mengambil obat maag dan mengunyahnya sebelum meminum air hangat. Brianna beristirahat sejenak sambil menutup mata setelah meminum obatnya bekerja. Dia kembali ke toko ketika merasa lebih baik.

Saat dia kembali ke toko ada sepasang ibu dan anak sedang melihat-lihat pakaian. Orang yang paling tidak ingin dia temui di dunia.

"Wah.. wah... Lihat siapa ini, Ma?" Seru Lisa dengan berlebihan saat dia melihat Brianna.

Mereka adalah Carmen Monroe, wanita selingkuhan ayahnya, dan Lisa Gonzalez, putrinya. Karena merekalah, ayahnya menceraikan ibunya dan mengusir Brianna dan ibunya keluar dari rumah.

Carmen yang sedang memilih pakaian menghentikan kegiatannya dan melihat ke arah Brianna, "Oh hai, Brianna… Lama tidak bertemu denganmu. Bagaimana kabarmu sayang? Ngomong-ngomong, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Carmen basa-basi.

"Sedang apa lagi, tentu saja dia sedang bekerja, ma. Lihat saja seragamnya." Lisa tersenyum mengejek.

Tangan Brianna mengepal karena marah. 'Dasar rubah tak tahu malu!'. Ingin sekali dia membalas dan memaki mereka, tapi dia tidak bisa melakukannya di sini. Dia sedang bekerja. Dia harus menahan diri tidak ingin kehilangan pekerjaannya di butik ini.

"Ada yang bisa saya bantu Nyonya?" Tanya Brianna dengan sopan.

Lisa tertawa penuh kemenangan ketika mendengar Brianna, "Kamu dengar, Ma? Aku benar kan."

"Oh, Brianna kamu bekerja di sini? Kenapa kamu jadi kurus seperti ini, sayang? Bagaimana kalau kamu ikut saja dengan kami pulang kerumah. Akan kubujuk ayahmu untuk menerimamu . Dia pasti tidak keberatan menerima anaknya pulang."

Carmen selalu bersikap bak malaikat pelindung di depan banyak orang terutama ayahnya. Padahal dia adalah rubah betina yang menyebabkan Brianna dan ibunya menderita.

Jane yang mendengar percakapan tersebut merasa ada yang janggal dengan situasi mereka. Dia buru-buru menyela, "Maaf nyonya, rekan saya sedang kurang sehat. Biar saya saja yang melayani kalian berdua." Jane berinisiatif memisahkan Brianna dari kedua perempuan itu.

"Oh, benarkah? Tidak heran kamu terlihat pucat, Brie sayang. Ya ya, kamu istirahatlah, kami tidak akan mengganggumu."

Kata-kata Carmen membuat perut Brianna tambah mual saat mendengarnya. Tapi Brianna hanya bisa berpura-pura tidak mendengarnya. Dia menganggukkan kepala kepada temannya dan menggerakkan mulutnya, "Terima kasih Jane."

"Tidak masalah." Balas jane tanpa suara sambil tersenyum meyakinkan.

Brianna beristirahat di ruang ganti sambil menunggu jam pulang. Jane bersikeras menyuruh Brianna pulang, tapi Brianna memilih beristirahat disana. Brianna memanfaatkan waktunya beberapa jam untuk tidur karena memang dia kurang tidur beberapa hari ini.

Waktu menunjukkan pukul 9 malam dan Brianna keluar dari butik. Brianna langsung berjalan kaki menuju ke Golden Sky.

Golden Sky, adalah sebuah kelab malam di kawasan elit. Mulai dari eksekutif muda, artis, hingga pejabat terdaftar sebagai anggota VIP kelab itu. Mereka datang untuk berpesta, berbicara bisnis, bahkan hanya sekedar nongkrong dan minum-minum.

Dan di tempat inilah dia bertemu kembali dengan Steven, mantan kekasihnya, beberapa hari lalu.

'Apakah hari ini dia akan muncul lagi?' Pikiran Brianna berkeliaran

Memikirkannya saja sudah membuat jantung Brianna berdebar-debar. Walaupun ada perasaan canggung dan rasa bersalah pada Steven, namun tidak bisa dipungkiri, jauh di dalam dasar hatinya, Brianna sangat senang bisa bertemu kembali dengan Steven.

Kemarin dia terlalu banyak minum sampai mabuk dan tidak sadarkan diri. Entah bagaimana Steven bisa menolongnya?

Malam itu adalah akhir pekan. Kelab ramai dipenuhi pengunjung. Brianna langsung memasuki ruang ganti dan mengganti pakaian kusamnya dengan seragam Golden Sky.

Sesuai namanya, seragam tersebut berwarna emas yang dipadukan sedikit warna hitam. Seragamnya terdiri dari dua potong pakaian, atasan dan bawahan rok yang menempel ketat pada tubuh dan memperlihatkan sedikit kulit Brianna yang putih.

Di meja bartender, Alice, sahabat yang memperkenalkan pekerjaan ini kepada Brianna, sudah menunggunya.

"Hai, Brie... Kamu sudah datang. Apa yang terjadi padamu tadi malam? Apa kamu baik-baik saja sekarang?" Tanya Alice.

"Aku terlalu banyak minum semalam dan mabuk. Aku baik-baik saja sekarang."

"Jangan terlalu memaksakan dirimu, Brie. Apa gunanya kamu mendapatkan banyak uang tip tapi kamu jadi sakit?"

"Aku tahu, Al." Brianna tahu dia tidak boleh sakit, karena itu hanya akan menambah masalahnya, juga pengeluarannya.

"Brie, siapa yang menggendongmu semalam? Sepertinya pelanggan baru. Dia sungguh tampan, Brie!" Alice sangat bersemangat tentang hal itu sehingga dia membombardir Brianna dengan pertanyaan.

Alice adalah sahabat Brianna selama empat tahun terakhir, tetapi dia tidak pernah memberi tahu siapa pun tentang Steven, bahkan kepada ibunya sendiri.

Ketika dia hendak bercerita, tiba-tiba seorang pria jangkung dengan kuncir kuda berdiri di sampingnya, "Brianna, ikuti aku!" Perintah Joe, sang pemilik Golden Sky.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kontrak Tuan CEO   Bab 101

    Seorang wanita muda menyeret kopernya berjalan di sepanjang lorong kedatangan bandara menuju pintu keluar. Angin segar segera menyapa dan menerpa wajahnya, menyibakkan rambut bergelombang yang menutupi wajahnya yang mempesona. Dia mengenakan celana hitam yang ketat dan jaket kulit berwarna senada, memamerkan postur tubuhnya yang sempurna. Beberapa orang melirik terpana akan kecantikan dan kemolekan wanita itu. Bukan hanya pria, wanita pun berdecak kagum akan dirinya.Dengan sebelah tangannya yang bebas, wanita itu menyisir rambutnya, yang berantakan dengan jari-jarinya yang panjang dan lentik. Dia menarik napas dalam-dalam, menghirup udara Old Coast untuk pertama kalinya, sebelum kemudian menghembuskannya lagi perlahan. Perasaan hangat menyebar mengisi hatinya, namun sesaat kemudian jantungnya berdebar kencang! Ini adalah kali pertamanya menginjakkan kaki di negara ini, rasa semangat menjalar di tubuhnya. Tanpa sadar, bibirnya melengkung mengembangkan senyuman tipis.Netranya yang t

  • Istri Kontrak Tuan CEO   Bab 100

    Lima tahun kemudian. Dua orang pria berdiri diatas ring tinju, saling menyerang dan bertahan. Sudah satu jam mereka berada disana. James mulai kewalahan menghadapi serangan pukulan Steven yang sedang melampiaskan emosinya. Ya... Sejak kehilangan Brianna, pria itu selalu menjadikan James sebagai 'sak tinju' nya saat dia merasa sedih dan merindukan wanita itu. "Sudah berlalu lima tahun, mengapa sangat sulit mencari seorang wanita??" Seru Steven sambil melayangkan pukulannya ke arah James, dan berhasil mengenai perut asistennya itu. James pun bukan pria lemah. Dia sudah terbiasa bertarung dengan Steven, terlebih lima tahun belakangan ini. Pria itu dengan cepat membalas menendang Steven. Steven terpental dan menabrak tali pembatas arena tinju, lalu terjatuh. "Karena kau tidak bisa menerima kenyataan! Brianna sudah mati, Steven! Dan kau harus bisa menerima kenyataan!" Kata James dengan suara menggeram. Di dalam kantor, James adalah asisten pribadi Steven. Namun di luar pekerja

  • Istri Kontrak Tuan CEO   Bab 99

    "Bagaimana keadaan keponakanku, dokter?" Tanya Sonya cemas saat melihat dokter keluar dari ruang operasi. "Operasi berjalan dengan baik. Pendarahan di otaknya berhasil ditangani. Kami juga sudah mengeluarkan cairan di parunya dan mengobati semua luka-lukanya. Namun pasien masih dalam kondisi koma." "Oh..." Sonya menutup mulutnya dengan tangan, tenggorokannya tercekat tidak dapat menemukan suaranya. Timothy meremas lembut bahu istrinya dan berterima kasih kepada dokter. Brianna dipindahkan ke ruang VIP dan Sonya dengan setia menjaganya. Sudah beberapa hari berlalu sejak Brianna keluar dari kamar operasi, namun wanita itu belum kunjung sadar. Tidak hentinya Sonya berdoa agar keponakan yang baru ditemuinya itu segera sadar. Di satu sisi, Sonya ingin keponakannya sadar, sehingga mereka berkesempatan mengenal satu sama lain. Di sisi yang lain, dia ingin keponakannya segera sadar, karena hanya melalui keponakannya itulah harapan satu-satunya untuk dia dapat bertemu dengan Sophia

  • Istri Kontrak Tuan CEO   Bab 98

    "Berarti wanita ini sungguh anak dari Sophia..." suara Sonya bergetar dan matanya berkaca-kaca melihat Brianna yang terbaring. Dia berjalan mendekat dan menggenggam tangan Brianna. "Dua puluh tiga tahun aku dan Sophia berpisah, dan kini aku dapat melihat keponakanku... Tapi dimana Sophia?" Air mata akhirnya jatuh mengalir di pipinya. Sanders mendekati Sonya, dan meletakkan tangannya pada bahu istrinya, dan membelainya dengan lembut, mencoba menenangkan wanita itu. "Mari kita pikirkan keselamatannya terlebih dahulu.. Kau akan ada kesempatan bertanya langsung padanya saat dia sadar." Mendengar kata-kata suaminya, Sonya menghapus air matanya dengan cepat. "Benar! Keselamatannya lebih penting. Tunggu apa lagi? Segera lakukan operasi padanya, dokter! Tolong selamatkan keponakanku..." "Kami akan berusaha melakukan yang terbaik." Brianna segera di dorong ke ruangan operasi. Tim dokter berusaha yang terbaik untuk menolongnya. Sementara itu di sisi sungai Valca, di Old Coast, Steven mas

  • Istri Kontrak Tuan CEO   Bab 97

    "Kalung ini..."Letnan Sanders mengambil kalung itu dan memperhatikannya dengan seksama. Dia merasa akrab dengan benda itu. Kemudian netra pria paruh baya itu membesar melihat liontin giok berwarna hitam yang bentuknya menyerupai koin.Pria itu kemudian berjalan mendekati tempat tidur dimana Brianna terbaring dan melihat wajah Brianna dengan seksama. Wajah wanita itu tampak pucat dan dipenuhi dengan luka. Bahkan hampir separuh wajah sebelah kirinya terluka parah. Pandangan Letnan Sanders beralih ke daerah wajah yang hanya terdapat luka kecil. Beberapa saat kemudian Letnan Sanders terperajat!"Wanita ini...""Ada apa dengan wanita ini Tuan? Apa anda mengenalnya?" Tanya ajudan Lee yang heran melihat ekspresi Letnan Sanders.Letnan Sanders tidak menjawabnya, melainkan meminta ponselnya dari ajudan Lee, kemudian menelepon istrinya, Sonya Lewis."Halo..." Terdengar suara lembut wanita menyahut diujung telepon."Sonya, apa kamu kehilangan kalungmu?" Tanya Sanders namun tatapannya tidak pern

  • Istri Kontrak Tuan CEO   Bab 96

    "Steven.." Terdengar suara Brianna yang panik dan ketakutan."Steven tolong aku..." Brianna berteriak dari dalam sebuah mobil.Tiba-tiba mobil itu meledak dan api menelan tubuh Brianna. "Aaahhh..." Teriakan Brianna membuat Steven tersentak membuka matanya. Steven menemukan dirinya terbaring di sebuah kamar rumah sakit. "Brianna!" Sontak pria itu bangun dari ranjang, namun tangan James menahan bahunya."Dimana Briana? Sudah ada kabar tentang Brianna?" Tanya Steven dengan penuh kecemasan."Belum." Jawab James. "Polisi sudah mengevakuasi tempat kejadian. Selena ditemukan di salam mobil, sedangkan Roy ditemukan satu kilometer dari tempat kejadian. Tapi Brianna... masih belum ditemukan..." "Mengapa belum ketemu?? Cari terus!" Perintah Steven."Tim khusus sudah di kerahkan untuk mencari Brianna, dan Jo juga mengerahkan anak buahnya mencari Brianna. Kami akan terus mencarinya sampai ketemu, kau tenang saja.""Bagaimana aku bisa tenang?" Steven berkata lirih."Sial! Mengapa aku disini?" St

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status