Reina mencoba salah satu daster yang dibelikan oleh Alex. Dia pikir, laki-laki itu akan memilihkan yang polos-polos. Tetapi di luar ekspetasi, yang dibeli tidak jauh berbeda dari koleksinya. Setelah merapikan wajahnya agar tetap cantik meski dalam balutan daster, Reina keluar.Terdengar deru mobil suaminya yang baru saja mengantarkan Nora pulang. Reina memutuskan untuk menyambut kedatangan Alex, sekaligus memberitahu bahwa dirinya baru saja mengenakan salah satu daster pemberian sang suami."Selamat datang lagi, Om!" Reina memutar badannya. "Cocok ya di aku? Bisa aja pilihin yang warna kuning begini. Makasih, Om!"Tadinya Alex mau melayangkan protes lagi terkait panggilan dari Reina. Namun melihat senyum gadis itu, hatinya melunak. Alex mengangguk pelan, mengacak puncak kepala sang istri."Ibu datang kapan? Kenapa tadi kamu nggak kasih tau saya dulu?" tanya Alex, melangkah terlebih dulu selagi melepas dasinya. Dia belum sempat berganti pakaian sejak pulang tadi."Tadi itu, Ibu baru da
Dan benar saja, Alex selesai membayar sebuah tiket masuk ke salah satu wisata permainan yang tidak begitu ramai pada jam kerja. Sepanjang langkah yang tertuai, dia tidak paham, mengapa mau repot-repot membuntuti Andre dan Reina yang sedang berkencan.Belum apa-apa, Alex sudah kesal sendiri saat melihat rangkulan tangan Reina pada Andre. Gadis itu begitu dekat dengan Andre, bahkan pada beberapa kesempatan pun tubuh keduanya saling bersentuhan.Alex duduk di salah satu bangku panjang, mengenakan penyamaran seadanya. Andre dan Reina berbelok ke rumah hantu, dan saat itulah Alex memutuskan untuk mengakhiri kegiatannya tersebut. Dia tidak mungkin ikut masuk ke rumah hantu.Sepanjang perjalanan pulang, Alex tak bisa menghilangkan bayangan Andre dan Reina yang barangkali sedang berpelukan di dalam rumah hantu. Melihat senyum dan tawa Reina yang begitu lepas, menarik suatu perasaan yang tak masuk akal dalam diri Alex. Berbeda saat bersamanya, Reina terkesan terpaksa dan hanya mau memancing em
Reina mengerjapkan mata beberapa kali, sementara Alex menepuk keningnya. Susan tersenyum simpul, melipat tangan di depan dada—menandakan jika dirinya lebih unggul dari Reina. Susan berharap Reina akan cemburu dan melayangkan tatapan permusuhan padanya.Namun di luar dugaan, Reina malah mengangguk dan terkekeh. Jelas tidak sesuai prediksi Susan. Reina malah menepuk bahu Alex, menguarkan tawa polos yang mengundang keheranan."Wah! Mas Alex seleranya pas waktu muda kayak Mbaknya ini ya?" celetuk Reina, yang langsung membuat Susan kesal, tidak tau kenapa. "Boleh-boleh! Makasih atas perkenalannya ya, Mbak Susan. Salam kenal juga, saya Reina, istrinya Mas Alex."Reina menyambut uluran tangan Susan tanpa beban. "Tapi maaf nih, Mbak. Perkenalannya sampai di sini dulu aja ya? Saya lagi mau berduaan sama Mas Alex, nggak pengin diganggu sama siapa-siapa. Mbak Susan ada di sini karena kepentingan lain kan? Nah! Silakan dilanjutkan saja kepentingan yang tadi itu, Mbak!"Susan menganga, sedangkan A
"Hahaha!" Reina tertawa hambar, cepat-cepat berbalik. "Aduh! Aku lupa mau ngambil apa ya tadi?"Alex mengulum senyum, membiarkan Reina kabur dari hadapannya. Ternyata laki-laki itu mempunyai hobi baru, yaitu menggoda Reina. Sosoknya yang polos tapi terkadang memberanikan diri itu terlalu menggemaskan bagi Alex untuk tidak ditanggapi.Laki-laki itu kembali menata belanjaan mereka, ketika getaran panjang dari ponselnya menginterupsi. Sebuah panggilan masuk dari Ibu. Beberapa detik kemudian, Alex mengetuk pintu kamar Reina dan menyuruh gadis itu untuk memindahkan barang-barangnya."Kok malam-malam begini Ibu baru niat datang sih, Om?" Reina menarik kopernya susah payah, sementara Alex merapikan tempat tidur yang sebelumnya dijajaki Reina."Saya nggak tau, Reina. Yang penting, besok Ibu sudah pulang. Mungkin Ibu lagi iseng, mau memastikan anaknya ini benar-benar bahagia dengan pernikahan barunya atau tidak."Reina mengecurutkan bibirnya. "Ibu yang perhatian sekali ya, Om? Jadi iri deh!"A
Pagi sekali, Reina mendengar gemericik air dari kamar mandi. Melirik jam dinding, Reina perlahan bangun, lantas duduk di tepi kasur selama beberapa menit. Alex keluar hanya dengan bertelanjang dada dan handuk yang melilit pinggangnya. Yang tadinya mengantuk, kini pandangan Reina berubah jernih seketika. Gadis itu mengerjapkan mata beberapa kali. Tetesan air yang menjatuhi tiap inci tubuh Alex menjadi pemandangan tambahan yang membuat Reina kesulitan berkata-kata. Suaminya yang dikata sudah om-om itu tampak seksi dan menggoda. Reina sampai harus mengalihkan pandang agar pikirannya tidak ke mana-mana."Sudah bangun?"Reina berdeham, "Kan aku udah duduk kayak gini, ya artinya udah bangun dong!"Alex manggut-manggut, mengacak rambutnya yang basah hingga tetesannya mengenai Reina. Reina memejamkan mata, nyaris mengatai sang suami namun urung. Situasinya tidak kondusif bagi hati Reina yang perlahan menghangat."Kalau gitu aku mandi dulu ya, Om?"Reina beranjak, mengambil handuknya yang mas
"Andre?"Reina membungkam mulutnya rapat-rapat. Gadis itu tak mampu bergerak setelah melihat sang pacar tengah merangkul mesra seorang gadis. Andre dan gadis itu tak menyadari keberadaan Reina, sebab dia masih berada di ujung lorong.Andre menawarkan beberapa tas keluaran terbaru pada si gadis, yang beberapa saat kemudian dihadiahi kecupan pada bibir. Bukan pada pipi, tapi pada bibir! Bahkan Reina tak pernah melakukannya, lantaran dirinya dan Andre masih menanti status menikah yang tadinya akan mereka sandang.Tetapi apa yang sedang dilihatnya ini? Andre bermain api dengan gadis lain. Senyum dan rayuan yang senantiasa dilayangkan padanya, justru tertambat pada si gadis yang sengaja mendekatkan tubuhnya pada Andre.Andre terlihat senang-senang saja, bahkan mengeratkan pelukannya. Dari samping kepala Reina, terulur satu ponsel yang sedang memotret Andre dan si gadis. Reina menoleh dengan mata berkaca-kaca. Rendi dan Tara memberi tanda untuk tetap diam.Reina mengangguk lemah. Percakapan
Seharian itu, Reina berusaha sebisa mungkin untuk menghindari Alex. Sejak bangun tidur, gadis itu langsung berlari ke kamarnya sendiri. Meninggalkan Alex yang sedang merapikan pakaian kering yang baru dilipat.Alex mengernyit, sekiranya yakin bahwa dirinya tidak melakukan sesuatu yang menyakiti istri manjanya itu. Justru dia sendiri yang kewalahan semalam. Sebetulnya kalau dipikir lagi, akan lebih masuk akal apabila Alex yang menghindari Reina. Sebab telah memperlihatkan betapa lemahnya dirinya di hadapan Reina hanya karena tidur bersama. Alex berjengit, "Apa karena itu? Tapi kan, dia yang memancing."Alex memandang Reina yang menonton televisi di ruang keluarga. Laki-laki itu menyadari jika fokus Reina tidak benar-benar tercurah pada televisi di depannya. Beberapa kali, istrinya itu meliriknya.Tidak tahan dengan situasi janggal semacam itu, Alex menghampiri Reina. "Kenapa, Reina? Apa saya berbuat salah?"Reina tersentak, tapi cepat-cepat menguasai diri. Gadis itu menggeleng, mencoba
Reina terhenyak. Dia terperangkap oleh keisengannya sendiri. Gadis itu bergerak gelisah, berusaha melepaskan diri dari kungkungan Alex. Namun suaminya itu malah mendekat. "Om? Mau ngapa—"Detik itu, Reina merasakan dunianya berhenti berputar. Cepat bagi Alex, tetapi melambat bagi Reina. Dia baru saja merasakaan benda kenyal itu menyentuh ujung bibir kanannya. "Ada saus tomat di bibir kamu, Reina." Suara berat sang suami benar-benar menghipnotisnya. Aneh. Reina pernah berada pada posisi yang lebih dekat dengan Andre, tapi rasanya tidak semendebarkan ini.Deru napas Alex menyapu wajahnya, menggelitik kehangatan yang datang tanpa aba-aba. Tatapan keduanya bersirobok, seolah mencari maksud dari sikap masing-masing yang tak dapat diprediksi. Reina terbawa suasana sehingga kedua tangannya menyentuh bagian dada kemeja Alex. Mengelusnya seperti menemukan sesuatu yang mampu membawanya pergi dari bayang-bayang pengkhianatan Andre.Alex merasakan desiran yang sama. Menggebu-gebu, lantas kembal