Share

Istri Muda Untuk Erlang
Istri Muda Untuk Erlang
Penulis: Anna Sahara

Tidak Bisa Menahannya Lagi

"Aku tidak bisa menahannya lagi, Sayang." Dengan napas yang kian memburu, Erlang yang masih memeluk tubuh Zoya menggiring istrinya ke atas ranjang.

"Jangan sampai seperti ini, Lang! Aku tidak ingin membahayakan kesehatanmu." Zoya berusaha menolak, menahan tubuh Erlang yang masih menikmati tubuhnya melalui cumbuan dan hisapan-hisapan kecil yang semakin lama semakin panas.

"Akhhhh ...," desis Zoya tiba-tiba tatkala Erlang menggigit puncak dadanya dengan penuh birahi membuat Erlang semakin bersemangat.

Khawatir dengan hasrat dan birahi yang tidak terkontrol, Zoya terpaksa mendorong kasar tubuh Erlang hingga pria itu terjungkal ke belakang.

"Berhenti, Lang, sudah cukup! Ini tidak boleh diteruskan," larang Zoya dengan napas tersengal sengal.

Erlang menatap Zoya dengan mata menyala. Ini bukan yang pertama kalinya dia mendapatkan penolakan dari istri sahnya sendiri. Jika bukan karena cintanya yang terlampau besar pada Zoya, mungkin dia sudah meninggalkan wanita itu dan mencari pengganti yang lain.

Ya, Erlang Januar adalah pria tampan yang memiliki karir cemerlang di dunia bisnis. Selain sukses, Erlang juga dikenal setia dengan pasangan. Terbukti selama bersama dengan Zoya, Erlang tak sekali pun berniat untuk melakukan perselingkuhan walau pun kesempatan sudah ada di depan mata.

"Mau sampai kapan, Zoya?" Erlang menatap istrinya dengan wajah yang sudah memerah, karena menahan hasrat yang tak pernah tersalurkan, dan hal ini sudah berjalan hingga kurang lebih tiga tahun lamanya.

Zoya terdiam seribu bahasa. Air matanya lolos begitu saja. Sejujurnya, dia juga merasakan hal yang sama. Dia menginginkan penyatuan bersama sang suami. Dia ingin bercinta setiap ada waktu luang untuk mereka berdua. Dia juga sakit menahan rasa itu, namun kekhawatirannya terlalu tinggi.

Zoya yang terinfeksi virus berbahaya selalu dilanda kecemasan jika sewaktu-waktu pria yang dicintainya itu ikut tertular jika mereka melakukan hubungan suami istri. Cukup dirinya saja yang mengalami penderitaan ini, terinfeksi virus mematikan akibat pengkhianatan yang pernah dilakukannya.

Perlahan Erlang mendekati Zoya. Dia mengusap kepala istri keduanya itu. "Kamu tega menyiksaku terus menerus seperti ini?"

Erlang masih berharap besar untuk mendapatkan keinginannya. Kepala bagian atas dan bawah sudah berkedut menanti pelampiasan, tidak mungkin dia menuntaskannya lagi di kamar mandi.

"Please, Zoya, aku menginginkanmu sekarang!" lebih dari memelas akan Erlang lakukan. Sungguh, hasratnya sudah tidak terkontrol lagi, kepalanya bisa meledak jika malam ini tidak kunjung mendapat jatah bercinta dari sang istri tercinta.

Zoya mengangkat kepalanya. "Tunggu beberapa bulan ini, Lang, dokter mengatakan jika virusnya sudah melemah dan kemungkinan tidak akan terdeteksi jika aku rutin terapi dan minum obat. Bukankah selama ini kita bisa menahannya?"

'Bisa menahan apaan?' bunyi suara hati Erlang yang ngedumel, menyesalkan sikap Zoya yang tak pernah paham betapa tersiksanya dia menahan diri selama tiga tahun ini.

"Kita bisa menggunakan pengaman," Erlang membujuk lagi.

"Aku tetap takut, Lang."

"Baiklah, kalau kamu tetap mempertahankan keputusanmu itu." Erlang menyerah. Dia segera turun dari ranjang, meraih dompet dan kunci mobil, selanjutnya akan meninggalkan Zoya untuk sementara waktu.

Beberapa jam kemudian.

"Kusut lagi si bos," ledek Hendra, sang sahabat yang baru saja tiba di salah satu kafe yang dikunjungi Erlang.

Atas permintaan Erlang juga, Hendra langsung tancap gas meninggalkan istri dan anak yang sudah tertidur lelap di rumahnya.

"Lebih kusut lagi bagian bawah ini," sahut Erlang dengan mata mengarah pada perkakasnya yang sudah tiga tahun berpuasa.

Hendra segera duduk berhadap-hadapan dengan Erlang. "Ditolak lagi kayaknya," desis Hendra dengan suara yang pelan. Sebagai salah satu sahabat, dan satu-satunya kepercayaan Erlang, dia sangat paham dengan kehidupan pria itu hingga ke akar akarnya.

"Katanya sih tunggu beberapa bulan lagi," tanpa ada rasa malu, Erlang langsung berkata dengan jujur. "Apa aku harus mempercayainya setelah selama ini dia juga sering mengatakan hal yang sama padaku?" keluh Erlang.

"Siapa tahu benar, Lang, sabar aja dulu!" Hendra mengingatkan.

"Dan siapa tahu juga dia hanya ingin berusaha menenangkanku agar tidak berniat mencari wanita lain?" Erlang mulai putus harapan dengan penantiannya.

"Memangnya kamu punya niat seperti itu?" Hendra penasaran. Setahunya, Erlang adalah pria setia. Meski dikelilingi wanita cantik dan digilai para rekan kerjanya, pria itu tidak pernah tergoda.

"Kalau seperti ini terus, tidak menutup kemungkinan aku akan melakukannya," balas Erlang dengan entengnya. "Aku sudah tidak sanggup menahan diri lagi. Bisa-bisa berkarat si Jerry ini, kan kasihan, besar dan gagah begini, tapi tidak dipergunakan."

"Serius?" Hendra memastikan, tidak menyangka jika akhirnya Erlang mengalah dengan keadaannya.

Erlang mencondongkan tubuhnya ke depan untuk berbicara lebih terbuka lagi. "Kamu tidak tahu rasanya menahan gairah yang sudah naik ke ubun-ubun ini, tapi tidak pernah tersalurkan. Rasanya semua mau meledak. Kamu tahu sendiri kan, aku tak sanggup mengkhianati Zoya, aku terlalu mencintainya dan aku juga sudah berjanji pada orang tuanya hanya akan setia pada Zoya seumur hidupku," ungkap Erlang dengan wajah kecewa.

Sebenarnya, Hendra juga berpikir demikian. Bahkan sudah sangat lama dia memiliki ide tersebut, namun persahabatan yang terjalin di antara mereka bertiga, membuat pria itu sungkan untuk mengungkapkan pendapatnya.

Hubungan pertemanan antara Erlang, Zoya, dan Hendra sudah dimulai semenjak mereka duduk di bangku sekolah dasar, tidak etis rasanya mendukung perselingkuhan yang akan merugikan kedua sahabat terbaiknya itu.

Kini, setelah Erlang berkata blak blakan ingin mencari wanita lain, tidak ada alasan lagi untuk tidak setuju dengan keputusan Erlang.

"Apa yang harus aku lakukan untukmu?" Hendra menawarkan bantuan.

"Good ...." Erlang langsung mengacungkan jempolnya. "Sahabat yang pengertian," puji Erlang dengan senangnya.

"Akan aku dukung asal kamu merasa bahagia dengan keputusanmu itu," balas Hendra.

Erlang menyeringai puas. Dukungan dan bantuan Hendra adalah yang paling penting saat ini. Terkait wanita yang akan dijadikan pasangan Erlang, pasti akan mudah didapatkan.

Berbekal wajah rupawan, karier cemerlang, harta yang berlimpah, pria berusia 31 tahun itu tidak akan sulit untuk mendapatkan wanita yang diinginkan.

*

Sebulan telah berlalu, Erlang yang memiliki kesibukan banyak belum juga menemukan satu wanita yang cocok untuk dijadikan sebagai istri ketiganya. Berkali-kali bertemu dengan wanita cantik dan seksi, bahkan dari kalangan artis dan model terkenal, namun tak ada satu pun yang membuatnya tertarik untuk menjalin hubungan yang lebih serius.

Begitu juga dengan Hendra yang ikut membantu mencarikan jodoh terbaik untuk sahabatnya. Dia mulai putus asa, karena semua wanita yang ditawarkan tidak satu pun yang sesuai dengan kriteria Erlang.

Siang itu, Hendra menerobos masuk ke ruangan atasannya.

"Sebenarnya wanita seperti apa yang kamu inginkan, Lang? Lama-lama aku bosan juga membantumu, terlalu inilah, terlalu itulah, kalau mau mencari wanita yang persis seperti Zoya, aku rasa sampai kiamat pun, kita tidak akan pernah menemukannya," Hendra mengeluh untuk yang ke sekian kalinya.

"Besok kita akan berangkat ke Yunani, di sana aku akan lebih leluasa untuk mencari wanita yang aku inginkan," balas Erlang tanpa ada ras bersalah pada sahabatnya. "Aku yakin pasti akan mendapatkannya di sana," lanjutnya lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status