Pagi itu, Yuda mengunjungi rumah orang tuanya seperti
yang diminta oleh sang ibu. Mengingat memang setelah dirinya kembali ke Indonesia, Yuda sudah disibukkan oleh banyak hal hingga belum sempah menghabiskan waktu dengan kedua orangtuanya. Sebenarnya, selain sibuk, Yuda memang sengaja menghindari ayahnya, Suryo. Hubungan Yuda dan Suryo, memang tidak terlalu baik karena berselisih paham terkait banyak hal. Walau begitu, Yuda tetap menghormati kedua orangtuanya. Di ruang keluarga Eva-ibu Yuda-sudah menunggunya. la tentunya menyambut putranya dengan hangat. "Sayang, gimana kabarmu?" tanya Eva setelah mereka duduk berhadapan di beranda rumah yang menghadap taman indah yang terawat dengan sangat baik. "Baik, Ibu. Lalu bagaimana dengan kabar Ibu? Maaf aku baru datang, restoran memang sangat sibuk," ucap Yuda. "lbu dan ayah baik-baik aja kok. Eh tentang restoran kamu, apa semuanya lancar, Nak?" tanya Eva dengan penuh antusias karena kini putranya sudah membuka restoran sendiri. Hal yang paling membuat Eva bahagia adalah, Yuda yang tidak lagi tinggal jauh di luar negeri. "'Semuanya berjalan lancar, Bu. Bahkan reservasi sudah penuh hingga akhir bulan depan," jawab Yuda sambil tersenyum bangga. "Wah, Ibu senang mendengarnya. Kalau begitu, apa Ibu boleh mengajak teman-teman lbu untuk makan di sana?" tanya Eva yang memang ingin memamerkan putranya yang sangat sukses berkarir sebagai chef ini. Namun, kegembiraan di ruangan itu tak berlangsung lama. Hal itu terjadi saat Suryo muncul sembari berdeham. Yuda dan Eva menatap ke arah Suryo yang melangkah mendekat. Tentunya Yuda bangkit dan mencium punggung tangan ayahnya sebagai bentuk sopan santun. Walau sudah lama tinggal di luar negeri, ajaran ibunya terkait sopan santun masih melekat dalam dirinya. Dengan tegas Suryo berkata pada putranya, "Kamu mungkin bisa menghasilkan banyak uang dari memasak dan mengelola restoran, Yuda. Tapi, Ayah sama sekali tidak bangga karena hal itu." Yuda hampir menghela napas panjang saat mendengar perkataan ayahnya barusa. la sudah hafal betul apa yang akan disampaikan oleh Suryo setelah ini. Setiap kali bertemu atau berbincang, selalu ada celah bagi Suryo untuk mengungkapkan kekecewaannya. Di mata ayahnya, karier sebagai pengusaha kuliner jauh di bawah pekerjaan seorang abdi negara. Suryo memang seorang purnawirawan. Bahkan jabatan terakhirnya cukup tinggi di kesatuannya. Anggota keluarga dari pihak Suryo juga kebanyakan bekerja sebagai abdi negara. Jadi, secara alami Suryo memiliki harapan tinggi terhadap Yuda yang merupakan satu-satunya putranya. Terlebih Yuda sendiri sejak kecil sudah memiliki bakat dalam kegiatan fisik dan juga kecerdasannya di atas rata- rata. Sayangnya, Yuda mengecewakan ayahnya dengan memilih untuk menjadi seorang chef. "Kenapa bicara begitu sama anak sendiri? Kamu mau Yuda pergi ke luar negeri lagi dan enggak bisa kita liat mukanya?" tanya Eva kesal karena Suryo sudah berlaku tajam seperti ini, padahal mereka baru bertemu setelah sekian lama. "Apa yang aku katakan memang faktanya," balas Suryo. Setelah itu Suryo kembali menatap putranya dan berkata, "Untuk masalah pekerjaan, sekarang tidak ada yang bisa kita lakukan. Tapi beda hal dengan masalah istri. Jangan kecewakan Ayah lagi terkait istri kamu nanti. Setidaknya buat Ayah senang dengan membawa calon istri yang berasal dari keluarga berlatar belakang di dunia kesehatan atau militer. Minimal, ayah ingin menantu seorang perawat atau dokter." Mendengar hal itu, Yuda menghela napas panjang. la tidak ingin meninggikan suaranya di hadapan orangtuanya. "Aku sudah terlanjur mengecewakan Ayah dengan pilihanku jadi seorang chef, jadi kurasa tidak ada salahnya lebih mengecewakan Ayah lagi. Karena aku sendiri tidak berniat untuk memenuhi harapan Ayah itu. Aku akan menikahi perempuan yang aku sukai, tidak peduli dia adalah seorang dokter atau bukan" balas Yuda. Suryo jelas menjadi marah, dan bertanya, "Kamu jadi lebih kurang ajar. Apa kareena terlalu lama tinggal di negeri orang?" "Mungkin. Tapi kurasa Ayah masih tetap sama. Masih tetap tidak menghargai apa pun yang telah aku lakukan dan semua pencapaianku," balas Yuda membuat tensinya semakin meninggi. Eva pun segera menengahi dengan menggenggam tangan putranya dan berkata, "lbu selalu bangga atas semua pencapaian kamu, Yuda. Jadi, lakukan apa yang membuatmu bahagia, Yuda. lbu hanya ingin kamu menikah dengan wanita yang kamu cintai, dan juga mencintai kamu. Ibu ingin kamu bahagia dengan semua pilihan yang dapat kamu pertanggungjawabkan sendiri." Yuda tersenyum tipis kepada ibunya, merasa tenang mendapat dukungan dari Eva. Jelas apa yang dikatakan oleh sang ibu, memberinya kelegaan karena ia tahu bahwa setidaknya ibunya memahami pilihannya. "Terimakasih karena selalu memahamiku, lbu," balas Yuda sembari mencium punggung tangan ibunya dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang. *** Sekitar dua minggu setelah kehamilan Fio terungkap, pada akhirnya pernikahan Fio dan Aidan dilangsungkan secara sederhana di sebuah vila. Disebut sederhana karena tidak mengundang tamu selain keluarga dari dua mempelai. Tentunya, kedua keluarga masing-masing memahami apa yang menyebabkan pernikahan itu diselenggarakan secara mendadak. Walau terlihat tidak berkomentar, tetapi diam- diam semua orang menggunjing fakta bahwa Fio sudah hamil lebih dulu. Tentunya Kayla dan Raka juga hadir dalam acara tersebut. Tentunya karena dipaksa oleh ayah mereka, dan bukannya karena kehendak pribadi. Kayla sendiri sudah tidak merasakan apa pun terhadap Aidan. la sudah mengubur semua perasaannya, termasuk rasa kecewa. Sebab memang ia sudah tidak mengharapkan apa pun pada pria itu. Jadi, Kayla sendiri tidak peduli saat melihat Aidan dan Fio yang tampak berdiri berdampingan saat sesi foto. "Ya, mereka serasi. Semoga mereka bahagia," gumam Kayla tidak peduli dan memilih untuk berjalan ke area lain vila, berniat untuk mencari udara segar. Kayla menemukan tempat yang sepi, dan berniat untuk menikmatinya. Namun, rupanya Raka dan Naomi- kekasihnya-sudah lebih dulu ada di sana. Keduanya tampaknya tengah berdebat, hampir seperti bertengkar. Kayla sebenarnya tidak mau menguping, tetapi tubuhnya secara refleks bersembunyi di balik tembok dan menguping pembicaraan mereka. "Aku capek, Raka. Kamu selalu memprioritaskan Kayla. Karena itu kita terus menunda pernikahan. Lihat, sekarang kita malah dilangkahin sama adik kamu, kan?" tanya Naomi terdengar begitu tidak senang. Raka terdengar bingung. "Pertama, Fio bukan adik aku. Jadi, aku sama sekali enggak dilangkahin sama adik aku. Kedua, bukankah kamu sendiri yang ingin menunda pernikahan? Terus kenapa sekarang malah bilang begini?" tanya Raka jelas tidak mengerti kenapa Naomi tiba-tiba marah di situasi seperti ini. Naomi dengan kesal menjawab, "Aku minta menundanya karena kamu selalu lebih mengutamakan Kayla! Dalam situasi apa pun, kamu selalu memprioritaskan Kayla. Aku tau, dia emang adik kandung kamu, tapi aku pacar kamu, Raka. Aku muak kalau kamu gini terus. Lama-lama aku ngerasa kalau Kayla itu enggak lebih dari beban kamu dan jadi penghalang buat pernikahan kita." Kayla yang masih menguping tentunya terdiam. Hatinya terasa tertusuk mendengar kata-kata Naomi. la tidak pernah bermaksud menjadi penghalang bagi kebahagiaan kakaknya, namun kini ia mendengar dengan jelas bahwa ia dianggap beban, batu sandungan. Air matanya mengalir pelan, darn ia mundur perlahan, menjauh dari percakapan yang tak sengaja ia dengar itu. Ketika ia berbalik untuk mencari tempat yang lebih tenang, ia hampir menabrak seseorang. Yuda berdiri di hadapannya, dengan ekspresi tenang tetapi sorot matanya terkesan seperti mengkhawatirkan Kayla. Melihat mata Kayla yang sembab, ia menyadari bahwa Kayla baru saja menangis. Kayla sendiri bertanya-tanya, kenapa Yuda ada di sini? Sejak kapan Yuda berada di sana? Apa mungkin Yuda juga mendengar apa yang dibicarakan oleh Raka dan Naomi? Namun, Yuda membuyarkan kemelut pikiran Kayla. Pria itu menunjukkan sebatang rokok sembari bertanya dengan nada serius, "Mau rokok?" Kayla terdiam, menatap Yuda dengan kesal. Hilang semua rasa sedih dan kecemasan Kayla karena pertanyaan konyol Yuda itu. "Enggak. Aku memang pemakan segala, tapi aku enggak doyan rokok," jawabnya, berusaha menahan emosi. Yuda tertawa kecil, lalu menepuk puncak kepala Kayla dengan lembut. "Oke, oke, kalau tidak mau rokok, lalu mau apa? Gulai itik?" tanya Yuda. Padahal tidak ada kata-kata penghiburan yang dilontarkan Yuda, tapi anehnya suasana hati Kayla sedikit membaik. "Mau yang lain aja. Sekarang jangan gultik," katanya sambil mengusap sisa air matanya. Yuda menatapnya dengan senyum hangat. "Oke, tentukan menunya, dan ayo pergi. Kanmu bisa makan sebanyak apa pun, asal tidak sampai muntah atau pingsan karena kekenyangan," ucap Yuda sembari berjalan berdampingan dengan Kayla yang langkahnya terlihat lebih ringan. "Janji ya, jangan protes walau aku habiskan banyak uang Om," balas Kayla tampaknya benar-benar terhibur dengan perhatian kecil dari Yuda."Kalau ada apa-apa, langsung telepon Abang. Termasukkalau Yuda ngapa-ngapain kamu," ucap Raka membuatKayla mengernyit."Ngapa-ngapain gimana maksudnya, Bang?" tanya Kayla.Raka yang memang sudah memasukan koper berisibarang-barangnya ke dalam mobil, tampak menghelanapas panjang. la gelisah akan meninggalkan adiknyasepenuhnya dalam pengawasan Yuda. Mengingat saat ini dirinya memang waktunya ia pergi dan tinggal di luar kota.Selama ini dirinya sudah menunda kepindahannya sebisamungkin karena cemas dengan Kayla yang akan tinggalsendirian.Namun setelah Kayla menikah pun, rasa cemasnya masihsaja tersisa. Padahal ia tahu, Yuda adalah orang yangbertanggungjawab. la tidak mungkin mengkhianatijanjinya. Raka menjawab, "Ya contohnya kalau diaselingkuh atau ngelakuin hal kasar sama kamu. Walausebenarnya, Abang sendiri tau dia bukan tipe orang yangngelakuin semua hal itu.""Kan Abang udah kasih restu aku nikah
Pagi itu, Kayla terbangun dengan tubuh yang terasa pegal, terutama pada pinggang dan kedua betisnya. Lalu area intimnya terasa sangat ngilu. Bahkan saat bergerak sedikit saja sudah berhasil membuatnya mengerang kecil. Yuda yang sudah terjaga sejak tadi tampak duduk di samping Kala dengan posisi canggung. Yuda tampak gugup ketika mengamati Kayla. Lalu dengan hati-hati Yuda bertanya, "Apa masih sakit?"Alih-alih menjawab, Kayla yang masih berbaringtertelungkup kini menoleh ke arah Yuda. Dengan keningmengernyit, Kayla bertanya balik, "Apa Om mau ngelakuinhal yang sama kayak tadi malam?"Yuda terdiam, sedikit terkejut dengan pertanyaan Kaylayang tiba-tiba. la berpikir sejenak, berusaha menangkapmaksud dari pertanyaan Kayla. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Kayla melanjutkan dengan nada bingung, "Aku benar-benar enggak paham. Kenapa orang-orang bisa kecanduan ngelakuin hal itu? Bahkan rela melakukannya sebelum nikah, padahal rasanya sakit dan sama sekal
"Jangan tegang begitu, nanti malah rasanya lebih sakit,"ucap Yuda sembari mencium leher Kayla hingga membuatbulu kuduknya meremang.Saat ini Kayla dan Yuda sudah berada di aras ranjang.Pencahayaan kamar sengaja dibuat remang agar Kaylatidak merasa terlalu malu ketika mereka melakukankegiatan ranjang perdana mereka sebagai pasangan suamiistri. Bagi mereka berdua, ini adalah pengalaman pertamamereka yang jelas sangat bersejarah. Karena itulah,mereka berusaha untuk melakukannya dengan penuhkehati-hatian dan perhitungan."ih Om geli," rengek Kayla ketika tangan Yuda sudahmenyusup ke dalam baju tidur yang Kayla kenakan danmulai mengelus lembut setiap inci kulit mulus istrinya itu."Jangan panggil om begitu disaat kita tengah di atasranjang, rasanya aneh sekali," balas Yuda masih belummenghentikan sentuhannya.Lalu sebelum sempat mendapatkan kesempatanmersepons, Kayla sudah lebih dulu kembali dibuat terkejutkarena Yuda melepaskan pakaian yang Kayla kenakanhingga menyisakan p
Singkat cerita, dua bulan kemudian Kayla dan Yuda benar-benar memulai serangkaian acara untuk pernikahanmereka. Semuanya berjalan dengan mulus, bahkan Rakayang sebelumnya marah, kini mendukung pernikahantersebut. Pernikahan diselenggarakan dalam serangkaiantradisi jawa kental. Alih-alih Bayu dan Resa yang mengurussemua keperluan pernikahan Kayla, malah Eva dankeluarga dari pihak ibu kandung Kayla yang mengurussemuanya. Termasuk acara langkahan hingga siraman.Setiap detail disiapkan dengan teliti agar acara ini menjadimomen yang istimewa. Tradisi demi tradisi dijalankandengan seksama, membawa Kayla dalam perjalananmenuju hari pernikahan yang sakral. Di setiap tahapanprosesi, Kayla selalu ditemani oleh Bela. Sahabatnya itutak pernah bisa menyimpan rasa penasaran pun akhirnyabertanya pada Kayla di tengah persiapannya untuk prosesiakad nikah."Emang sih aku yang kasih saran buat mepet tetangga hotkamu, tapi bukannya ini terlalu ugal-ugalan? Maksud aku,kamu baru pisah sam
Setelah hari ulang tahun Kayla berlalu dengan cukupkacau, kini Kayla dipusingkan oleh dua hal. Pertama, iapusing harus menghadapi ayahnya setelah mengacaukanacara perjodohan yang ia atur. Lalu yang kedua, ia sibukmenenangkan Raka yang marah. Sebab rupanya Naomijuga ikut serta dalam rencana Bayu untuk merencanakantipuan acara makan bersama untuk merayakan ulangtahunKayla.Singkat cerita, Raka bisa ditenangkan oleh Kayla, dan padaakhirnya memberikan hadiah yang telah ia persiapkan.Singkat cerita, setelah hampir seminggu berlalu dari hariulang tahunnya, Kayla mendapatkan telepon dari Bayu.Dengan mempersiapkan diri untuk menghadapikemarahan ayahnya, Kayla mengangkat telepon dariayahnya itu."Kamu harusnya beritahu Ayah kalau kamu sudah punyapacar. Apalagi kalau pacarmu itu adalah Yuda,"ucap Bayumembuat Kayla seketika terperanjat. la sungguh tidak bisamemproses situasi ini."Ayah kenal sama om--maksudku, Ayah kenal Mas Yuda?"tanya Kayla."Tentu kenal. Dia salah satu teman
Sore itu Kayla dan Yuda kembali makan bersama. Namun,itu di luar janji Yuda mentraktir Kayla karena sudahmembantu mengurus Monalisa. Ini adalah ajakan spontansaat Yuda melihat Kayla yang tampak sangat bersedih. Kini,mereka makan di warung satai yang memang langgananKayla. Di atas meja, piring-piring berisi tusuk satai menjadisaksi betapa lahapnya mereka menikmati makananbersama. Tepatnya Kayla yang menghabiskan sebagianbesar satai ayam tersebut.Kayla menatap dua puluh lima tusuk sate yang telah iahabiskan. Lalu Kayla berkata, "Kayaknya aman dehnambah lima belas tusuk lagi."Yuda yang tengah menyeka sudut bibirnya tampak terkejutmembalas, "Kalau memang mau tambah, ya pesan aja.Tapi pastiin jangan berlebihan. Kalau mau, kita bisabungkus untuk bawa pulang.""Pantes Bang Raka percaya banget sama Om Yuda sampaikasih izin aku pulang sama Om," balas Kayla yang memangmemberitahu Raka terlebih dahulu saat akan pergi denganYuda. Kebetulan, Yuda memang tengah ada acara di dekat