Share

Bab 02

Author: Memey Azzura
last update Last Updated: 2024-05-03 15:31:07

Dia tetaplah Burhan yang hanya buruh panen di kebun milik mendiang orang tua Nana.

 

“Kita sudah membahas hal ini jauh hari. Dan, Abang setuju. Lalu sekarang mengapa berubah pikiran. Lakukan demi cintamu padaku, Bang,” tukas Nana berlalu masuk ke kamar melemparkan tubuh langsingnya keranjang.

 

“Aku laki-laki, Dik. Cepat atau lambat meski tanpa cinta pasti akan terbiasa dengan hadirnya wanita lain diantara kita. Tapi Aku tidak yakin dengan hatimu. Selama ini saja kau selalu cemburu melihat aku dekat dengan wanita lain. Padahal hanya sebatas teman,” batin Burhan menggelengkan kepala.

 

Bagi Burhan permintaan Nana sangat konyol. Saat wanita diluar sana membenci poligami namun, Nana justru menginginkan.

 

Setahun terakhir Nana terus menodongnya untuk menikah lagi. Tetapi selalu ditolaknya dengan berbagai alasan, mengulur waktu dan secara halus menghindar.

 

Rasa cinta yang begitu besar pada sang istri. Sama sekali tidak mempermasalahkan kondisi Nana yang tak memiliki rahim.

 

Sengaja dia mendirikan panti asuhan sebagai pelarian saat Nana kesepian. Berharap dengan berada diantara anak panti akan melupakan keinginan memiliki anak.

 

Tapi Nana tetaplah Nana, yang keras kepala, setiap kehendaknya harus terwujud.

 

Berbagai upaya Burhan menggagalkan ambisi Nana sia-sia belaka. Dan hari ini puncaknya keinginan Nana menjadi kenyataan.

 

Ck, Nana berdecak lalu menggusar kasar wajahnya. Sekarang dia tengah duduk di halte Bis.

 

Dia sudah tidak dapat lagi menangis meski masih ingin menangis untuk mengurangi beban yang menghimpit dadanya.

 

Dia meraih gawai dalam tas selempang kesayangannya. Dibeli seharga seratus lima puluh ribu.

 

Meski kaya raya dia bukanlah pecinta barang-barang branded.

 

Baginya itu tidak bermanfaat lebih baik uangnya disedekahkan kepada orang yang membutuhkan dan itu akan jauh  sangat bermanfaat untuk orang lain.

 

Dia mengusap layar lima koma lima inci itu dibelakangnya terpampang tulisan yang seperti orang Jawa bertanya.

 

Jam menunjukan pukul setengah dua. Berarti sudah dua jam dia meninggalkan tempat itu.

 

Hatinya bertanya-tanya apakah suaminya menyadari keberadaannya atau justru sibuk dengan Bella sang istri muda.

 

Dia memukul kepalanya, betapa bodohnya dia. Sudah pasti suaminya sangat mengkhawatir terbukti ada puluhan chat dan panggilan dari nomor sang suami.

 

Dia menekan tombol off, sementara gawainya dipensiunkan. Dia masih belum siap untuk berbicara dengan siapapun.

 

“Aku hanya butuh waktu untuk mengobati luka hati ini dan saat luka ini sembuh dan mengering maka aku akan kembali ketengah-tengah kalian.” Nana bermonolog.

 

Dia ingin sendiri dan tidak ingin berhubungan dengan orang-orang yang ada sangkut pautnya dengan suaminya.

 

Bingung harus kemana semua tempat yang dia tahu Burhan pun tahu. Sangat mudah bagi Burhan untuk menemukannya.

 

Nana terus berpikir dimana harus sembunyi agar Burhan tak dapat menemukannya.

 

Sedang di tempat acara Bella mencari keberadaan Nana tiba-tiba menghilang. Matanya mengawasi setiap penjuru ruangan, diantara tamu undangan namun, tak ditemukan sosok yang dicarinya.

 

Terakhir kali dia melihat Nana sebelum akad nikah yang duduk tepat di belakang Burhan. Melemparkan senyum sembari mengacungkan jempol kepadanya sebagai tanda dia baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

 

Nana juga yang menggandeng dirinya berjalan menuju tempat duduknya saat ini. Menutup kepalanya dan Burhan dengan selendang sutra milik ibu Burhan.

 

Selendang yang juga digunakan di acara akad nikah Nana dan Burhan  delapan tahun silam.

 

“Ini selendang kesayangan ibu Bang Burhan, Bel. Dulu beliau sendiri yang mengenakannya padaku. Tapi hari ini dia lagi datang bulan bawaannya ingin mengomeli ku saja.” Nana mengeluarkan  selendang dari dalam tasnya dengan senyum manis yang membuat buat Burhan bertekuk lutut tak lepas menghiasi wajahnya cantiknya.

 

Diperkirakan usia selendang sudah belasan tahun tapi warnanya terlihat baru karena ibu Burhan dan sampai Nana rajin merawatnya.

 

Nana tidak berkedip melihat polesan wajah ayu Bella begitu teduh dan menyejukan.

 

Ini kali pertama Nana melihat wajah gadis itu secara langsung. Bella tidak pernah melepaskan cadarnya meski mereka tinggal serumah. Kecuali didalam kamar saat dia sendirian. Bella yang taat agama sangat menjaga auratnya.

 

“Kamu cantik sekali, Bel. Sayangnya kamu tutupi dengan itu.” tunjuk Nana pada kain cadar yang di genggaman Bella.

 

“Ah, sudahlah kamu memang lebih baik dariku,” lanjut Nana mengibaskan tangannya di udara tanpa memberikan kesempatan untuk Bella berkata.

 

“Apa kakak bahagia?” Nana mendelik mendengar ucapan Bella.

 

Bella pun tak menyangka pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir tipisnya.

 

“Aku bahagia, aku sudah tidak sabar menjadikanmu saudaraku.” Nana mengalihkan pandangan keluar jendela.

 

“Kakak boleh batalkan pernikahan ini kalau memang berubah pikiran, toh selama ini aku juga sudah menjadi bagian dari kalian.”  Bella meraih tangan Nana.

 

“Aku ini tidak sempurna, Bel. Aku ingin seperti wanita lain. Memiliki banyak anak.” Nana menatap mata gadis yang berbalut pakaian pengantin yang beberapa menit lagi gadis itu akan resmi menjadi adik madunya.

 

“Apa kakak sudah pernah periksa, benarkah kakak tidak memiliki rahim," tanya Bella.

 

Nana menggeleng, selama ini dia hanya tahu tidak memiliki rahim dari ibu tirinya.

 

Nana begitu menyayangi ibu tirinya. Sangat percaya dan yakin apa yang dikatakannya.

 

“Aku percaya pada Mama, bahwa saat usia lima tahun Aku terjatuh dari sepeda. Karna benturan keras rahimku rusak, harus segera diangkat demi menyelamatkan nyawaku.” cerita Nana bersemangat.

 

Bella merasa cerita Nana sedikit tidak masuk akal. Tetapi itu bukan ranahnya mencampuri terlalu jauh. Cepat atau lambat kebenaran akan terungkap.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Muda Untuk Suamiku   Bab 148

    Hati Maya kembali tersayat entah untuk keberapa kalinya.“Tunggu sebentar Nduk,” sahut Mbah Ipeh yang sedang melayani pasiennya dari dalam gubuknya.Tempat Nana terjatuh memang tidak begitu jauh dari tempat tinggal wanita tua itu.Itu sebabnya Maya membawanya kesana. Untuk mendapatkan pertolongan pertama. Sebelum nanti dibawa kerumah sakit yang berjarak cukup jauh dari desa.Maya sudah yang sudah beberapa kali kesana. Tentu sangat hapal jalannya yang masih dipenuhi semak belukar.Ya, wanita itu juga salah satu pasien dukun kampung itu. Yang terkenal mempunyai ilmu hitam yang tinggi.Dalam satu kedipan mata bisa membunuh korbannya. Mereka yang datang kesana pasti mempunyai dendam.“Ini siapa Maya,” tanya Mbah Ipeh keluar menemuinya yang duduk diamben menangku Nana.Sesaat pengguna jasanya pergi dari sana. Dari penampilan bisa ditebak wanita itu merupakan bukan wanita yang baik.“Ini anak tiri saya, Mbah. Itu tadi siapa?” tanya Maya penasaran.“Dia itu yang kerja diwarung dekat kebun it

  • Istri Muda Untuk Suamiku   Bab 147

    “Sudah Tante, ayo kita pulang. Jangan buat keributan disini,” bisik Tary yang masih mencekal lengan Maya.“Iya bawa Tantemu, pergi dari sini,” celetuk Bella.“Tunggu dulu Tary, urusanku belum selesai. Burhan harus bertanggung jawab pada apa yang terjadi padamu,” tolak Maya.Burhan melirik kearah Tary, benar dipergelangan tangan kirinya ada luka yang masih diperban.Maya tidak bohong, tapi untuk apa gadis itu melukai diri sendiri. Sebesar apa harapan gadis itu yang dia patahkan.Bella mencubit perut Burhan, saat tahu mata Burhan tidak beralih dari gadis baru datang itu.“Sakit tau,” bisik Burhan menggosok bekas cubitan Bella.“Itu akibatnya tidak bisa menjaga mata,” tekan Bella nada sepelan mungkin.Tary menggunakan seluruh tenaganya untuk membawa Maya pergi dari sana. Maya pun yang hampir terpojok pasrah mengikutinya.Nana berbalik dan merangkul Bi Siti. Pertahanannya roboh seiring perginya Maya dan Tary.“Menangislah luapkan semua kesedihanmu saat ini. Esok kau harus berjanji tidak a

  • Istri Muda Untuk Suamiku   Bab 146

    “Maya Cahayadiningrat , saya Nayla Rahmawati binti Abdul Razak. Putri tunggal dari ibu Rahayu. Apa anda mengenali saya. Mama Maya yanby terhormat,” sanggah Nana menggeram.Nana sudah tidak tahan lagi untuk tidak mengangkat suara. Wanita yang dia panggil Mama itu. Semakin mengelunjak tidak berpikir kalimatnya melukai banyak orang.“Nayla Rahmawati, Nanaku sayang Nanaku malang. Kamu mengenali Mama, Nak,” tanya Maya mata mengarah pada wanita yang berusaha tenang.“Apa kurang cukup yang Mama berbuat pada saya dulu, hingga sekarang Mama ingin merampas suami saya.” Nana berdiri mengikis jarak dengan wanita yang dikiranya malaikat.“Baguslah kau sudah tahu, jadi tolong minta suamimu menikahi Tary. Sama yang kau lakukan pada pelakor itu, Mama yakin kalian akan bisa hidup damai. Mama tidak merampas, kau cukup berbagi saja.” Maya menyentuh pipi mulus Nana.“Kembalikan rahim saya,” tekan Nana singkat menepis tangan Maya.“Na, kamu sayang Mama-kan. Bisa kamu mengabulkan permintaan Mama ini,” buju

  • Istri Muda Untuk Suamiku   Bab 145

    Tary dari tadi bolak balik dibrankar. Dia SEO diri diruang itu sang Tante sedang mencari makan.“Kita sudah bisa pulangkan, Tante. Aku bosan berada disini,” rutuk Tary saat Maya baru masuk ditangan menenteng kantong plastik. Berisi makanan dan buah yang dibelinya. Pada pedagang yang menjajakan jualannya sekitar rumah sakit.“Harusnya sebelum kau mengiris nadimu. Siapkan mentalmu untuk betah berada disini,” ketus Maya. “Ini makanlah, agar kau punya banyak tenaga untuk menghadapi perceraian orang tuamu.”“Mereka akan berpisah, Tante. Mereka sungguh tidak menganggap keberadaanku,” lirih Tary meraih mangkuk berisi bubur ayam yang sodorkan Maya.“Kamu harus buktikan pada ayah dan ibumu. Kamu bisa sukses tanpa campur tangan mereka,” ungkap Maya membangun semangat dari putri semata wayang kakaknya.“Aku harus membujuk Burhan untuk menyemangati Tary. Tak masalah jika harus memohon asal dia bersedia membantu,” batin Maya.Maya mengatakan pada Tary akan pulang sebentar. Dia harus segera bicara

  • Istri Muda Untuk Suamiku   Bab 144

    “Selamat pagi nenek,” sapa Bella mengendong bayinya melintasi dapur.Bayi mungil itu akan berjemur dibawah cahaya matahari pagi.“Eh, cucu nenek sudah wangi,” sahut Bi Siti mendekati Bella.“Yang lain belum bangun, Bi.” Tanya Bella.“Belum, hawa dingin enak buat tidur. Tapi Bibi gak bisa bangun ninggi hari.” Bi Siti mengambil alih baby Zizi.“Aku juga. Makanya kami sudah wangi, Nek.”“Biar Bibi yang jemur cucu sayang ini, Bundanya mamam dulu. Isi bensin yang banyak supaya mik Zizi banyak.” Bi Siti mengecup pipi gembul bayi mungil itu.Bi Siti berjalan kehalaman belakang. Tempat yang lantang terkena sinar matahari.Sedang Bella menikmatinya sarapannya. Yang hambar dilidahnya, seret ditelan.Pikiran tertuju pada Nana, wanita sebaik itu harus mengalami banyak cobaan. Semalam hanya beberapa jam saja dia dapat terlelap.Mandul, kata itu terus mengusiknya. Dia sangat prihatin, andai bisa. Ingin dia donorkan rahimnya untuk Nana.Kakak madunya itu telah memberikan banyak. Namun dia tidak mamp

  • Istri Muda Untuk Suamiku   Bab 143

    Nana harus bisa punya anak walau hanya satu orang. Anak itu adalah ahli waris sah atas harta peninggalan mendiang orang tua Kakak madunya ini.Bella sangat paham anaknya tidak ada hak untuk mendapatkan semua ini. Baby Zizi tidak ada hubungan darah dengan sang pemilik harta.“Selain itu dia pesan apa lagi?” tanya Burhan menengahi.“Gak ada hanya itu, dia mengatakan kalau bisa secepatnya. Mengingat umur Nana yang tidak muda lagi. Usia produktifnya tinggal sedikit lagi,” jelas Ferdi.“Menurutmu bagaimana, Dik. Abang rasa sebaiknya kita periksa saja. Kamu mau ya,” ujar Burhan penuh harap.“Aku akan pikirkan lagi, Aku sudah tidak berharap lagi. Toh, sekarang sudah ada Zizi. Dan itu sudah cukup,” timpal Nana berusaha meredam perasaannya.‘MANDUL'Rangkaian lima huruf sangat horor bagi mereka yang dapatkan predikatnya.Tidak terkecuali Nana, nyalinya seketika menciut. Kehadiran anak bagi orang yang telah berumah tangga.Hal yang paling penting, saat bertemu dengan siapa pun yang pertama dita

  • Istri Muda Untuk Suamiku   Bab 142

    Maya mulai mengukur dan menghitung. Banyaknya derita hidup yang harus ditanggung Nana. Karna dendam yang tak pernah mendatangkan kepuasan.Maya masih ingin lagi dan lagi menikmati kesengsaraan Nana. Untung untuknya nyatanya juga tidak ada.“Ta-tante.” suara Tary terdengar lemah membuyarkan lamunan Maya.“Kamu sudah sadar,” tanya Maya mengulas senyum.“Aku dimana? Mengapa Tante ada disini. Apa Aku sudah mati.” Tary memindai ruangan ini.“Kamu dirumah sakit. Tadi Tante mendapatkan kamu tergelak dilantai.”“Harusnya Tante biarkan saja Aku mati.” Sudut matanya mengalir cairan bening.“Kalau kau ingin mati jangan dirumahku. Aku tidak ingin disalahkan orang tuamu atas kematianmu,” cecar Maya.“Tidak akan. Mereka saja lupa punya anak. Orang tuaku tidak pernah peduli, Tante,” lirih Tary.“Mereka bukan lupa, hanya sibuk-““Sibuk dengan selingkuhannya masing-masingkan, Tante,” sanggah Tary menghentikan ucapan Maya.“Tary, jangan lakukan hal bodoh. Jangan lukai dirimu sendiri lagi. Tante mohon,”

  • Istri Muda Untuk Suamiku   Bab 141

    “Dia diruang kerja. Mau guyur-guyur, nunggu cover boy selesai lama,” sindir Bella menyusui baby Zizi menghadap tembok.“Nak, Mami dan Bundamu jahat. Membiarkan Papi terjebak dengan manusia planet itu,” ucap Burhan yang ingin menyentuh pipi gembul putrinya. Tapi langsung ditepis Nana.“Jangan sentuh anak kita selama masih ada bekas gadis itu. Sana mandi dulu,” sembur Nana.“Iya, sana mandi dulu,” sambung Bella.“Nanti saja, Abang mau tahu ada angin apa gadis itu berani kesini.” Burhan mendaratkan tubuhnya dikarpet. Tulang punggungnya terasa pegal, terlalu lama berdiri.Bella menceritakan semuanya tapi dia tidak serta-merta mengatakan kekesalannya.“Tapi perlu Abang tahu Bundanya Zizi marah sekali, Bang. Dia tidak mau suaminya diambil orang,” ledek Nana.“Siapa yang tidak emosi. Dia dengan yakin mengatakan akan menjadi yang ketiga. Enak saja, gak sudi,” sembur Bella.“Lalu Kakak Nana tercinta apa yang dia lakukan. Oo, Abang tahu, pasti dia diam sambil menahan senyum,” sindir Burhan.“Ko

  • Istri Muda Untuk Suamiku   Bab 140

    Botol bekas minumnya dibuangnya asal kelantai. Dia sengaja memancing amarah Nana. Sebatas mana kesabaran wanita yang sangat disanjung Burhan itu.“Lihat tampilanmu yang begitu, lalat saja akan berpikir untuk hinggap.” Bella semakin geram.Bella ingin tahu berasal dari planet mana gadis ini. Tidak ada malu-malunya padahal dia sudah menghinanya.Ini kali pertama seorang Bella yang santun dan lemah lembut bicara kasar. Orang tuanya tak bosan mengingatkannya untuk menjaga nada bicara saat marah sekalipun.“Dalam kamar juga kau melepaskan semua itukan. Kalau tidak, mana bisa bayi itu lahir.” Tary menunjuk pakaian yang dikenakan Bella dan melirik pada baby Zizi berada dalam gendongan Nana.“Kau, cepat pergi dari sini. Atau Aku akan memanggil security menyeretmu keluar,” usir Bella.“Apa hakmu mengusirku, sedang yang punya rumah ini saja tidak terganggu dengan kehadiranku. Dimana-mana memang pelakor itu selalu ingin menguasai,” papar Tary.“Aku nyonya dirumah ini. Dan Aku tidak suka kau mene

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status