Share

Rasa yang Meresahkan

Pak Broto mengkhawatirkan kondisi majikannya itu, sesekali matanya melirik ke arah Wisnu yang terpejam melalui kaca spion. Tampak jelas bahwa bosnya itu kurang tidur semalaman. Kantung mata, wajah lusuh dan emosi yang berlebihan terbaca oleh pak Broto. Ia pun memberanikan diri untuk bertanya pada majikannya itu.

"Ehm, tuan apa mbak Lydia udah dikasih tahu kita mau datang? Ini kan masih pagi banget tuan, jangan-jangan mbak Lydia masih tidur," tanya pak Broto mengingatkan.

"Hmm, sudah pak! Jalan aja jangan banyak tanya kepalaku pusing!" perintah Wisnu tanpa membuka mata.

Sekali lagi pak Broto melihat Wisnu dalam kondisi yang tak biasa. Bertahun-tahun mengikuti Wisnu baru kali ini ia melihat tuannya begitu tertekan seperti ada beban berat yang menghimpit. 

Seberat-beratnya beban pekerjaan Wisnu tidak pernah sampai begitu tertekan seperti saat ini. Pak Broto paham betul dengan sikap majikannya itu. Lebih baik diam daripada gajinya disunat.

Mobil mewah Wisnu tiba di halaman rumah Lydia. Pak Broto belum sempat membukakan pintu untuk Wisnu, ketika tuannya itu sudah keluar dan mengetuk pintu rumah Lydia.

"Lyd, Lydia …," panggilnya dengan mengetuk pintu sedikit keras.

Tanpa menunggu lama, Lydia sudah membukakan pintu bagi bos besarnya itu. Aroma wangi lembut dari sabun yang dipakai Lydia seketika membius Wisnu. Ia sedikit tercengang melihat Lydia dengan rambut basah dan bathrobe menyambutnya. Senyum yang dipaksakan tampak jelas di bibir Lydia.

Damn, dia cantik sekali!

"Pagi pak Wisnu, mari masuk!"

 Senyum masam tampak menghiasi bibir pink milik Lydia. Wisnu menelan ludah kasar, dimatanya Lydia tampak dua kali jauh lebih cantik dari biasanya. Tetesan air dari rambut yang masih basah seperti memporak porandakan detak jantung Wisnu.

Sial, berbahaya buat jantung! Bisa-bisa aku khilaf juga nih! 

Wisnu menggerutu dalam hati, ia menyamarkannya dengan bersikap cuek dan arogan seperti biasanya. Memalingkan wajahnya dari Lydia, menormalkan detak jantungnya yang berubah nge-beat layaknya musik disco.

Wisnu melenggang melewati Lydia dengan sedikit gemetar, jika saja tidak ada pak Broto bisa dipastikan dirinya langsung memeluk Lydia. Hormon feromon yang dilepaskan Lydia, benar-benar membuat otaknya berfantasi.

"Pak Broto, pasti repot ya nganterin si bapak kesini … sepagi ini!" suara Lydia menekankan kata-kata akhirnya untuk menyindir Wisnu.

Pak Broto hanya tersenyum masam, bingung menjawab apa dan hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. 

"Kopi?" Lydia menawarkan pada keduanya.

"Nggih mbak, kalo nggak merepotkan saya minta kopi hitam aja tadi nggak sempat minum," jawab pak Broto cengengesan.

"Pahit?" Lydia bertanya kembali.

"Manis dong mba, kayak dukun aja kopi pahit!" Pak Broto kembali tersenyum kecut.

"Oh kirain, pak Wisnu saya nggak punya latte jadi mau dibuatin apa nih?"

"Terserah deh, saya pusing mau tidur!" jawab Wisnu asal, otaknya yang masih liar butuh sedikit disegarkan dengan minuman hangat.

Dengan tanpa permisi ia langsung merebahkan tubuhnya di sofa tamu, mengatur bantal dan kemudian memejamkan mata.

"Eh, kok tidur disini? Emang pak Wisnu kesini cuma mau numpang tidur doang?" tanya Lydia kesal.

"Nggak numpang sarapan juga! Sekalian nanti kita jalan!" sahutnya cuek dan menutup mata.

Lydia hanya mendengus kesal mendengar jawaban Wisnu, sebagai bawahan tidak tega rasanya membiarkan bosnya tidur di ruang tamu. 

"Pindah di dalam aja pak, nggak enak dilihat orang nanti!"

"Ya jangan dilihat kalo nggak enak!" sahut Wisnu masih memejamkan mata.

Lydia mengepalkan tangannya, sedikit kesal dengan jawaban Wisnu.

Sabar Lydia … sabar …,

"Ya udah terserah bapak kalo nggak mau tidur di kamar,"

Pak Broto bingung melihat interaksi kedua orang dewasa di depannya itu. Ada rasa penasaran di hatinya karena mereka tampak seperti pasangan kekasih yang sedang bertengkar.

Cuma perasaan aku aja apa emang mereka ada rasa ya?!

"Pak Broto, ke dapur aja deh bikin kopi sendiri! Saya mau buatin sarapan buat bos besar kita!" ujar Lydia kembali menekankan kalimat terakhirnya.

"Eeh, iya mbak boleh deh. Saya juga takut kalo mbak yang buatin nanti kemanisan, bisa tambah manis saya nanti mbak!" Pak Broto cengengesan dan langsung menuju dapur.

Wisnu tak bergeming, ia pura-pura tidak mendengar. Dirinya sibuk menetralkan rasa agar tidak terbawa hasrat nya yang terpendam. Bayangan Lydia dengan bathrobe sungguh meracuni otaknya.

Wisnu belum pernah merasakan hal aneh seperti ini pada Shella. Detak jantungnya terasa tidak normal, nafasnya memburu seolah merasakan hasrat yang berlebih. 

Otaknya berjalan tak sesuai harapan, semakin ia berusaha tidak mengingatnya semakin dia tersiksa dengan wajah Lydia.

"Aaargh, ini gila!"

Wisnu membuka mata dan mengacak rambutnya kasar. Akhirnya ia memilih untuk mengikuti Lydia dan pak Broto ke dapur. Duduk manis di meja makan sambil memperhatikan Lydia yang tengah asik memainkan alat dapur.

Lydia berpura-pura tidak melihat Wisnu, meski ia selalu menggerutu semenjak kedatangan Wisnu tapi hatinya tidak menolak pesona bos setampan Wisnu Dhanuaji.

Kenapa pake acara ikutan ke dapur sih, aku kan jadi …, aaah gila! Dia sudah beristri Lydia, sadarlah!

Lydia mengumpat dalam hati, karena pikirannya mulai nakal melihat wajah bantal Wisnu. Meski kurang tidur tapi ketampanan yang diwariskan dari ayahnya itu tidak luntur bahkan semakin menggoda.

Tiba-tiba saja Lydia membayangkan jika dia menjadi istri Wisnu dan sedang membuatkan sarapan untuknya. Bayangan dipeluk dari belakang oleh tangan kekar Wisnu dan kecupan basah di leher nya membuat wajah Lydia memanas.

Morning kiss yang dilanjutkan dengan kegiatan olahraga pagi yang meresahkan membuat jantung Lydia seperti roller coaster. Lydia berfantasi dirinya dan Wisnu yang bercinta di atas kitchen set keluaran terbaru miliknya.

Tanpa disadarinya Lydia menggigit bibirnya sendiri, merasakan hormon seksualnya meningkat tajam yang menyesakkan dada.

Oh tidak, apa yang aku pikirkan!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status