แชร์

Bab 4.

ผู้เขียน: Rizuki
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-10-02 11:29:44

Wanita itu memandikan Navier yang masih terisak seperti anak kecil.

Dinginnya air sama sekali tak dirasa Navier. Dia hanya memikirkan bagaimana nasibnya setelah ini.

Tok tok tok!

Suara ketokan pintu terdengar mengalihkan atensi Yuni seketika.

“Ah, itu pasti mereka!” Ditatapnya tajam Navier penuh ancaman, “Cepat lanjutkan! Kalau tidak, kau akan tahu akibatnya.”

Yuni berjalan dengan riang meninggalkan Navier yang terdiam.

Wanita itu terus membayangkan keuntungan yang ada di depan mata. 

Pikirnya, hanya sekali transaksi saja sudah bisa mendapatkan untung yang banyak. 

Jika dihitung, uang yang didapatnya bisa untuk membeli ponsel dan barang lainnya.

"Kalau yang pertama memang mahal, kan? Tapi, untuk berikutnya, akan kupastikan Navier dijual tidak terlalu murah juga," batin Yuni. 

Di otaknya, sudah tersusun banyak hal untuk menghasilkan uang lebih banyak lagi dan membeli barang mewah lain. Kalau cukup, ia akan merenovasi rumah. 

Ceklek!

"Silakan masuk!" 

Begitu membuka pintu, Yuni sudah tidak terkejut melihat dua orang berbadan besar dengan pakaian serba hitam yang pastinya suruhan bos besar yang sudah membeli Navier. 

"Kami tidak akan lama, karena Bos sudah menunggu," ucap salah satu pria itu.

Yuni mengangguk pasti.

Ada rasa menyesal karena tadi dia telah memukul Navier dengan gagang sapu, karena jika meninggalkan bekas. 

Bisa saja bos yang membelinya akan merasa jijik atau bahkan mengembalikannya. Tidak! Yuni sama sekali tidak menginginkan hal itu terjadi.

"Baik, saya akan segera membawakannya pada kalian. Saya janji untuk tidak akan mengecewakan kalian!" ucapnya kemudian berlalu bersamaan dengan sebuah ide yang muncul.

Ia akan menutupi luka itu dengan kosmetik!

Yuni tersenyum puas. Segera diambilnya kosmetik yang berada di kamarnya sembari memastikan suami dan anak-anaknya masih dalam pengaruh obat tidur.

Hanya saja, Yuni kembali geram begitu melihat Navier masih belum beranjak dari tempatnya tadi.

"Kau ingin menguji kesabaranku atau ingin tau sampai mana aku bisa berbuat kasar padamu, heh!?" bentak Yuni. Dia langsung menyeret Navier dan memandikannya dengan paksa, tak peduli Navier yang terus meronta meminta dilepaskan.

"Kalau kamu masih tidak mau menurut, akan kupastikan bos akan membelimu seumur hidup. Dan kau, tidak akan dilepaskan dan dijadikan budaknya sampai mati!" Yuni mengeluarkan ancamannya, berharap Navier akan tunduk tanpa memberontak lagi.

Sebenarnya, Yuni sendiri tidak yakin apakah setelah malam ini, bos besar yang membeli Navier akan membelinya lagi atau tidak.

"Jangan, Bu...," ucap Navier dengan lirih.

"Makanya nurut!" bentaknya pada Navier.

Untungnya, ancaman Yuni berhasil. Navier mulai diam dan tidak lagi memberontak.

Selesai memandikan secara paksa, Navier didandani dengan sederhana dan baju yang lumayan terbuka. 

Yuni memang dengan sengaja membelikan baju itu, berharap Navier akan terlihat lebih memikat. 

Baginya, tak apa untuk sekadar mengeluarkan beberapa uang yang tak seberapa itu.

"Ibu, setelah ini jangan menjualku lagi, ya," pinta Navier pasrah. Ia sadar tak punya pilihan lagi.

"Tergantung padamu! Kalau bos puas dan memberiku lebih, tidak ada malam berikutnya. Tapi kalau tidak, akan ada malam-malam berikutnya. Kamu mengerti!"

Badan Navier bergetar hebat.  Jadi dia tidak hanya dijual untuk malam ini saja, tetapi akan ada malam-malam berikutnya?

Navier hanya bisa menunduk. 

Sudah terlampau kecewa dengan perangai sang ibu. 

Tidakk hanya membedakan kasih sayang kepada adiknya, sang ibu juga bahkan tega mengambil masa depannya. 

Setelah ini, Navier tidak tahu lagi harus bagaimana untuk menjalani hidup. 

"Kalau aku memberikan Ibu banyak uang, apakah Ibu bisa menyayangiku sama seperti Ibu menyayangi adik?" lirihnya pelan.

"Jangan banyak omong! Sekarang pergi, atau kau akan menyesal karena telah dilahirkan!" Yuni menyeret Navier dengan kasar. 

Sebenarnya dia was-was bila Navier akan memberontak karena Yuni yang sudah berumur jelas akan kalah secara tenaga. Untungnya, Navier adalah Navier.

Dia tetaplah gadis penurut.

"Ini, kalian bisa membawanya!" ucap ibu Navier pada dua orang yang sudah menunggunya.

Tanpa banyak bicara, kedua orang itu langsung menyeret Navier. 

Gadis itu pun memerhatikan mobil mereka sudah terparkir rapi di pinggir jalan. 

Bahkan, meski di keremangan lampu, Navier bisa melihat jika ada satu orang lagi yang berdiri di sekitar mobil itu. 

Sudah jelas, yang membelinya pasti memiliki uang yang banyak.

Dalam hati, Navier hanya bisa berharap jika semuanya lekas berakhir. 

Akan lebih baik, jika pria yang akan membelinya justru jijik dengan wajah dan tubuh yang dia miliki.

"Sampaikan salamku pada bos kalian untuk memberikan tambahan jika barangnya bagus!" ucap Yuni lagi membuyarkan lamunan Navier.

Tangan gadis itu pun mengepal menahan emosi.

Yuni, apa benar wanita itu ibu kandungnya? Ia benar-benar meragukan ucapan ayahnya sekarang!

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 146.

    Selama ini Yuni tidak pernah merasa menyesal telah menyakiti Navier.Dia merasa selama ini Navier-lah yang membuatnya menderita. Ibunya merebut suami yang dia cintai, dan membagi rasa sayang yang dulu didapatkan secara penuh. Karena itulah ketika Elle meninggal, Yuni masih sanggup untuk menyiksa anak kecil itu.Hati Yuni sudah mati rasa untuk memberi rasa kasih untuk anak tirinya.Hingga Navier yang mulai membantu mencari penghasilan pun, Yuni tetap pada pendiriannya. Dia dengan kejam mampu meminta semua pendapatan Navier untuk diberikan pada putranya.Akan tetapi, perlahan rasa itu mulai terkikis.Yuni merasa bersalah saat melihat Navier tidak sadarkan diri dengan berbagai alat untuk menopang kehidupannya.'Sebenarnya aku bahkan tidak tahu alasan untuk membencimu,' batin Yuni.Dia memandang sendu, tak percaya dengan beberapa waktu yang lalu, di mana dia tidak sadar telah mencelakakan nyawa anak tirinya."Ib

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 145.

    "A-aku tidak menyangka jika kau bisa merencanakan semua ini pada Navier, Yun." Yuni terpekur. Dia sama sekali tidak menyangka jika suaminya akan mendengar perdebatannya dengan Navier, dan sedang saat mengungkit malam kelam itu. Tak hanya itu, Yuni juga menangkap raut kekecewaan yang terlalu kentara. "Aku sudah merawatnya sejak kecil! Kau pikir mudah membesarkan anak dari wanita yang menjadi madu di dalam rumah tangganya? Pikirkan itu, Lex! Ah, ya. Kau yang hanya membawa masalah mana paham hal yang seperti ini!" Di seumur mereka menikah, belum pernah dia mendengar nada kecewa dari Yuni hingga seperti itu. Dia tak tahu jika selama ini, istri pertamanya menyimpan luka dan melampiaskannya pada anaknya. Dulu, Alex mengira jika Yuni bisa menerima Navier selayaknya putri sendiri, karena Elle telah tiada. "Kukira kau menerimanya sebagai anak kandungmu sendiri, Yun. Kalau tahu kau setega itu padanya, kenapa tidak kau katakan saja padaku? Aku

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 144.

    "Kau!!! Kau masih punya muka untuk kembali ke sini!?" bentak Yuni.Navier tidak mengindahkan peringatan Edgar agar tidak kembali ke sana. Dia bersikukuh untuk kembali ke rumah tempatnya dibesarkan. Bagaimanapun juga, tempat itu berisi banyak kenangan yang tak bisa dia lupakan."Ibu, jangan lupa aku pernah kau besarkan. Aku pernah kau asuh dan kau beri makan," lirih Navier."Lalu dengan apa kau akan membayarnya? Bukankah saat itu kau sudah memiliki kesempatan, tetapi malah membuangnya? Kau!!! Bukannya membayar jasaku, malah meninggalkan semua kesulitan itu!?"Navier menunduk. Dia tetap berdiri di pintu gerbang halaman dan tidak diizinkan untuk masuk oleh Yuni.Sejak awal, Navier tidak tahu jika Yuni sedang libur bekerja. Namun, dia juga tidak berharap penuh jika Yuni sedang tidak ada.Dia hanya ingin beritikad baik dengan meluruskan kesalahpahaman di antara mereka."Aku memang tidak bisa membalasnya dengan keadaan saat itu, Ibu. Tapi ketahuilah! Aku juga melalui masa yang sulit. Aku ti

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 143.

    "Ada hal yang bisa kau gunakan untuk membela diri, Sayang?" tanya Edgar.Dia menatap tajam sang istri yang kini tengah berdiri dengan senyum seperti anak kecil yang ketahuan telah melakukan kesalahan. Di samping kiri sang istri, ada putra semata wayangnya yang sedang menunduk.Edgar merasa kesal karena mendapati wajah istrinya babak belur, dan puntranya tidak apa-apa. Padahal sebelumnya dia telah berpesan untuk menggantikannya menjaga satu-satunya wanita di keluarga mereka. Edgar tak ragu, karena dia sudah tahu bagaimana kemampuan Henry. Sayang sekali ekspektasinya terlalu tinggi."Jangan salahkan Henry, ya. Dia sudah melakukan hal yang kau pinta sebaik mungkin. Tidak ada hal sebaik Henry. Hanya saja dia datang terlalu terlambat untuk menjemputku," bela Navier."Jadi, ini semua adalah salahmu, begitu?""Tentu saja!""Lalu, apa yang bisa kau lakukan untuk menggantikan hukuman yang akan Henry dapatkan, Sayang?"Badan Navier bergidik nge

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 142.

    "Yun, hentikan!"Bukannya berhenti, Yuni justru semakin gencar mencerca Navier dengan kata-kata yang buruk. Suaminya sama sekali tidak dipedulikan lagi. Dia seolah buta dan tuli untuk semua hal.Yuni buta akan kebaikan yang selama itu Navier lakukan untuk keluarganya. Bagaimana dia yang harus berhenti untuk belajar, dan justru mencari pekerjaan sebanyak mungkin, dan membantu memenuhi semua hal yang diinginkan kedua adik tirinya.Dan tuli, akan segala perkataan suaminya."Bu, kau boleh menyalahkanku atas semua kesalahan yang terjadi di keluarga kita. Tapi kumohon untuk tidak menyudutkanku. Waktu sudah banyak berubah, dan aku juga tidak ingin mengingat masa lalu lagi. Aku akan melupakan semua yang telah kau lakukan padaku, dan mari untuk hidup lebih baik," pinta Navier.Yuni menggeleng. Air matanya mengalir semakin deras. Dia memandang ke arah suaminya yang kini sudah tidak sesempurna dulu. Memandang putra sulungnya yang juga tidak bisa mendapat kehi

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 141.

    "Dav, hentikan!!!" tegur ayah mereka.Keduanya masih saling beradu dan tidak menggubris teguran ayahnya. Sesekali Navier membalas pukulan adiknya, dan sisanya dia akan menghindar. Gerakan Davian begitu acak, menandakan bagaimana pria itu dididik dengan otodidak, bukan oleh ahilnya."Ternyata kau belajar cukup banyak, ya? Tidak seperti dulu yang hanya bisa berlindung di bawah ketiak ibu," sindir Navier."Diam kau! Kau tidak tahu masalah apa yang sudah kau tinggalkan untuk kami! Kau sama sekali tidakkk punya hati!"Navier mendecih sinis. Tidak punya hati? Bukankah kata-kata itu lebih patut dikatakan untuk Yuni, dan bukan dirinya?Setelah itu, dia memancing Davian untuk berkelahi di luar ruangan, dan masih mengundang pekikan ayahnya. Hanya sang adik yanag terkesn menuntut untuk menyerang, sedangkan Navier lebih tenang dan menghindar. Karena itu, ayah mereka benar-benar khawatir. Ia takut jika Davian melukai kakak perempuannya."Kalau begitu kau

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status