Hari yang Ratu nantikan pun tiba, usai mengerjakan semua pekerjaan rumah. Gadis itu segera bersiap-siap untuk menyambut kepulangan sang suami. Ratu harus pandai-pandai mengatur waktu dalam menjalankan misi ini karena Rezan yang memang jarang ada di rumah. Dia juga tidak mungkin menempeli pria itu sampai ke rumah sakit.
Baiklah, Ratu memang terkenal tidak tahu malu tapi bukan berarti dia tidak punya hati. Tidak etis menurutnya kalau harus mengganggu pekerjaan Rezan hanya demi menggoda pria itu. Semerbak wewangian menguar begitu kuat dari ruangan pribadi Ratu, sengaja ia membuat kamarnya menyerupai taman bunga agar aroma dari sana bisa menusuk hidung Rezan dan membuat pria itu terngiang-ngiang wangi tubuhnya.
“Enggak ada laki-laki yang tahan dengan godaan seperti ini, you’re amazing Queen,” puji Ratu bangga pada penampilannya hari ini.
Mini dress ketat nan seksi, riasan on fire, rambut bergelombang indah, perfect! Hanya satu kat
Aku juga mau gila nulisnya, Zan. Waahh ... makasih ya buat yang udah mampir dan setia ngikutin kisah Rezan. Love buat kalian semuaaa.
"Maaf Pak, bukannya kita mau melakukan riset untuk penelitian saya? Kenapa kita malah ke sini? Ini rumah siapa?" "Rumahku, santai saja kamu terlihat tegang. Tidak ada orang di sini selain kita," kata Geva sambil menyimpan tasnya di atas sofa lalu berjalan ke dapur. Tak lama kemudian ia kembali sambil membawa dua botol minuman rasa jeruk. Nayla masih memeluk bukunya sambil mengedarkan pandangan di ruang tamu rumah minimalis itu. "Apa yang kamu cari Kiran?" Geva terus menerus memanggil Nayla dengan nama Kiran meski sudah berulang kali Nayla mengingatkan. Bahkan ketika di kelas pun, lelaki itu masih memanggilnya dengan nama itu. "Pak, sebaiknya saya pulang saja." Nayla tampak tidak nyaman. Sejak kakaknya menikah Nayla memang memutuskan untuk pindah dari kontrakannya ke indekos yang lebih dekat dengan kampus dan tempat kerjanya. Nayla hendak berbalik dan kabur menuju pintu keluar namun Geva cepat menghadangnya. Laki-laki itu memegang kedua
"Rezandra Mahadewa, akhirnya si manusia es ini datang juga, guys," sambut Ronald ketika melihat sang kawan datang. "Tumben Zan, biasanya paling malas kalau kita ajak bertemu di sini." Rezan tidak menjawab, dia malah menuang air bening dari botol berwarna biru transparan itu ke dalam gelas kecil. Dalam satu teguk ia berhasil menghabiskan minuman keras itu. "Padahal enak ya, sekarang si Rezan sudah punya istri. Kalau pulang ada yang menyambut, kalau pegal bisa dipijitin, kalau mau ya tinggal main, ha ha ha." Tiga laki-laki yang ada di sana terlihat puas menertawakan Rezan. Mereka sudah tahu alasan dan latar belakang Rezan menikahi perempuan itu sehingga wajar kalau mereka hobi menggoda kawannya itu. "Iya benar, akhirnya gue pensiun jadi kekasih bayangan si Rezan," tutur Ronald membuat Rezan mengingat sesuatu. Ia mengeluarkan ponselnya lalu menggeser duduknya mendekati Ronald. Rezan merangkul temannya itu sontak Ronald menoleh ke ar
Tiga bulan berlalu sejak kejadian memalukan malam itu, di mana Ratu terang-terangan menggoda suaminya dan menunjukkan segala hal yang ada pada dirinya—berharap sang suami akan tergoda atau setidaknya tergiur untuk menyentuh Ratu. Gadis itu pikir, upaya nekatnya akan membuahkan hasil manis. Kerja kerasnya bukan kepalang nekat, dia melampaui batas agresif yang selama ini memang identik dengan diri Ratu. Telanjang bulat dan memaksa Rezan menyentuhnya adalah tindakan paling gila, ia terpaksa melakukan itu karena harga dirinya sungguh tersakiti. Bayangkan saja, dirinya dibanding-bandingkan dengan seorang pria, itu sangat melukai harga diri Ratu sebagai perempuan. Secara tidak langsung hal tersebut pun menurunkan rasa percaya diri Ratu. Ia terganggu oleh pikiran-pikiran bodoh yang muncul karena statement Rezan, yang mengatakan dirinya tidak memiliki daya tarik apa-apa sebagai seorang perempuan. Kalian ingin tahu apa yang pria itu lakukan tiga bulan la
Pukul delapan lebih lima belas menit, Rezan dan Ratu tiba di kediaman mewah Dermawan. Satu jam setengah lebih lambat dari waktu yang telah ditentukan. Sepasang suami istri itu keluar dari mobil, Ratu buru-buru berdiri di samping suaminya dan mulai menyerang laki-laki itu dengan berbagai pertanyaan. “Kamu serius Kakek tidak akan marah kita datang terlambat?” Pertanyaan pertama tidak mendapat respons apa-apa, Rezan malah langsung jalan tanpa aba-aba atau niat untuk menggandeng istrinya. “Demi Tuhan kalau Kakek marah maka kamu yang salah! Kan aku sudah bilang untuk datang tepat waktu tapi kamu malah banyak alasan dan buang-buang waktu. Kamu tadi di kamar ngapain aja, sih? Jangan bilang kamu lagi phone sex sama si Ronald kupret itu?!” Rezan mendadak berhenti, ia menoleh cepat ke arah Ratu dan melayangkan tatapan yang membuat Ratu harus mundur dua langkah saking mengerikannya. “Apa? Benar kan kamu phone sex sama si Ronald di kamar
“Rezan ... demi langit dan bumi, gue santet juga bini lo lama-lama!” omel Ronald yang tiba-tiba meledakkan amarah usai panggilannya dengan Rezan terhubung. “Kenapa, dia ngirim bangkai tikus lagi ke apartemen lo?” “Lebih parah! Masa dia posting foto gue di komunitas online. Caption-nya bikin darah gue mendidih. Lanang flash sale, anjir banget, kan? Dia pikir gue cowok murahan gitu pake acara flash sale segala, muka gue memang diblur sih Cuma tetep aja gue enggak terima. Ini namanya penghinaan!” “Lo ladenin aja, lo suka huru-hara, kan?” “Seratus persen lo nikah sama cewek gila. Males gue huru-hara sama model begitu, bikin susah! Yang ada gue kena hipertensi karena keseringan mikirin dia, pokoknya gue mau putus dari lo titik!” “Lima puluh juta mau lo lewatin gitu aja?” “Bodo amat! Mau 50 juta kek, 100 juta kek, atau berapa pun itu kalau lawannya model bini lo mundur gue. Heran, kok lo kuat ngadepin dia sela
Ratu melirik sang suami yang menyimpan penuh konsentrasinya pada kegiatan menyetir. Lima belas menit berlalu sejak mobil mewah Rezan meninggalkan kediaman sang kakek. Gurat kemarahan, kecewa, dan terluka tergambar saling menyinggung dalam manik pria itu. Tidak banyak yang bisa Ratu lakukan selain mendiami suaminya sampai dia benar-benar mau terbuka, walau sepertinya hal itu cukup mustahil terjadi. Bagaimana pun Ratu dan Rezan adalah dua orang asing yang dipersatukan karena alasan gila. Ratu mengincar uang 5 miliar sedangkan Rezan ingin bebas dari desakan kakek dan kakaknya. Mereka tidak cukup intim secara emosional untuk saling berbagi duka di hati. Ingin rasanya Ratu mengurangi sedikit beban sang suami namun dia tak berdaya jikalau suaminya menolak mentah-mentah niat itu. Dalam diamnya, gadis itu terus berpikir apakah dia terlalu ikut campur urusan Rezan? Mungkinkah apa yang ia lakukan tadi pada Laras adalah sebuah kesalahan yang seharusnya tidak Ratu lakukan? Dia j
Serigala berbulu domba, mungkin julukan itulah yang pantas disematkan pada pria bernama Gevariel. Sosok yang sempat membuat Nayla terlena sesaat dengan ketampanan, kebaikan, dan semua sikap manisnya. Nayla pikir, pria itu benar-benar menyukainya, benar-benar tertarik dan berniat menghadiahi Nayla rasa cinta setulus perasaan yang gadis itu berikan untuk Geva. Naas, setelah apa yang mereka lalui bersama selama tiga bulan terakhir, setelah semua hal yang telah Nayla berikan pada Geva, satu fakta memilukan akhirnya terungkap. Nayla sudah hancur, sebagai perempuan dia tidak lagi memiliki sesuatu untuk dibanggakan. Sejak menyerahkan kesucian pada Geva beberapa bulan lalu demi uang 200 juta, gadis itu tidak lagi memiliki harga diri. Kini apa yang Nayla lakukan telah memperuncing jurang yang mungkin tak lama lagi akan menelan gadis itu hidup-hidup. Hanya tinggal menunggu waktu untuk Nayla jatuh ke sana. Gevariel bukan laki-laki baik, dia orang berengsek yang sampai hati memp
Rezan menepuk tengkuknya beberapa kali, dua jam setengah operasi darurat itu berlangsung dan semua tenaga pria itu seakan terkuras habis. Malam ini sungguh malam paling buruk yang pernah pria itu temui. Kekesalannya akibat kejadian di rumah sang kakek saja belum reda, masalah baru datang dari pasien VIP-nya yang tiba-tiba kolaps. Beruntung Rezan sempat membaca pesan yang dikirim pihak rumah sakit, jika tidak mungkin nyawa pasien itu tidak akan terselamatkan. Begitu pintu terbuka, pemandangan pertama yang didapatkan pria itu adalah istrinya yang sedang meringkuk di atas sofa. Pria itu memperhatikannya cukup lama lalu mendesah berat. Tanpa diduga Rezan duduk di depan sofa tempat istrinya berbaring, pria itu terus menumbuk perhatian pada Ratu sampai ingatannya berlayar menuju kejadian beberapa waktu lalu. Serta merta sudut bibirnya terangkat, sekadar mengejek kegilaan Ratu ketika menghadapi Laras. Yang membuat hati dan perut Rezan tergelitik adalah ketika gadis barbar i