Beberapa hari kemudian...Huuueekkk.Ranti merasa dirinya sedang tidak baik-baik saja, rasa mual terus saja dia rasakan.Membuatnya pun mengambil ponselnya dan menghubungi Niko yang sedang berada di luar kota untuk peresmian pembukaan rumah sakit keduanya.Rumah sakit itu adalah rumah sakit terbesar di kota tersebut.Bahkan peralatan yang tersedia pun sudah terbilang cukup canggih dan juga dapat menangani pasien dengan berbagai alat yang dibutuhkan.Itu adalah mimpi Niko selama ini.Memiliki rumah sakit dengan pasilitas yang hebat, sehingga setiap pasien yang datang akan langsung mendapatkan penanganan tepat.Hanya saja saat Ranti terus menghubungi malah Niko tidak menjawabnya.Membuat wanita itu semakin kesal bukan main.Tok tok tok."Ranti," Tias pun langsung mendorong pintu kamar putrinya dan masuk.Dia melihat Ranti yang tengah mondar-mandir di sana."Bunda?" Ranti pun baru menyadari kehadiran Tias."Ini, Bunda bawa makanan. Kamu belum makan sama sekali sejak kemarin sore," Tias p
Ranti pun duduk di kursi meja makan.Malam ini dia duduk di kursi meja makan dengan sedikit kesal, dia mencium aroma makanan yang membuatnya begitu mual.Akan tetapi dia juga tak makan apa-apa sampai saat ini.Karena makanan yang sebelumnya dibawakan oleh Tias juga tak dimakan oleh Ranti, bahkan tak tersentuh sama sekali.Ranti benar-benar kehilangan selera makanya."Kapan, Niko kembali?" tanya Barra pada sang adik.Ranti pun melihat wajah Kakaknya.Sungguh dia sangat tidak bersemangat sama sekali untuk menjawab pertanyaan itu.Karena pertanyaan menyangkut Niko sungguh membuatnya sangat mudah kesal."Nggak tahu, mungkin nggak pulang, Kak," jawab Ranti dengan tidak bersemangat sama sekali."Kok, ngomongnya begitu?" tanya Tias yang cukup terkejut mendengarnya.Rasanya jawaban Ranti sangat tidak enak untuk didengar, bahkan Tias tak suka pada sikap Ranti pada Niko."Tidak baik bicara seperti itu," kata Barra yang juga tak setuju dengan ucapan Ranti.Karena Barra tahu saat ini Niko pergi k
Ranti pun merasa sekelilingnya seperti berputar, dia pun mencoba untuk bangun dan ternyata itu membuat dirinya semakin kesulitan untuk mempertahankan keseimbangan.Dia terus berusaha untuk tetap sadar, walaupun penglihatannya mulai gelap dan suara pun mulai tak lagi terdengar ditelinganya.Rasanya seperti melayang, namun dia masih merasakan sakit pada perutnya.Sakit yang semakin sulit untuk ditahan."Ranti," panggil Niko saat menyadari jika ada yang tidak beres dengan Ranti."Kepala ku pusing," kata Ranti.Saat itu juga dia benar-benar kehilangan keseimbangannya dan dengan cepat Niko pun menangkapnya agar Ranti tak terjatuh pada lantai."Ranti?" Niko pun membaringkan tubuh Ranti pada ranjang.Dia segera memeriksa keadaan Ranti dan menemukan fakta yang begitu mengejutkan.Tapi malah Niko yang mendadak menjadi bodoh karena terlalu shock.Tok tok tok."Ranti, bagaimana keadaan mu? Apa sudah baikan?" tanya Tias dari luar kamar.Karena ada Niko di dalam kamar jadi dia tidak bisa langsung
"Kamu makan dulu," Niko pun duduk di dekat ranjang Ranti.Dia ingin segera menyuapi Ranti untuk sarapan di pagi ini.Hari ini dokter sudah memperbolehkan untuk pulang, karena keadaan Ranti pun sudah cukup baik setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit.Hanya saja Ranti tidak seperti biasanya, kini dia lebih banyak diam dan melamun sendiri.Niko menyadari keadaan Ranti yang seperti ini setelah kejadian keguguran itu.Rasa bersalah di hati Ranti lah yang menjadi penyebabnya.Entah sampai kapan dia juga tak tahu.Yang jelas itu memang benar, karena sampai detik ini rasa sedihnya masih sangat menyiksanya."Niko, aku minta maaf," kata Ranti yang kini duduk di ranjang sambil menatap wajah Niko.Dia menyadari kesalahannya itu, sehingga ini terjadi.Tapi sungguh apa yang terjadi pada dirinya itu diluar kendali karena perasaannya memang sulit untuk dicegah.Bahkan untuk mengendalikan diri saja dia sangat kesulitan sekali.Hingga hanya berbuat sesuatu yang dia inginkan tanpa perduli pada omo
Jantung Ranti seakan berpacu dan hampir keluar dari dadanya saat melihat Niko kembali ke ruangannya.Perasaannya pun menjadi semakin tidak karuan, karena rasa takut yang terus menghantuinya.Perceraian.Akankah Niko menceraikan dirinya, bahkan saat ini juga?Melihat wajah Niko benar-benar membuatnya sangat ketakutan.Bayangkan perpisahan yang mungkin akan terjadi diantara mereka berdua.Dirinya akan di tinggalkan dengan status janda.Namun, sebenarnya ini bukan tentang status janda yang akan dia sandang.Melainkan juga karena tak ingin berpisah dengan Niko.Ranti mengakui bahwa dirinya sudah sangat jatuh hati pada Niko, bahkan dia takut kehilangan pria itu.Sangat takut."Apa kamu sudah siap?" tanya Niko.Ranti pun hanya diam saja, dia bingung dengan pertanyaan Niko."Sudah, semuanya sudah, Bunda juga sudah membereskan barang-barangnya. Ayo kita pulang sekarang," kata Tias yang langsung saja berbicara, sebab Ranti hanya diam saja.Sesaat kemudian Niko pun mengangguk dan membantu Ranti
"Kamu mau kemana?" Ranti cepat-cepat memegang lengan Niko saat akan bangkit dari duduknya.Membuat Niko pun menatap tangan Ranti yang terasa erat pada lengannya.Tatapan mata Ranti tertuju pada Niko tanpa berkedip, dia sedang tak ingin ditinggalkan sama sekali walaupun hanya sekejap saja.Dia takut Nia pergi dan yang datang selanjutnya hanyalah surat perceraian mereka.Sedangkan Niko yang melihatnya pun bingung dengan sikap Ranti.Ada apa dengan Ranti yang begitu panik."Tidak ada, aku hanya di sini saja," jawab Niko.Dia yang hendak keluar sebentar pun mengurungkan niatnya itu.Karena melihat wajah Ranti yang tampak sangat panik.Dan Ranti yang mendengar jawaban Niko pun mengangguk."Ayo istirahat lagi, kamu harus segera pulih," kata Niko.'Agar setelah itu kita bercerai,' batin Ranti.Rasanya tak ingin pulih dari keadaannya, karena itu artinya perceraian mereka semakin dekat."Kamu tetap di sini, kan?"Niko pun mengangguk kemudian menatap wajah Ranti, dia bingung dengan sikap Ranti
"Kak," Ranti langsung saja menemui Barra.Karena dia yakin Barra pasti tahu dimana saat ini Niko berada.Perasaan Ranti sejak kemarin tidak bisa tenang, dia sangat takut sekali menerima surat cerai dari Niko.Karena sejak kemarin hari Niko pergi sampai saat ini pun Niko tidak ada menghubungi dirinya.Sehingga Ranti pun mengambil keputusan untuk menyusul Niko.Tidak ada gengsi ataupun hal lainya yang dapat menghalangi jalannya.Keputusan Ranti sudah sangat bulat untuk menyusul Niko.Dan Barra pun langsung saja meminta asistennya untuk mengurus keberangkatan Ranti menuju tempat dimana Niko kini berada.Karena tidak mungkin Ranti pergi sendiri tanpa pengawasan dari dirinya.Hingga saat ini Ranti pun melihat sebuah gedung yang cukup tinggi dan besar, itu adalah rumah sakit yang baru saja diresmikan milik Niko.Untuk pertama kalinya Ranti kesana, bahkan tanpa dia beritahu pada Niko.Dia pun mulai melangkahkan kakinya menuju ruangan Niko seperti yang sudah diarahkan oleh seorang asisten Bar
"Ranti, kamu mandi duluan. Aku harus menjawab panggilan telepon ini," Niko pun menunjuk ponselnya yang terus berbunyi itu.Ranti merasa kecewa pada penolakan Niko, karena pria itu masih saja berusaha untuk menghindari dirinya.Membuatnya pun akhirnya masuk sendiri ke dalam kamar mandi dengan perasaan penuh kekecewaan.Jika biasanya Niko tak akan perduli pada sebuah panggilan telepon dari ponselnya jika sudah menyangkut dirinya tapi kini sudah tidak lagi.Untuk kali ini pun Niko masih saja menolak dirinya.Tapi tidak apa.Karena, tidak akan ada habisnya untuk berusaha membuat Niko kembali padanya seperti dulu.Ranti yang berada di dalam kamar mandi pun sengaja membiarkan pintu setelah terbuka, dia berharap Niko akan menyusul untuk masuk.Namun, tidak.Karena sampai detik inipun belum ada tanda-tanda Niko akan masuk menyusul.Hingga kini Ranti pun selesai mandi, dia keluar dari kamar mandi dengan menggunakan piama.Setelah itu dia pun langsung duduk di meja rias.Niko yang kini masuk ke