Pria tua tersebut masih tertawa sambil terus mengejek Felix, dengan sombongnya dia mengeluarkan ponselnya dan menelpon polisi, “Maaf mengganggu, saya hanya ingin Anda membantu untuk menangani seorang yang ada di kota yang Anda jaga ini!” Setelah menelpon, pria tua itu menatap nyalang Felix. Dengan senyum menghina dia berkata, “Kita lihatlah, sebentar lagi polisi akan menangkapmu, dan kau akan hancur karena aku tidak akan membiarkan orang miskin sepertimu bebas dengan mudah!”
Felix tidak merespon ucapan pria tersebut, dia masih berdiri dengan tenang di samping Hellena, matanya menatap tajam pria bodoh di depannya. Sementara Hellena terlihat semakin cemas. “Mana yang katanya panggil orang untuk membereskan aku? Nyatanya sampai sekarang tidak ada satupun yang datang. Dasar bodoh! Kau pikir sandiwaramu itu sudah hebat sekali ya?” pria tua itu kembali tertawa, menganggap lucu Felix yang berpura-pura menelpon seseorang. “waktumu sudah habis, cepat pergi dan serahkan jalang itu padaku sebelum polisi datang menangkapmu!” Benar saja, mobil polisi berhenti di dekat rumah itu. Dua orang turun lalu menghampiri si tua gendut. Senyum menyeringai sinis tergambar puas di wajah Sonya dan Clarissa. Kedua ibu dan anak tersebut merasa si atas angin. “Kalian akan habis!” bisik Clarissa, sang adik tiri yang merasa senang. Penderitaan Hellena adalah kebahagiaan untuknya. Felix masih bersikap tenang tanpa terprovokasi oleh pria tua tersebut. Sekilas Felix melihat ke Hellena, lalu kembali lagi menatap tajam pria tua itu, Sonya sang ibu tiri dan juga Clarissa sang adik tiri Hellena secara bergantian. “Pemuda itu meremehkan diriku, dan jalang itu tidak mau membayar hutangnya lalu membuat ribut!” Si tua bangka sialan itu mengoceh di hadapan polisi. “Baik, kami mengerti.” Seorang polisi menjawab. “Hei, kalian. Ikut kami ke kantor polisi!” Salah seorang polisi menarik paksa Hellena untuk dimasukkan ke dalam mobil. Salah seorang lagi lalu mendorong Felix. “Aku tidak berhutang padanya!" Memang Hellena tidak pernah berhutang kepada juragan tersebut, karena sang ibu tiri lah yang telah berhutang banyak, demi untuk memenuhi gaya hidup anak kandungnya. Sejak ayahnya meninggal, kedua ibu dan anak tersebut selalu bersikap semena-mena terhadap Hellena. “Lepaskan, beraninya kalian menyentuhku!” Felix menepis tangan polisi itu. Mendengar Felix yang hanya berkata seperti itu, seketika ketiga orang yang ditatap Felix itu tertawa. “Hei bodoh, Kau pikir siapa yang akan mendengarkan pria miskin sepertimu ha? Khayalanmu terlalu tinggi bajingan!” teriak Sonya geram. “Hellena, Kau itu terlalu bodoh! Sudah jelas-jelas akan dinikahi orang kaya, tapi kau malah memilih dengan orang miskin seperti dia!” Clarissa bersungut-sungut sambil menunjuk ke arah Felix. “Kau dengar kan jalang? Ibu sama kakakmu saja lebih suka aku yang menikahimu, bukan pria miskin dan bau sepertinya!” pria tua tersebut tak mau kalah untuk menghina Felix, sementara yang dihina masih tetap berdiri dengan tenang, sambil terus menggenggam tangan Hellena. “Kenapa Kau diam saja bajingan! Kau mulai takut kan sekarang?” emosi pria tua itu sudah meluap-luap, karena Felix yang hanya diam saja tanpa mau merespon ucapannya. Dengan langkah lebar pria tua itu mendekati Felix, dan langsung mengayunkan tinjunya hendak memukul pria tampan tersebut. “Berani memukulku, Kau akan mati saat ini juga!” tegas Felix, sambil mencengkram tangan sang juragan dengan sangat kuat, sehingga bandot tua itu meraung kesakitan. Di saat situasi semakin tegang, tiba-tiba datang beberapa mobil mewah yang langsung berhenti di depan rumah tersebut. Semua orang tercengang dengan pemandangan tersebut, kecuali Felix yang tetap dengan ekspresi dinginnya. Beberapa pria berbadan tegap dengan pakaian serba hitam turun dari mobil mewah tersebut, membuat sang juragan mengernyit bingung melihat kedatangan orang-orang tersebut. Tapi itu hanya sebentar, karena sedetik kemudian bibirnya menyunggingkan senyum lebar, ketika melihat seorang pria berseragam dengan pangkat Inspektur ikut turun dari salah satu mobil mewah tersebut. "Kau lihatlah, Pak Inspektur sendiri yang ikut turun tangan untuk menangkap kau dan jalang itu!" Sarkas sang juragan, dengan penuh percaya dirinya, dengan wajah angkuh dia menghempaskan tangan Felix yang masih mencengkram lengannya. Dengan langkah lebar, pria tua itu menghampiri sang Inspektur dan menyambutnya dengan penuh rasa hormat. "Selamat datang Inspektur, terima kasih Anda sudah datang ke sini." Dengan badan sedikit membungkuk, juragan tersebut memberi salam. Akan tetapi sang Inspektur tidak melihat sedikitpun ke arahnya, Pria berseragam tersebut justru dengan tergesa melangkah ke arah Felix yang masih berdiri di tempat dengan wajah yang sangat datar. "Selamat siang Tuan Alexander, maaf Saya datang terlambat." 'Deg!' Juragan terkejut melihat sikap hormat sang Inspektur terhadap Felix, begitu juga dengan Sonya dan Clarissa yang hanya bisa terpaku dengan pemandangan tersebut.Sepulang dari pertemuannya dengan, Tuan Clark, wajah Felix, semakin datar dan dingin. Membuat aura di sekitarnya terasa mencekam. Begitu turun dari mobil, Felix pergi begitu saja menuju ruangannya. Meninggalkan Mark, dan Lena, yang dibuat pusing dengan sikap bosnya yang terlihat marah.Lena melihat ke arah, Mark, dan kebetulan pria itu juga sedang melihat ke arahnya. "Kenapa, Tuan Felix seperti orang sedang marah ya? Bukannya kita tidak membuat kesalahan?" ucap Lena, pelan. Seolah sedang berbicara dengan dirinya sendiri."Jangan terlalu ingin tau urusan orang lain!" tegas Mark, dengan wajah yang tak kalah datarnya dengan sang bos. Setelahnya, dia langsung pergi begitu saja, meninggalkan Lena yang masih terbengong, merasa heran dengan sikap dua pria tersebut."Uh! Mau heran, tapi ini manusia kulkas, jadi ya sudahlah. Biar aku saja yang menjadi api untuk membakar dua manusia es berjalan itu," gumam Lena, sambil terkekeh geli, menertawakan ucapannya sendiri.Tanpa menunda waktu, wanita
Felix memasuki ruang privat yang ada di restoran tersebut, diikuti oleh Lena dan Mark. Saat Lena akan duduk di tempat yang agak jauh dari Felix, tiba-tiba tangan kekar seseorang menariknya, hingga wanita itu terduduk di kursi samping kiri Felix, sementara Mark duduk di samping kanan sang bos."Mau kemana, Kau?" tanya Felix, datar."Mau duduk yang jauh dari, Tuan!" jawab Lena acuh."Memangnya aku virus yang harus Kau jauhi ha!" emosi Felix kembali meningkat."Bukan cuma virus biasa, tapi virus yang meresahkan!" gumam Lena, tanpa sadar."Bukan aku yang meresahkan, tapi Kau!" ucap Felix, pelan tapi tetap saja tajam. "Baru kali ini aku punya sekretaris yang sangat meresahkan, tidak mau dengar apa perintah, Bosnya. Selalu bertindak atas keinginan sendiri!" gerutu Felix."Makanya, jadi Bos itu yang baik, jangan seperti kulkas berjalan, irit bicara, sekali bicara langsung tancap gas!" rutuk Lena, dengan bibir mengerucut."Astaga, Mark, dari mana Kau dapat manusia langka ini? Baru sehari dia
Lena mengernyit heran dengan sikap bos barunya tersebut, ‘Kenapa dia bersikap seperti suami posesif?’ batin Lena, heran dengan semua sikap Felix. Lena terdiam sejenak, tiba-tiba matanya melebar dengan jantung yang berdetak semakin kencang, ‘Apa jangan-jangan, dia mengenaliku?’ batin Lena lagi.“Hey, Kau! Apa tidak dengar apa kataku!” ucap Felix, dengan tatapan dingin.Seketika Lena tergagap, mendapatkan pertanyaan tersebut, “Ah, i … iya, Tuan, maaf!” ucap Lena, tergagap. Dan dengan cepat dia masuk ke mobil, tepat di samping Felix. Wanita itu berusaha keras untuk menetralkan debaran jantungnya, agar Felix dan Mark tidak curiga padanya.“Kenapa wajahmu pucat? Apa Kau takut padaku?” tanya Felix, dengan senyum miring.“Tentu saja takut, wajah Tuan, seram seperti iblis cari mangsa,” gumam Lena, pelan tanpa ada niat untuk menjawab ejekan Felix. Tapi siapa sangka, gumamannya terdengar juga oleh telinga Felix, dan Mark, yang memang sangat tajam hingga bisa mendengar dengan jelas gumaman Lena
"Kau ---!" Felix, dan wanita itu sama-sama terkejut dengan kejadian itu.Seketika jantung wanita itu berpacu dengan cepat, ada perasaan khawatir, jika Felix akan mengenali dirinya."Siapa, Kau!" tanya Felix, dingin tanpa ekspresi.Wanita itu menghela napas lega, karena ternyata, Felix tidak mengenali dirinya."Saya Lena, Tuan, Sekretaris baru Anda!" terang wanita itu."Elle ---!" ucap Felix, sambil menatap lekat wajah wanita di depannya.Wanita tersebut sempat gugup, karena tatapan dingin Felix, yang mengintimidasi. Hampir saja dia mengakui penyamarannya sendiri, ketika akhirnya tersadar, jika Felix hanya mengenali suaranya, bukan wajahnya."Saya Lena, Tuan, bukan ,Elle!" jawab wanita yang mengaku bernama Lena tersebut, tegas agar tidak diintimidasi oleh pria di depannya."Oh ---!" cuma itu yang keluar dari mulut Felix, lalu pria itu melangkah pergi tanpa berucap apapun lagi kepada Lena.Felix terus melangkah, meninggalkan Lena, yang masih terpaku menatap punggung pria tersebut. Tujua
Seminggu sudah, Felix dan anak buahnya melakukan pencarian, akan tetapi belum juga mendapatkan hasil. Hellena benar-benar menghilang, membuat Felix semakin kalut. Perasaan bersalah dan penyesalan semakin menggerogoti hatinya, membuat emosinya semakin tidak terkontrol."Bodoh, kalian semua! Apa saja yang kalian lakukan, sampai mengerjakan laporan seperti ini saja tidak becus!" Felix murka, saat meeting laporan bulanan, dia menemukan kesalahan yang tidak sengaja dilakukan oleh karyawannya.Semua orang hanya menunduk, ketakutan karena aura dingin yang dipancarkan oleh raut wajah Felix, yang sudah menggelap."Perbaiki! Jika masih tetap salah juga, lebih baik keluar dari sini!" "Baik, Tuan," ucap mereka kompak."Meeting ditunda sampai jam empat nanti!"Tidak ada jawaban dari para karyawan, tapi mereka satu persatu pergi meninggalkan ruangan meeting tersebut. Hening, seketika ruangan tersebut terasa mencekam, meninggalkan dua orang yang saling diam. Mark, sang Asisten seolah membeku oleh s
Felix, terus memeluk wanita itu sambil menyembunyikan wajahnya di pundak sang wanita. Dia sangat takut, akan ditinggalkan lagi. “Elle, tolong jangan pergi lagi! Maafkan aku, Elle!” bisik Felix, dengan air mata yang mulai menetes. Felix, pria yang terkenal kejam dan dingin ini, pada akhirnya meneteskan air matanya hanya karena seorang wanita yang berstatus ‘Istri Kontrak’.Sementara wanita yang dipeluknya, terus meronta berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan pria yang tidak dia kenal , “Lepas!” bentak wanita tersebut, sambil menyentak kasar tangan Felix yang masih memeluknya erat. “Siapa, Kau?” sambungnya, setelah berhasil melepaskan pelukan Felix, dan berbalik menatap pria itu.Beberapa menit yang lalu, Hellena yang sedang sarapan di sebuah restoran, tiba-tiba terkejut saat matanya secara tidak sengaja melihat, Felix dan anak buahnya masuk ke restoran yang sama dengan dirinya saat ini. Sebelum Felix melihatnya, Hellena lebih dulu pergi meninggalkan mejanya dan bersembunyi di dala