Share

Istri Kontrakku Ternyata CEO Kaya
Istri Kontrakku Ternyata CEO Kaya
Author: Author Rina

bab 1

Author: Author Rina
last update Huling Na-update: 2025-07-04 08:45:17

Bab 1 Rendang Basi Dari Tetangga

"Halah Yu Darti. Setahun sekali mbok ya masak daging. Gak bosen apa telor melulu."

Kuintip mertua yang sedang belanja di depan rumah. Dia tampak tersenyum menganggapi ucapan warga tadi.

"Lah kamu ini Tum, la wong Yu Darti kok disuruh beli daging, Yo gak mampu. Makan saja dia itu sehari cuma sekali."

Aku menarik nafas.

'Ya Tuhan sesangsara itukah mertuaku," gumamku.

Aku menikah kontrak dengan sopir pribadi keluargaku untuk menutupi malu. Si Alex sialan itu ketahuan selingkuh sehari sebelum menikah. Padahal kami sudah bertunangan selama hampir 3 tahun. Memang sial itu lelaki, bisa-bisanya aku diselingkuhi dengan Inem pelayan seksi tetangga apartemen.

"Mas, kamu kok pilih aku sih. Mbak Miranda itu kan cantik, sexsi. Kaya lagi."

Saat itu aku hendak memberikan surprise kepadanya. Karena hari ini adalah hari ulang tahunnya. Kue tart mewah, jam tangan rolex telah aku siapkan. Namun, bukannya sambutan hangat malah perselingkuhan yang aku saksikan.

"Ya sih Miranda memang cantik, tapi keteknya bau. Malas aku jadinya lama-lama sama dia. Mana jarang mandi lagi."

'Kambing, bisa-bisanya dia bilang begitu sama aku. Padahal jelas mulut dia yang bau."

Kuremas telapak tangan, kesal sekali rasanya mendengar ucapan laki mokondo dan parasit yang hobinya cuma manfaatin ceweknya itu.

"Masa sih, mas. Padahal dia cantik, putih glowing dan anak orang kaya loh," sahut Inem si pelayan sexsi yang sudah beberapa kali digrebek warga karena ketahuan main sama suami tetangga.

"Halah mana ada kaya. Dia lagak doang yang kaya. Sok beli barang mewah padahal KW semua, mobil rental, apartemen juga aku yang bayarin. Terus hutang orang tuanya juga numpuk segedung anakkan."

Brak

Aku yang sudah tak tahan segera mendobrak pintu dan tanpa menunggu lama segera kulepas sepatu hak tinggiku lalu kutimpuk kepalanya hingga benjol..

"Kemarikan kartu kredit sama Atm ku!" Todongku.

"Eh Sayang.."

"Gak usah sayang-sayang! Aku gak butuh rayuan gombalmu!" Sengitku.

Alex berdiri dan hendak memelukku. Namun segera aku dorong tubuhnya hingga jatuh.

"Aduh, jangan kasar-kasar dong sama pacarku. Dasar perempuan bau ketiak!" Hardik wanita sexsi yang memakai baju kurang bahan idola Alex itu.

Aku lirik perempuan kampung miskin akhlak itu, aku tak minat untuk meladeni ucapannya. Bisa hilang harga diriku melawan wanita kampung seperti dia.

"Cepat kemarikan semua fasilitas yang aku berikan padamu. Atau aku laporkan polisi atas tuduhan pencurian. Kamu ambil semua barang-barang itu diam-diam kan."

"Mau aku tunjukkan buktinya supaya polisi yakin."

Alex langsung berdiri dan memberikan semua barang-barang milikku dan saat itu juga aku putuskan dia. Naasnya undangan sudah tersebar, media sudah meliput rencana pernikahanku hingga mau tak mau orang tuaku mencarikan pengantin pengganti untukku.

"Elias!" Aku melotot, mataku menatap tajam, mulutku melongo. Dari sekian banyak lelaki di dunia ini kenapa harus kanebo kering itu yang harus menjadi pengantin penggantiku.

Selama dua tahun senyum jarang, ngobrol jarang. Kalau mengantar orang hanya iya dan tidak tiap kali ditanya. Aduh hancur sudah duniaku, mana gayanya gak banget lagi.

"Iya hanya dia yang pantas menjadi pendamping kamu. Dia lelaki yang sabar dan Papa yakin bisa menjagamu."

'Fiuh sabar dari mana coba, dari arab.'

Karena tak dapat menolak akhirnya aku membuat keputusan untuk menikah kontrak dengannya.

"Setelah tiga bulan kita cerai. Aku bayar kamu lima ratus juta," ucapku dan seperti dugaanku. Kanebo kering itu hanya diam sambil mengangguk. Hihh, emang gak kreatif ni cowok.

_

Kudengar suara langkah kaki mertuaku hingga aku memutuskan untuk masuk ke dalam rumah sederhana miliknya.

Tak ada barang mewah ataupun ruangan yang luas, yang ada hanyalah meja kursi kayu yang usang. Bahkan lantai rumah mertua juga hanya terbuat dari tanah.

"Ndok, Miranda. Besok kita masak opor telor sama tahu ya Ndok. Nanti ibu buatkan lontong," ucapnya sambil tersenyum. Tapi aku tahu dia seperti menyimpan kesedihan yang mendalam.

"Loh kenapa gak beli ayam, Bu?"tanyaku.

"Wes gak papa, telor juga enak kok Ndok kalau dimasaknya dengan bumbu yang tepat."

Kuanggukan kepalaku. Ingin rasanya aku ke pasar sekarang juga lalu membeli berkilo-kilo daging untuk menyumpal mulut tetangga yang tadi menghina mertuaku. Tapi, pasti gak diizinkan sama si kanebo kering itu.

"Gak usah macam-macam, gak usah perhatian dan gak usah sok dekat dengan keluargaku. Ibuku sudah terbiasa hidup begini!" Ketus Elias saat aku hendak membelikan kasur untuk ibu mertuaku.

"Nanti buka puasa masak ini saja,Ndok. Kamu bisa masak gak?"tanya mertuaku sambil menunjukkan daun yang entah apa namanya itu. Mungkin daun buat makanan kelinci.

"Maaf, Bu. Aku tak biasa masak itu," jawabku. Aku pikir mertua akan marah tapi nyatanya justru tersenyum.

"Yo wes..."

"Lek ,Lek Darti."

Terdengar suara seseorang dari depan dan tampak seorang wanita setengah baya berdiri dengan membawa rantang.

"Ada apa to Ton?"tanya ibu mertua.

"Ini lek tak kasih rendang untuk buka puasa, kasian itu menantu Bu lek yang dari kota masak dikasih makan genjer," jawab wanita itu.

'Alhamdulilah ada juga tentangga yang baik,' batinku

"Walah, matursuwun ya Ton. Murah rezekimu,"jawab Ibu.

"Iya wes sama-sama."

Ibu masih tersenyum hingga wanita bernama Ton itu pergi.

"Wes ndok gak usah masak, ini ada rendang dari mbak Yu mu," ucap ibu sambil memberikan rendang tadi padaku. Namun, kenapa ada yang aneh dengan rendang ini.

Penasaran aku buka tutup rantang dan saat aku lihat. Ya Tuhan rendang ini sudah berjamur.

"Bu tadi siapa yang ngasih rendang ini?" tanyaku dengan emosi tertahan.

"Ouh itu Ndok. Mbak Ton, dia itu menantu Budemu," jawab ibu sambil tersenyum semringah.

Ya Allah orang setulus ini ada pula yang tega menjahatinya.

"Rumahnya mana, Bu. Aku mau bilang makasih," ucapku.

"Ouh iya Ndok. Biar sekalian kenal. Dia itu masih sepupu kamu."

Aku hanya mengangguk dengan sejuta amarah dan ibu segera membawaku ke rumah wanita muda tadi.

"Asalamualaikum. Ton, Ton! Ini adikmu mau kenalan!" Teriak ibu dan tak lama kemudian pintu terbuka.

"Ada apa Lek?"tanya wanita dengan wajah santai.

"Ini adikmu mau kenalan, dia berterima kasih karena kamu kasih rendang," ucap Ibu mertua.

"Ouh gpp, aku tau kok Bulek itu kismin, mana sanggup beli daging. Tempe aja ngutang di tukang sayur!" Sengit wanita itu.

Aku maju satu langkah, hatiku sudah terbakar amarah dengan hinaan wanita sombong ini.

"Jadi benar rendang ini dari kamu?"tanyaku kesal.

"Iya, kan tadi mertua kamu sudah bilang," jawabnya cuek.

"Bagus."

Dengan kesal kulepar rendang basi itu tepat ke wajahnya.

"Ini ambil rendang basimu dan jangan pernah menghina mertua ku lagi!" Karena mulai sekarang tak akan biarkan satu orang pun menghina mertuaku!

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri Kontrakku Ternyata CEO Kaya   bab 35

    "Yo wis Bu kalau begitu Aku bersihkan dulu habis itu kita goreng. Mbak mau digoreng seperti apa? Mau disambel atau digoreng gitu aja?" Nur menatapku. "Goreng pakai tepung aja Nur biar rasanya lebih crispy.""Ouh tepung bumbu ya mbak?"Aku menggangguk," ada gak tepungnya, kalau nggak biar aku beli di warung."Nur mencari-cari bumbu itu dan ternyata tidak ada. "Weh gak ada je, mbak.""Yo wis kalau begitu aku ke warung sebelah dulu.""Nggak papa kan Mbak sendirian?"Aku menggangguk, tinggal di sini beberapa Minggu aku sudah hapal jalan. Lagi pula warungnya juga tidak terlalu jauh._Suasana sore di kampung ini cukup syahdu. Embun tipis mulai turun, udara dingin menyentuh tulang. Anak-anak kecil dengan berpakaian muslim berjalan menuju ke sebuah sungai kecil di ujung kampung. "Mau ke mana?"tanyaku. "Mau ngaji Mbak."Aku menatap ke arah dompet dan ternyata aku memiliki beberapa Uang pecahan rp10.000 ya aku rasa cukup untuk memberi kamu kepada 4 anaknya sedang berjalan itu. "Sini Mbak

  • Istri Kontrakku Ternyata CEO Kaya   bab 34

    "Oalah Ti, mbok kamu sama anak kamu itu ngaca, hidup aja susah kok mau buat rumah tingkat. Mikirlah, hutangmu masih banyak!" Aku segera memasang telinga untuk mendengar apa yang akan dilakukan oleh orang tua gak tau adab itu lagi. "Sampean ngomong opo to mbak Yu. Aku loh sadar diri, aku tu hidup yang penting bisa makan, anak-anakku gak kekurangan sudah kok. Aku gak terlalu ambisi sama dunia," jawab Ibu. "Halah sok-sokan kamu gak butuh harta! La wong setiap hari saja kamu tuh sibuk mau nyaingi aku kok!" Sengit Mbok De Saminah. "La yang mau saingan sama sampean itu loh siapa, sampean mau numpuk harta sampai gunung anakan aku yo gak peduli. Harta orang tua sampean telan sendiri aku ya gak papa. Karena bagiku hidup itu bukan cuma harta. Percuma punya banyak harta kalau gak merasa cukup, tetap saja hidup gak tentram! Mati juga cuma butuh tanah 1.5 meter Yu."Eh sejak kapan Ibu mertua berani?"Halah kamu itu sok-sokan aja bilang gitu, kamu itu sebenarnya iri to sama aku. Sudah semua war

  • Istri Kontrakku Ternyata CEO Kaya   bab 33

    "Apa pedulimu!" Sengitku.Elias menyentil keningku. "Dasar bodoh, kamu akui atau tidak aku ini suamimu. Tentu saja aku ingin yang terbaik untuk kamu selama kamu masih jadi istriku," jawabnya Eh "Mas, memang benar ya, kamu hutang minum kopi di warung sebelah?" tanya Nur tiba-tiba yang membuat Elias menoleh ke arahnya."Siapa yang bilang?"tanya lelaki itu."Tadi mbah Kamis yang bilang. Katanya kamu gaya pakai mau bangun rumah segala, wong kopi aja ngutang," jawabku padahal tadi Nur sudah buka mulut hingga akhirnya menutup lagi."Hah, sembarangan ngutang. Malah aku yang traktir dia tiap hari. Kalau dulu iyalah ngutang," jawab Elias santai. "Tuh kan. Aku sudah sangka pasti Mbah Kamis itu cuman ngada-ngada bilang kalau Mas Elias suka ngutang. Dia iri karena mas Elias mau bangun rumah," ujar Nur. "Kira-kira nanti apa reaksi ibu ya?"tanyaku sementara Elias hanya diam."Mas nanti kalau rumahnya tingkat 3 aku kamarnya di atas ya. Biar aku bisa liat pemandangan," rengek Nur."Enak aja, kam

  • Istri Kontrakku Ternyata CEO Kaya   bab 32

    "Maaf, Memangnya Kalau kami miskin kami nggak boleh bangun rumah? Kutatap orang tua itu,"toh kami bangun juga dengan uang kami sendiri kami tidak pinjam pada kalian. Lagian kalian itu loh udah tua, mbok ya fokus ibadah. Jangan suka ngurusin orang lain, takutnya belum tobat malah udah mening oi duluan. Apa gak rugi kalian!""Wo bocah gendeng, gak ada aturan. Orang tuamu gak mendidik sopan santun mesti, makanya berani sama orang tua!" Si kakek tak terima dan mengacungkan aritnya padaku. Loh gimana sih, kan bener dia itu sudah tua dan sudah bau tanah bisa saja kan tiba-tiba mening oi. Ya gak? Apa yang salah coba dengan ucapan aku?"Memangnya, kalian punya sopan gitu. Namanya orang tua kalau lihat keponakan bisa bangun rumah, ya harusnya ikut bersyukur. Bukan malah julid, sampean nenek dan kakeknya Elias dan Nur kan?"Aku masih ingat ketika pertama kali datang, Elias dan Ibu memperkenalkan aku pada mereka dan mereka itu masih ada hubungan darah dengan Elias."Dasar wong kuto, gak duwe so

  • Istri Kontrakku Ternyata CEO Kaya   bab 31

    Akhirnya aku terpaksa membuat perjanjian dengannya supaya dia tidak membuka rahasiaku di muka umum. Beruntung pria itu mau bekerjasama denganku walaupun aku harus memenuhi beberapa persyaratan. "Mbak ternyata benar Mas Elias yang merencanakan semua ini. Lah aku pikir kejutannya nggak seperti ini je. Kok malah seperti ini, benar-benar mas Elias itu cinta sama kamu mbak."Loh apa hubungannya meronovasi rumah sama masalah cinta, kok aneh."Aneh kamu ini Nur, Apa hubungannya merenovasi rumah sama aku? Kan yang direnovasi rumah kamu bukan rumahku," jawabku.Nur hanya tersenyum lalu kemudian kami berdua segera keluar. "Pak ini menunggu ibu kami dulu atau langsung diukur?"tanya Nur."Nggak papa mbak lagian kan ada mbak. Kata Pak Elias nggak papa kok nggak harus ada Ibunya mbak, yang penting semuanya sudah jelas."Nur mengangguk begitu pula dengan aku. "Jadi tanah ini batasnya mana ya Mbak?"tanya sang kontraktor untuk menentukan batas tanah. "Ini pak ini ada patokannya. Jadi bagian sini i

  • Istri Kontrakku Ternyata CEO Kaya   bab 30

    Nur mempersilahkan orang-orang itu masuk. Sementara aku menunggu dengan jantung yang ikut berdebar. "Iya pak?"tanya Nur "Apa benar ini rumah Bu Darti?"tanya lelaki berpakaian rapi itu."Iya pak ada urusan apa ya?" Nur tampak gemetar. Beberapa kali gadis itu mengusap tangannya yang berkeringat. Tampak sekali dia gelisah atau mungkin takut. "Perkenalkan saya Hadi. Kami dari pihak kontraktor PT Adem Mukti. Kami ke sini untuk melihat kondisi lahan rumah yang akan direnovasi. Ini gambar yang telah masuk ke kami. Apa ada yang mau ditambahi.""Hah?" Mata Nur melotot, dia menatap ke arahku, sementara aku juga bingung. Aku memang punya rencana untuk memugae rumah ini tapi baru wacana karena takut menyinggung Elias. Masa iya bisa tembus ke kontraktor?"Bapak memang beneran yang mau di renovasi ini rumah saya. Kami tidak merasa mengontrak bapak," ujar Nur," lagi pula sepertinya nggak mungkin pak kalau ibu saya yang meminta bapak untuk datang ke sini, kami loh orang miskin, Mana mungkin bisa m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status