Share

Istri Ku Sang Ratu Bumi
Istri Ku Sang Ratu Bumi
Author: Bintang

BAB 1

“Kalian siapa??! Lepas!!”

“Lepaskan aku!!!” Seorang perempuan muda berteriak sambil mengerahkan seluruh tenaganya untuk melepaskan diri dari cengkeraman kuat dua laki-laki di kiri kanannya.

Namun tak satupun dari dua laki-laki berbadan kekar itu menghiraukan rontaan perempuan muda yang mereka seret paksa masuk ke dalam sebuah ruangan.

Pintu ruangan itu terbuka oleh laki-laki lain yang berjaga di depan pintu. Dua laki-laki itu terus menyeret perempuan itu masuk dan mendudukkannya di sebuah kursi kayu.

Satu laki-laki memegang kedua tangan perempuan itu, sementara laki-laki lainnya mengambil gulungan tali yang ada di atas meja tak jauh dari kursi tersebut.

Dengan cepat dan cekatan, laki-laki itu mengikat tubuh sang perempuan dari atas hingga kaki. Tidak menyisakan celah bagi sang perempuan untuk bergerak, meskipun kaki sang perempuan sempat menendang dan melakukan usaha untuk berdiri.

Setelah memastikan sekali lagi bahwa perempuan itu tidak mungkin melepaskan diri, kedua laki-laki tersebut meninggalkan ruangan dengan cepat.

Pintu pun tertutup.

Perempuan muda itu tersengal. Ia memejamkan mata, berusaha menenangkan diri. Ia lalu membuka matanya dan melihat ke sekeliling.

‘Ini sebuah kamar tidur.’

Ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi tadi. Tapi yang berhasil ia ingat hanyalah bahwa ia pulang dari bekerja, saat di parkiran seseorang membekap mulutnya. Lalu semuanya gelap. Saat sadar, ia tengah diseret menuju kamar ini.

‘Siapa mereka? Mau apa mereka?’ Batin perempuan itu.

Belum lagi pertanyaan-pertanyaan lain melintas di benaknya, pintu itu terbuka kembali.

Suara langkah kaki terdengar masuk. Tampak oleh perempuan itu, sosok laki-laki berbadan tambun dengan wajah bulat dan mata sedikit tertarik ke atas.

“Ah, akhirnya…. Nona Aliya…” ujar laki-laki tambun itu sambil kedua tangannya saling mengusap.

Perempuan terikat yang dipanggil Aliya itu, menyipitkan matanya. Mencoba mengenali lelaki tambun yang kini tengah berjalan mendekati dirinya.

“A-anda… Pak Rudianto?” Kening perempuan bernama Aliya itu berkerut. Ia telah mengenali lelaki tambun di depannya.

Beberapa hari lalu lelaki tersebut bertamu ke rumahnya. Ia adalah teman Bisma, suaminya. Bisma memang memperkenalkan tamu itu padanya.

“Ah, kamu ingat rupanya. Baguslah. Saya tak perlu repot-repot memperkenalkan diri saya lagi,” kekeh Rudianto, sang lelaki tambun itu.  

“Anda adalah teman Bisma bukan? Tolong lepaskan saya, Pak. Bisma pasti sekarang kebingungan mencari saya. Saya…”

“Bisma memang teman saya,” potong Rudianto. “Lebih tepatnya, teman bisnis. Kesepakatan antara kami berdua adalah dirimu, Nona Aliya.”

“Maksud Bapak apa?” Mata Aliya berkedut. Dadanya mulai berdetak lebih cepat.

“Bisma membutuhkan uang dalam jumlah besar. Dan saya membutuhkan penghangat untuk teman tidur saya mulai malam ini. Jadi…”

“Apa?!” Kedua bola mata Aliya membulat.

“Ya Nona Aliya. Saya sudah tertarik padamu sejak melihatmu waktu itu dan kebetulan Bisma membutuhkan pertolongan saya berupa sejumlah uang,” mata Rudianto terus mengarah pada Aliya lalu melanjutkan “maka ini adalah bisnis yang saling menguntungkan…”

“Jangan bercanda!!” pekik Aliya. “Kang Bisma ga mungkin seperti itu! Ini akal-akalan anda! Anda akan saya laporkan pada yang berwajib!!”

“Ohoho… Nona, kamu sangat naif.  Bagaimana kamu berencana melepaskan diri dari sini dan melapor?”  tanya Rudianto lagi sambil terus mendekat dan menggosokkan tangannya. Kedua matanya menyorotkan pandangan cabul yang menjijikkan.

“Jangan mendekat!!” seru Aliya. Ia melotot mengancam lelaki itu agar menghentikan langkah dan tak mendekat padanya.

Wajah bak binatang lapar itu tampak kian mendekat ke wajah Aliya.

‘Jika ini semua memang perbuatanmu, biadab kau Bisma! Biadab kau!’ jerit Aliya dalam hati.

“Arman!!” Pria tambun itu memanggil kencang.    

Pintu terbuka lebar dan satu orang bertubuh tinggi besar dengan setelan pakaian serba hitam, masuk dengan setengah berlari.

“Ya Bos?” ujarnya begitu sampai di belakang Rudianto.

“Keluarkan obat itu, minumkan ke dia!” perintah Rudianto.

Anak buah laki-laki tambun yang bernama Arman itu segera mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya dan menyerahkan pada Rudianto. Ia lalu memegangi dengan kuat kepala Aliya.

Aliya menggeleng mencoba menghindar. Namun apalah daya, dengan gerakan terbatas, ia hanya bisa melakukan perlawanan seadanya.

“Lepas!! Mau apa kalian?!” Aliya hanya bisa berteriak putus asa.

“Tolong!! Tolooongg!!” Meskipun jauh dalam hati ia tahu itu akan percuma, namun ia tetap melakukannya. Ia hanya bisa berteriak meminta tolong, dengan secuil harapan yang ia tahu mungkin hampir mustahil.

“Tolooongg!!”

Terdengar kekehan Rudianto. Dengan nada suara mengejek, ia lalu berkata “teriaklah sepuasmu Sayang. Kau pikir akan ada yang bisa menolongmu disini?”

“Cepat buka mulut dia!” katanya pada laki-laki bertubuh besar bernama Arman itu.

Arman, pengawal laki-laki tambun itu, menurunkan tangan kanannya ke dagu Aliya dan menarik rahang bawah Aliya dengan kuat. Tangan kirinya yang berada di atas bibir dan hidung Aliya menekan hidung Aliya.

Rudianto segera membuka tutup botol obat yang ada di tangannya lalu mengulurkan obat itu dan menuangkannya ke dalam mulut Aliya.

“Cepat tutup mulutnya,” perintah Rudianto pada Arman.

Arman segera mendorong rahang bawah Aliya ke atas dan menahan kuat-kuat. Setengah menarik kepala Aliya ke atas, hingga Aliya terbatuk dengan mulut tertutup.

Aliya mengerjapkan mata. Titik air tampak di kedua sudut matanya. Ia tidak ingin menangis, namun rasa sakit di tenggorokan dan kerongkongannya sama sekali tak mampu mengalahkan rasa sakit di hatinya.

‘Tega kau, Bisma… . Sungguh tega kau!’ Aliya menjerit dalam hati.

Matanya kembali mengerjap. Cairan yang terasa sedikit pahit itu telah mengalir masuk sempurna. Tanpa bisa ia muntahkan.

Sungguh tak pernah ada dalam bayangannya, suaminya akan setega ini kepadanya. Segala kekurangan yang suaminya miliki, ia telah maklumi dengan lapang dada.

Namun menjualnya pada laki-laki lain?

Bisma telah menutup sempurna celah bagi dirinya untuk memaklumi, memaafkan, apalagi menerima begitu saja.

“Lepaskan aku,” ucap Aliya begitu Arman melepaskan kedua tangannya dari wajah Aliya. Bola mata Aliya menatap menghiba pada Rudianto. “Tolong… .”

Bukannya menunjukkan rasa simpati, lelaki tambun di hadapan Aliya itu malah terkekeh panjang. Sorot matanya berkilat seolah telah menunggu buruan yang sebentar lagi siap dimangsa.

Meskipun kini Aliya mulai merasakan gelenyar aneh di tubuhnya, ia tetap memberikan tatapan ganasnya pada lelaki tambun itu. “Jangan bermimpi untuk menyentuhku, Pria Tua!!”

“Ah, kau salah, Nona.  Aku tak perlu bermimpi untuk menyentuhmu. Ini kenyataan,” kekeh Rudianto lagi. Ia lalu menjulurkan tangannya membelai kepala Aliya.

Aliya hendak melawan, namun ia merasakan rasa panas dari dalam tubuhnya. Rasa panas itu menjalar ke seluruh tubuh begitu cepat. Bulu-bulu halus di sekitar tengkuk, lengan dan kaki Aliya, meremang.

Ia merasakan gerah. Aliya menggerakkan tubuhnya.

Tangan Rudianto yang mengelus kepala Aliya tadi, membuatnya bergerak gelisah. Ia pun mulai kehilangan fokus.

Lemas.

Lelaki tambun itu kini menurunkan tubuhnya, membungkuk. Mukanya ia dekatkan pada muka Aliya. Aliya diam menatap kosong pada lelaki yang wajahnya telah dipenuhi nafsu itu.

Hanya beberapa senti saja. Hanya beberapa detik lagi saja.

Aliya telah pasrah.

Ia memejamkan matanya masih dengan beberapa tetes sisa airmata sebelumnya. Menunggu tragedi ini terjadi pada dirinya, tanpa harus melihatnya.

BRAKK!!

Pintu terbuka paksa dengan lebar.

“Apa yang…”

Duagg!!

Belum sempat Rudianto menyelesaikan kalimatnya, sebuah tendangan menghempaskan tubuh tambunnya hingga terjungkal ke samping.

“Bos!!” Arman langsung berseru kaget.

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Rema Melani
awal yg bagus,.. semoga selanjutnya lebih bagus lagi ceritanya,..
goodnovel comment avatar
royalmachine
dr pembukaan dah keliatan bakal seru
goodnovel comment avatar
Dian Rosita
Sambil nunggu cerita Aruna update lanjutan, melipir krya author yg ini dulu. Semoga gak kalah seru,,,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status