Share

Istri Kontrak Tuan CEO
Istri Kontrak Tuan CEO
Penulis: Charla Swan

Bab 1

“Ah, kepalaku sakit.” Brianna bangun dari tidurnya sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit.

'Apa yang terjadi denganku?'

Wanita itu terbangun dengan rasa sakit di kepalanya. Tenggorokannya kering dan perutnya juga tidak nyaman. Dia terkejut menemukan dirinya sedang berbaring di ruangan VIP di kelab tempatnya bekerja.

Malam itu dia minum lebih banyak daripada malam-malam sebelumnya. Brianna ke kamar mandi dan muntah. Dia merasa sangat tidak nyaman, perutnya bergejolak dan pandangannya berbayang, dan terakhir dia tidak sadarkan diri.

Dia tidak ingat lagi apa yang terjadi dengannya, kemudian dia bangun dan berada di ruangan ini. Sebelum dia tidak sadarkan diri tadi, samar-samar dia melihat bayangan seseorang.

"Kamu sudah sadar?" Tiba-tiba terdengar suara pria di dekatnya. Suaranya dalam dan dingin, suara yang sudah lama tidak dia dengar.

'Suara itu...'

Brianna mendongakkan kepalanya dan menemukan seorang pria duduk disana menatapnya tajam. Pria itu...

'Steven...'

Pria yang pernah singgah di hatinya empat tahun lalu... Brianna terkejut, dia duduk membatu dan tdak bisa menemukan suaranya.

Steven berjalan mendekatinya dan memberikan sebuah botol kecil kepada Brianna, "Pereda mabuk, minumlah."

Brianna mengambil minuman itu dari tangan Steven. "Terima kasih." Ucapnya parau sambil menatap botol yang ada di tangannya. Matanya tidak berani melihat pria itu.

Kemudian Steven duduk di sofa lain di seberang dari tempat Brianna duduk. Brianna meminum minumannya sambil melirik mencuri pandang ke arah Steven.

'Apakah aku sedang bermimpi?'

Melihat sosok laki-laki yang pernah hadir dalam hidupnya empat tahun lalu membuat pikirannya kembali ke masa lalu. Empat tahun lalu, saat mereka duduk di bangku SMA, Steven yang menjadi pujaan para gadis selalu menjadi pusat perhatian. Gadis-gadis selalu mengikuti kemanapun Steven pergi. Steven bagaikan artis idola yang dikejar-kejar penggemar dan juga paparazi.

Steven tidak berubah, tetap menawan dan sangat tampan. Namun sekarang dia terlihat lebih dewasa. Pakaiannya, gaya rambutnya, rahangnya yang semakin tajam, membuatnya semakin seksi dan maskulin.

Steven berdeham dan membuyarkan lamunan Brianna.

"Apakah kamu merasa lebih baik?" tanya Steven.

Brianna tidak berani menatap Steven. Dia hanya perlahan mengangguk dan menjawab pertanyaannya, "Ya, aku merasa lebih baik. Terima kasih.. untuk ini." Kata Brianna sambil mengangkat minuman pereda mabuknya.

Melihat Brianna yang tidak memandangnya, Steven menghela nafas dan bertanya dengan suara berat, "Kenapa kamu harus minum kalau kamu tidak bisa minum?"

"Aku tidak bisa menolaknya." Dia menjawab sambil menunjuk mengangkat kedua bahunya.

"Tidak bisa menolak atau tidak mau menolak?" Steven melayangkan senyuman sinis kepadanya.

Brianna menggenggam botol kosongnya dengan kuat, namun dia tetap diam tidak menjawab Steven.

“Aku tahu wanita seperti apa kamu, Brie.. Kenapa tidak sekalian jual tubuhmu? Atau cari pria kaya yang bisa menyokongmu? " Tanya Steven dengan nada cemooh. Dia berdiri dihadapan Brianna dengan tangan di saku celananya. Membuat Brianna semakin menciut.

Tangan Brianna bergetar karena marah. Tidak dia sangka orang yang pernah dia cintai menganggapnya sebagai wanita murahan hanya karena dia bekerja di kelab dan minum-minum. Dia menggertakkan gigi dan mengangkat kepalanya.

"Aku disini bekerja, bukan menjual tubuh. Siapa yang tidak butuh uang? Semua orang membutuhkan uang. Tapi kamu tidak berhak mencemoohku." Mata Brianna berkilauan menatap Steven.

Steven tidak menjawabnya. Mereka berdua saling memandang. Jantung Brianna berdegup kencang karena tatapan mata Steven seperti menghisap jiwanya.

Setelah beberapa saat, Brianna menarik napas panjang dan menghembuskannya. Setelah merasa tenang dia melanjutkan. "Terima kasih atas pertolonganmu, Tuan. Biar kutraktir Anda dengan segelas minuman. Aku permisi."

Pria itu menyilangkan kakinya dan menyenderkan badannya ke sofa, dan bibirnya membentuk senyum dingin, "Oh, jadi kamu bekerja ditempat ini.. Beginikah caramu melayani tamu?"

"Apa maksudmu?" Tanya Brianna sambil memicingkan matanya.

"Aku sudah menolongmu saat kamu tidak sadarkan diri tadi, dan aku tamu VIP disini, tapi kamu melayani dengan cara yang sangat tidak profesional." Steven menyilangkan tangannya di dada.

"Aku bisa membuatmu berhenti dari pekerjaanmu dengan sikapmu ini. Ngomong-ngomong, pemilik kelab ini adalah teman baikku." Kata Steven sambil mengangkat sebelah alisnya. "Apakah kamu bisa terus bekerja di sini atau tidak...."

Brianna tercengang mendengar ancaman Steven. 'Mengapa pria ini harus menyusahkanku?'

"Jadi apa maumu, Tuan?"

"Mudah saja. Pertama, jangan panggil aku tuan, panggil aku Steven. Kedua, aku tidak ingin lagi melihatmu mabuk lagi seperti hari ini. Ketiga, kamu mau uang? Aku akan memberikannya padamu. Mulai besok kamu harus menemaniku minum."

Perkataan Steven membuat Brianna sedikit lega. Dia mengira Steven akan mempersulitnya dan memecatnya. Tapi berada di dekatnya juga akan sulit untuknya. 'Setidaknya aku masih bisa bekerja disini. Tapi menemaninya minum setiap hari, sepertinya bukan ide bagus. Tapi aku bisa berbuat apa lagi?'

"Terserah kau saja." Brianna berkata sambil bangkit berdiri. "Aku permisi." Brianna kemudian berjalan menuju pintu keluar ruangan itu.

Setelah ragu sejenak, dia berbalik dan ingin mengatakan sesuatu. Tapi kata-kata itu tercekik di tenggorokannya. Dia menelan kata-kata itu dan berbalik, membuka pintu dan pergi.

Setelah Brianna pergi, Steven menelepon asisten pribadinya. "Aku ingin kau menyelidiki seseorang, Brianna Hart."

Keesokkan paginya, Steven sedang berada di kantornya sambil mendengarkan informasi dari asisten pribadinya.

"Jam 10 anda ada meeting dengan kantor pusat di New York. Jam 1 siang ada pertemuan dengan para pemegang saham, untuk memperkenalkan kepemimpinan anda secara resmi. Jam 7 ada makan malam dengan para direksi."

"Lewatkan makan malamnya." Kata Steven tegas. Matanya melihat pemandangan gedung-gedung tinggi dari balik jendela besar di ruangannya.

"Baik, Tuan." Balas asisten pribadinya.

"Kamu sudah mendapatkan informasi yang kuminta?" Tanya Steven mengganti topik.

Empat tahun lalu, Steven dan Brianna adalah pasangan kekasih yang saling mencintai. Namun Brianna memutuskan hubungan mereka di malam pesta perpisahan hanya melalui pesan singkat. Lalu Steven meninggalkan negaranya. Kini dia kembali dan dipertemukan kembali dengan Brianna.

"Saya sudah mendapatkan informasi yang Anda minta, Tuan Pierce." Kemudian asisten pribadinya memberi tahu Steven semua informasi tentang Brianna.

"Brianna Hart, usia 21 tahun. Setiap pagi dia bekerja di restoran, siang dia bekerja di sebuah butik, dan sejak beberapa hari yang lalu, dia bekerja di Golden Sky pada malam hari. Orang tuanya berpisah empat tahun lalu, dan Nona Brianna ikut bersama ibunya. Tapi Nona Brianna tidak tinggal bersama ibunya, dia tinggal sendiri di sebuah kontrakan kecil di pinggiran kota."

"Selidiki lagi lebih lanjut!" Steven sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di senderan tangan kursinya.

"Baik, Tuan." Jawab James tanpa ragu.

"Oh ya Tuan, ada pesan penting dari kakek Anda. Beliau berpesan, Anda mempunyai waktu satu minggu untuk menikah. Tapi Nona Selena... "

"Jangan sebut nama itu lagi!" Steven berkata dingin.

"Maaf Tuan." James menjawab sambil menundukkan kepalanya.

"Keluarlah!" Perintah Steven.

'Brianna...' Bibirnya melengkung menampilkan senyum penuh makna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status