Share

Part 3 : diselamatkan

"Lepaskan dia!" suara baritonnya terdengar manly dalam setiap tekanan kata yang diucapkan.

King menatap pria tua di depannya tajam dan penuh intimidasi. Ekspresinya datar, namun urat urat di sekitar lehernya tampak menyembul keluar.

"Kalau aku tidak mau? Dia mempunyai hutang yang sangat banyak. Jadi dia akan ku jadikan isteri paling muda dari isteri isteriku." Dia berjalan memutari tubuh Laura.

Pisau di tangannya berkilat kilat, menyentuh kulit pipinya menghantarkan sensasi dingin. Laura menatap takut pisau yang sewaktu waktu dapat melubangi kulitnya. Memancarkan darah segar. Membayangkan saja membuat jantung Laura bergemuruh hebat dan kedua kakinya bergetar.

"Berapa uang yang kau minta?"

"Apa?"

"Katakan! berapa hutang perempuan itu aku akan membayarnya."

Meskipun duduk diatas kursi tidak mengurangi kewibawaan pria itu. Rambutnya dibelah tengah memamerkan jidat paripurnanya. Kemeja tangannya digulung sampai lengan memperlihatkan jam tangan mewahnya. Sementara itu dua kancing kemejanya dibiarkan terbuka. Sementara itu dada bidang nan kekar mengintip dari sana.

Tiba tiba semburat merah menghiasi pipi Laura. Di balik kaos putih itu pasti ada delapan kotak kotak roti sobek. Pasalnya, saat ia membasuh badannya di hari sebelumnya, ia melihat tubuh pria itu kekar dan gagah, dan bayangan itu kembali menghantuinya. Tiba tiba Laura memukul kepalanya. Sadarlah! Apa yang kau pikirkan Laura?

Preman itu tersenyum miring. Dia melihat King dari atas sampai ke bawah. Pakaiannya bermerk.

"Kau yakin akan membayarnya?" dia menatap pria didepannya tak percaya. Bukan meremehkan hanya saja ia tidak yakin pria kaya di depannya ini akan menyelamatkan gadis udik sekelas Laura.

"Apa kau tuli?" sarkasnya. Matanya berkilat kilat tajam. Rupanya king salah mengartikan ucapan itu di telinganya terdengar seperti direndahkan.

Sang rentenir mengangguk nganggukkan kepalanya sambil tersenyum culas.

"200 juta. Hutang perempuan itu 200 juta dan kau harus membayarnya sekarang. Kalau tidak! Dia akan ku jadikan istri kelima ku," ungkapnya tidak ingin menyia nyiakan kesempatan. Seandainya ia tidak mendapatkan gadis itu ia bisa mendapatkan uang yang lebih besar dari seharusnya.

Sementara itu, Laura membulatkan matanya. Bagaimana bisa hutangnya berkembang biak dalam sekejap. Lantas pandangannya beralih pada king yang duduk di kursi roda. Laura menggelengkan kepala.

"Tidak! dia bohong! Jangan percaya dia." Sejurus kemudian tatapan Laura terpusat pada si rentenir. "Katakan yang sebenarnya! Kemarin kau bilang hutangku hanya Lima puluh juta."

"Hahaha anggap saja itu harga untuk tubuhmu yang ku jual padanya, cantik."

"Brengsek! Kau gila!"

"Berhenti menendang nendang jalang! Atau pisau ini akan menghunus tepat di jantungmu!"

"Ernino, berikan uang itu padanya!!"

Sang asisten yang sejak tadi mendorong kursi rodanya pun mengangguk. Tangannya mengeluarkan cek dan bolpoin, memberikannya pada King. King menulis di kertas itu. Tak lama kepalanya menengadah sambil memamerkan senyum sinisnya.

"Lihat 200 jt. Aku akan memberikannya. Tapi kau harus lepaskan dulu gadis itu."

"Tidak! kita akan melakukannya bersamaan. Kau menyerahkan cek nya dan anak buahku melepaskan gadis itu."

"Oke! deal." King tersenyum miring.

Dia menyerahkan cek itu ke Ernino. Setelah itu Ernino menghampiri si rentenir. Dia menyerahkan ceknya hati hati sambil mengawasi pergerakan Laura. Jangan sampai lintah darat ini menipunya.

Begitu terlepas. Buru buru Laura berlari menjauh dari mereka, berdiri di dekat King karena hanya itu tempat teraman saat ini.

Setelah dirasa Laura aman, Ernino tersenyum miring. Lalu bugh! Dia menendang si rentenir Sampai tersungkur. Naas, kepalanya mengenai serpihan genteng tajam. Ernino berjongkok, merebut check dari si rentenir lalu meniup niup cek nya seolah olah debu berterbangan disana.

"Jangan harap kau akan mendapatkannya semudah itu pak tua. Ayo berdiri!" dia menggerak gerakan jari tangannya mengajak bertarung.

Sementara itu anak buah si rentenir berjalan beringas melindungi tuannya. Menghajar Ernino. Namun sebelum itu anak buah king lebih dulu menghajarnya. Dari satu anak buah menjadi dua, tiga sampai semuanya turun. Kemudian dihadang oleh bodyguard king yang tak kalah hebatnya.

Sementara itu King duduk tenang sambil tersenyum miring mengamatinya dari atas kursi roda.

Beberapa menit kemudian para preman itu telah terkapar di atas reruntuhan bangunan. Ernino melakukan pukulan terakhirnya begitu keras sampai kepala rentenir itu berpaling, memuncratkan darah segar, dan terkapar jatuh di depan kursi roda King. Dengan murka

King menjatuhkan sejumlah uang yang 50 jt tepat didepan wajah sang rentenir yang telah berlumuran darah.

"Cepat pergi! sebelum aku sendiri yang turun tangan dan membunuh kalian semua." Ancaman King tidak main-main.

Anak buah sang rentenir lari terseok seok menghampiri bosnya. Begitu sampai sebagian membantunya berdiri dan sebagiannya lagi mengumpulkan uang uang itu, memasukkannya kembali ke dalam tas. Kemudian mereka lari tunggang langgang.

Setelah para rentenir itu pergi membawa uang yang seharusnya. Laura menawarkan diri mendorong kursi roda pria itu. Ernino mengangguk, membiarkan Laura mengambil kursi roda. Beberapa langkah didepan mobil sebelum masuk, King menyuruh Laura mendekat. Laura dengan senang hati melangkah, jongkok di samping kursi roda king. Ia hendak mengucapkan terimakasih. Fakta bahwa calon suaminya menolongnya membawa kebahagiaan tersendiri untuk seorang Laura.

Namun senyum manisnya pudar manakala ia melihat King menatapnya dengan jijik. Lantas berbisik tepat ditelinga. "Bagaimanapun kau tetaplah wanita murahan yang hanya membutuhkan uangku."

Dia menyeringai. Laura menelan salivanya. Kata kata yang tadi hendak diucapkan tertahan di tenggorokan. King benar namun jantungnya bagai terasa dipukul palu godam. Laura termenung beberapa saat sampai suara bariton King kembali terdengar.

"Cepatlah masuk ke dalam mobil!," titahnya.

Perempuan itu berjalan memutari mobil kemudian duduk di kursi belakang. King duduk dibantu samping Laura dibantu Ernino. Sedangkan Ernino menaiki mobil yang berbeda. mengawal dibelakang mereka. Mobil mewah King mempunyai sekat antara kursi belakang dan kursi depan. Tujuannya untuk menghargai privasi tuannya dari sang sopir.

"Apapun yang terjadi padamu saat ini, kau bukanlah siapa-siapa," peringat Ernino tajam sedangkan pandangannya lurus ke depan.

"Satu lagi jangan pernah menganggap dirimu spesial hanya karena dirimu adalah calon isteriku." Andai saja ini bukan terpaksa King tidak mau menjemput perempuan ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status