Yunani.
Erlang bersama sahabatnya tengah duduk santai di atas bebatuan yang tersusun rapi sembari menikmati alunan musik yang disuguhkan Dj sore hari itu. Namun, penampakan seorang wanita yang melintas di depan Erlang sontak mengalihkan fokusnya.Tak berkedip, mata Erlang mengikuti gerak lambat si wanita yang sedang berjalan gemulai dan berlalu menuju keramaian.Seperti sedang menggoda, wanita bernama lengkap Maya saputri itu berbalik lagi dan tanpa ragu mengedipkan sebelah mata, lantas menyapa Erlang dengan hanya menggerakkan jari telunjuknya."Oh shitt!" Pada pandangan pertama, seketika Erlang tergoda dengan wanita yang menggunakan gaun tipis nan mini itu.Tubuh Erlang terasa terbakar dengan keindahan tubuh wanita di depan sana. Entah pesona apa yang dia lihat pada wanita berkulit samo matang itu, padahal selama ini sudah tidak terhitung wanita yang mencoba mendekatinya, namun tak satu pun yang sanggup mematahkan iman pria beristri dua itu.Erlang menurunkan sedikit kacamata hitam yang bertengger di atas hidungnya tatkala kedua bola mata tajam itu menangkap tingkah berani Maya yang tengah mengangkat gaun dan meloloskannya hingga hanya tersisa sepasang bikini berwarna kuning terang.Desahan kecil pun lolos dari mulut Erlang. Tanpa mengalihkan pandangan, dia pun menyenggol tubuh sahabatnya yang masih sibuk mengayun-ayunkan tangan sambil menikmati lagu indah milik Demi Lovato feat Olly murs itu."Siapa wanita seksi itu?" tanya Erlang dengan penasaran. "It' s so hooooot," desis Erlang, dan sepertinya dia tengah merindukan sosok Arsyila, sang istri pertama yang sangat menantang dalam hal ranjang, namun telah mengalami gangguan kejiwaan.Meski Arsyila bukanlah istri yang dicintai, namun tidak menutup kemungkinan jika Erlang pasti merindukan keindahan tubuh, kehangatan serta perlakuan panas yang kerap diberikan wanita itu selama mereka bersama.Dalam keadaan duduk, Hendra masih sibuk dengan lantunan irama bergenre rock itu, hingga mengabaikan pertanyaan sahabatnya. Kedua tangannya juga sibuk mengayun mengikuti orang-orang yang sedang menari dengan gaya masing-masing.Tak kunjung mendapat jawaban, Erlang dibuat kesal dengan tingkah sahabat sekaligus orang kepercayaannya itu. Dia pun menoleh, menatap Hendra dengan tatapan sinis, lantas menjitak kepala pria yang baru beberapa bulan menjadi seorang ayah itu."Hei, kamu dengar aku tidak? Apa mau aku laporkan pada istrimu kalau kamu sedang kegatalan memandangi para wanita bule?" gertak Erlang dengan suara yang kencang."Apaan sih, siapa juga yang memandangi wanita bule? Jelas-jelas aku sedang menikmati musik, jadi jangan mengada ada kamu," Hendra langsung protes, tidak terima dengan tuduhan Erlang. Dia juga khawatir jika mulut ember Erlang bercerita yang bukan bukan pada Hennah, istri yang sangat dicintainya.Erlang tidak peduli dengan alasan Hendra. Dia segera menangkup kepala sahabatnya, lalu memutarnya secara paksa agar pria itu segera menoleh pada wanita yang sedang menggodanya."Lihat wanita itu, siapa dia? Sepertinya dia sedang berusaha menggodaku," tebak Erlang sambil menunjuk wanita yang berdiri dengan gaya yang menggairahkan.Ya, di depan sana dengan jarak sekitar tujuh meteran Maya juga masih menatap Erlang. Wanita berusia 21 tahun itu berdiri miring, lalu mengangkat kedua tangan di atas kepala dengan kaki kanan maju ke depan seakan hendak melangkah.Hendra mengikuti arah pandang Erlang. Begitu melihat Maya yang berpose seperti model pakaian dalam, dia langsung manggut manggut sambil membulatkan mulut hingga membentuk huruf o."Aku rasa kamu sudah menemukan wanita yang tepat, Lang," ucap Hendra dengan senangnya, karena selama tiga tahun terakhir ini dia sudah seringkali berusaha mencarikan wanita baik-baik untuk dijadikan istri siri bagi Erlang. Namun, tidak ada satu pun yang menarik perhatian sang sahabat."Cari tahu siapa dia!" tanpa ragu Erlang memberi perintah."Akan dilaksanakan, Bos." Hendra terdiam sejenak dan masih dengan tatapan takjub pada wanita seksi di depan sana. "Tapi kenapa kamu memilih wanita yang seperti itu?""Maksudmu apa?""Maksudku, kenapa harus wanita yang sifatnya sebelas dua belas dengan Arsyila?" Hendra bingung dengan pilihan Erlang kali ini. "Lagi pula wanita itu tidak sebening Arsyila dan Zoya yang putih mengkilat seperti kapas India.""Itu dia, Dra, sepertinya aku ingin mencoba wanita yang memiliki kulit eksotis." Erlang tak berkedip menatap wanita muda yang juga melihat ke arahnya. "Aku suka warna kulitnya, kayaknya lebih seksi gitu ketika dilihat apalagi diraba dan dirasa," ungkap Erlang dengan kagum."Ya elah, Lang, kenapa nggak ngomong dari dulu? Coba dari awal kamu katakan kalau kamu menyukai wanita seperti itu, pasti di tanah air dengan mudah aku mendapatkannya untukmu, jadi kita tidak perlu bersusah payah mencari wanita ke sini," jelas Hendra dengan kesalnya, yang mana selama ini dia sudah mencari dan menjodoh jodohkan Erlang dengan wanita yang putih mulus seperti kedua istri Erlang sebelumnya.Begitu mendengar pendapat Hendra yang panjang lebar, Erlang sontak mengalihkan pandangannya dari Maya, lantas menatap sahabatnya itu dengan pandangan yang mematikan."Siapa yang bilang kita ke sini untuk mencari perempuan, siapa yang memberimu wewenang untuk berani protes dengan wanita pilihanku?" tukas Erlang dengan geramnya.Hendra langsung memasang wajah cengengesan saat mendapati rupa garang Erlang."A aku yang bilang, Lang, so sorry," ucap Hendra terbata bata. Bisa dipotong bonusnya jika mood sang atasan memburuk.Melihat wajah Hendra yang ketakutan, Erlang pun terkekeh pelan, lalu tanpa ragu mengakui perasaanya."Aku juga baru menyadarinya sekarang, Dra" Erlang berdecak menyayangkan gairahnya yang tiba-tiba terbakar hanya dengan melihat wanita itu, padahal di pantai tersebut terdapat banyak wanita cantik nan seksi."Ya sudah, dekati sekarang juga!" lanjut Hendra, menyuruh dengan entengnya. "Aku yakin dia pasti tidak akan menolakmu.""Cari tahu dulu siapa dia dan apa tujuannya bertindak seperti itu!" Meski menyukai Maya di awal pertemuan, Erlang tetap harus memastikan wanita jenis apa yang akan dijadikan sebagai istri ketiganya."Tapi tidak ada salahnya melakukan pendekatan di awal, Lang," Hendra semakin menjadi mempengaruhi Erlang. "Kasihan dia, sudah berbagai gaya menggoda dilakukan seperti itu, tapi tidak dihargai. Tenang saja, dalam waktu 24 jam, aku pasti akan menemukan identitas pribadinya dan kamu akan mengetahui tentang segala kehidupan wanita itu.""Lalu tugasmu sebagai asisten apa? Kamu ingin aku yang bertanya langsung pada wanita itu?""Ja jadi ... sekarang aku harus menemuinya?" tanya Hendra tergugup."Ya, cari tahu asal negara dan juga pekerjaannya!" titah Erlang dengan tegas."Baiklah," patuh Hendra.Secara bersamaan, kedua pria yang sudah bersahabat sejak lama itu berbalik kembali untuk menatap wanita yang juga merupakan warga negara Indonesia itu.Namun, begitu menoleh pada objek utama mereka, Erlang dan Hendra terkejut dengan kedatangan wanita yang hanya terbalut pakaian dalam itu.Ya, tanpa diminta Maya sudah menghampiri Erlang.Baik Erlang maupun Hendra kesusahan menegak salivanya. Keindahan tubuh Maya kini sudah terpampang nyata di depan mata.Kini, dengan jelas Erlang melihat setiap lekuk tubuh indah wanita berambut lurus itu. Ternyata jauh lebih indah dan menantang jika dilihat dengan jarak yang begitu dekat, hingga membuat sesuatu mengeras dalam celana pantai yang dikenakan Erlang.Tanpa ada keraguan, Maya yang sudah tertarik dengan Erlang mengulurkan tangan dan pria itu pun langsung berdiri menyambutnya."Maya," ucap wanita itu sambil tersenyum manis. "Room 306, hotel di ujung sana," sebutnya sembari menunjuk sebuah penginapan.Tanpa menghiraukan alasan dari Zoya, Erlang langsung menyambar istrinya yang kebetulan malam itu hanya menggunakan lingerie. Khawatir mendapat penolakan seperti hari-hari sebelumnya, dia pun menggiring sang istri menuju ranjang. "Jangan terburu-buru seperti ini, Lang!" Zoya mendesah tatkala mulut Erlang menyentuh dadanya. "Apa kamu tidak ingin mendengar sesuatu dariku?" Dia berharap Erlang menanyakan tentang penyakitnya.Namun, Erlang tidak mau tahu lagi tentang semua itu. Mulutnya lebih sibuk menghisap, memilin dan mengemut semua bagian tubuh Zoya.Ketika melihat Zoya masih ingin berbicara, Erlang segera menyambar mulut wanita itu. Dia tidak butuh alasan untuk percintaan malam itu, bahkan dia siap menerima resiko apapun, jika harus tertular penyakit Zoya.Setelah lebih dari tiga tahun berlalu, malam yang sangat panjang telah terulang kembali untuk sepasang suami istri itu. Erlang tidak puas dengan hanya satu ronde, dia melakukan penyatuan itu secara berulang-ulang hingga akhirnya te
Dua hari berlalu dengan cepat.Erlang masih belum menyadari maksud tujuan Rasputin memanggilnya ke mansion Bagaskara. Terbiasa menghadapi sang ayah mertua karena rengekan Arsyila membuat Erlang merasa enteng dengan permintaan tersebut."Selamat malam, Dad!" Erlang menyapa ayah mertuanya yang sedang duduk santai di ruang keluarga."Selamat malam, Erlang," Rasputin menyambut dengan hangat. "Silakan duduk dulu, tidak usah langsung menemui Arsyila."Erlang duduk tanpa pikiran aneh apa pun.Di sebelah Rasputin, tampak Rafael yang juga sedang asyik bermain gadget. Anak kecil itu tidak terlalu fokus lagi akan kehadiran Erlang, karena di tangannya ada permainan yang lebih seru.Malam itu, Rasputin ingin membicarakan hal penting, jadi dia segera berbisik pada cucunya. "Kakek dan daddymu akan membicarakan hal penting, jadi pergilah bermain di kamarmu!" suruhnya.Masih sibuk dengan mainan barunya, Rafael menurut saja. Dia berjalan sambil bermain ponsel tanpa menghiraukan nasehat dari kakeknya.
"Zoya mengakui sendiri, kalau dia masih mencintaimu seperti dulu, dan dia ingin kembali ke sisimu selamanya. Maka perjuangkan dia, jangan membuatnya kecewa lagi!" isi pesan yang baru saja dibaca oleh Erlang.Erlang bahkan tidak sabar untuk menemui Zoya kembali. Pesan yang dikirimkan oleh Hendra membuat semangat pria itu membara. Segera setelah itu, Erlang mengirimkan pesan balasan pada sang sahabat.[Tentu saja, Hend. Terima kasih banyak sudah memberitahuku. Terima kasih juga karena selama ini selalu bersama dengan Zoya dan selalu menjaganya dengan baik.] Erlang membalas dengan cepat dan senyum yang berseri seri."Cepatlah berputar waktu!" Erlang berharap seperti pemuda belasan tahun yang baru saja merasakan cinta pertama.Di lain tempat.Zoya baru saja tiba di salah satu kafe miliknya."Bu Zoya, ada wanita yang mengaku sebagai saudara Ibu dan saat ini sedang menunggu di ruang VIP," jelas seorang pelayan ketika Zoya baru saja masuk memasuki kafe."Siapa namanya?" Zoya mengerutkan dahi
Tidak hanya setuju dengan pengakuan Zoya, Hendra justru terharu mendengar keinginan sahabatnya itu. Senyum ceria seketika terlukis di wajah pria itu. Dia mendukung seratus persen. "Tentu saja kamu tidak salah, Zoya, Erlang itu hanya milikmu seorang. Dulu Syila berusaha merebut Erlang darimu, dan sekarang Maya yang datang. Jika Syila saja bisa kamu taklukkan, kenapa tidak dengan si Maya ingusan itu." Hendra tidak akan pernah bosan mempengaruhi sahabatnya itu, karena menurutnya Zoya lah yang paling pantas menjadi pemenangnya."Kamu bicara apa sih?" Zoya segera berjalan menuju parkiran. Dia masih enggan untuk mengiyakan seluruh perkataan Hendra. Namun dalam hati, dia juga setuju dengan pendapat pria beranak satu itu."Itu kenyataan." Hendra berjalan beriringan dengan Zoya. "Kamu mencintai Erlang, begitu juga Erlang masih sangat mencintaimu. Kalian itu sudah ditakdirkan untuk bersama dan saling memiliki. Selamanya akan seperti itu.""Tapi dia masih suami sahnya Syila, dan sekarang juga
Maya melotot tajam menyaksikan adegan di depan matanya. Kedua bola mata wanita itu nyaris keluar mengetahui Zoya berada di ruangan yang sama dengan Erlang dan dalam posisi yang sangat intim. Ini pertama kalinya Maya menyaksikan kemesraan sepasang suami istri itu, dan dia iri melihatnya. Tidak.Bukan hanya cemburu, tapi saat ini Maya juga marah besar hingga rasanya ingin melabrak wanita yang merupakan madunya itu."Tidak tahu malu kalian!" Maya memaki, tidak terima karena sebelumnya Erlang telah memintanya untuk segera datang ke hotel tersebut. Namun, apa yang dilihat di depan mata, Zoya yang muncul lebih dulu.Erlang segera meraih taplak meja dan buru buru menutupi menutupi bagian bawah tubuhnya. Meski kedua wanita yang bersama dengannya adalah para istrinya, namun tetap ada rasa malu ketika mereka bertiga berada dalam satu ruangan."Sorry, Sayang," Erlang justru minta maaf pada Zoya, karena membuat wanita itu merasa tidak nyaman. Dia lebih peduli pada istri keduanya itu daripada me
Terkejut dengan keberadaan Maya, sontak saja Erlang menekan tombol merah dalam ponselnya tatkala melihat istri mudanya itu tengah bersama dengan Rasputin."Apa yang dia lakukan di sini?" Erlang berpikir seraya mengamati istrinya yang sedang berbincang bincang asyik dengan sang ayah mertua. Sesekali Maya tampak tertawa ketika mendengar cerita dari Rasputin. Hal itu membuat Erlang penasaran dan memutuskan mendekati keduanya."Erlang ....!" Rasputin menyapa lebih dulu begitu melihat menantunya. "Apa yang kamu lakukan di sana? Kenapa berdiri saja? Apa Syila sudah tidur?" cecarnya."Ya, Syila sudah tidur, Dad, jadi aku berencana untuk keluar malam ini, karena masih banyak urusan yang harus kuselesaikan," Erlang menjawab dengan tenang. Rasputin paham jika Erlang tengah dilanda satu masalah saat ini. Jadi dia membiarkan Erlang pergi malam itu tanpa banyak protes. "Baiklah kalau kamu mau pergi, tapi jika bisa, sebaiknya bawa kembali Zoya dan Angkasa ke rumah ini. Dengan bersama mereka di rum