Home / Rumah Tangga / Istri Penebus Hutang CEO Dingin / Bab 4. Hari-hari Menjadi Istri

Share

Bab 4. Hari-hari Menjadi Istri

last update Last Updated: 2025-02-12 13:35:15

"Apa yang sebenarnya yang kamu janjikan kepada kakekku, sehingga kakekku memaksaku untuk menikahi kamu?" 

Airy terkejut dengan pertanyaan yang keluar dari mulut suaminya. Jujur, ia merasa terhina karena Ferdinand menganggapnya serendah itu. Bukan hanya pria itu yang merasa tertekan dengan pernikahan paksa ini. Tapi Airy juga.

Airy menatap netra Ferdinand dengan gugup, namun ia mencoba bersikap tenang. Mengabaikan rasa sakitnya, ia berdehem sejenak sebelum menjawab. 

"Tidak ada."

Ferdinand tersenyum menyeringai. Airy sedikit takut melihat seringai yang ditunjukkan oleh Ferdinand. Ia tahu bahwa, pria itu tidak akan mungkin percaya dengan apa yang ia ucapkan. 

Peristiwa sebelum terjadinya akad nikah, Airy mendengar dan melihat sikap Ferdinand saat akan menikah dengan wanita asing, yaitu dirinya. Ferdinand dengan lantang mengatakan kepada sang kakek, tidak ingin menikah dengan wanita manapun. Tidak ingin menikah sampai kapanpun. Airy penasaran, apa yang membuat pria itu membenci sebuah ikatan pernikahan?

Acara pernikahan berjalan dengan lancar. Tidak ada hambatan dan halangan apapun. Halangannya, hanyalah drama yang terjadi sebelum acara pernikahan dimulai.

"Sudah selesai kan?" tanya Ferdinand ketika mengetahui sesi acara telah selesai, "aku mau pulang. Mau istirahat."

Ferdinand turun dari pelaminan sendiri tanpa menghiraukan istrinya. Ia ingin segera pulang, dan melupakan penat yang menyelubungi kepalanya. Hari ini, adalah hari terburuk bagi Ferdinand. Ferdinand bahkan tidak ingin berpamitan kepada kakeknya.

Airy yang melihat sang suami akan pergi, segera memanggilnya. "Mas!" cegah Airy, "Tunggu!"

Ferdinand yang telah berada di ambang pintu keluar berbalik menatap istrinya. Pria itu menghela napas dan menatap tajam Airy. 

"Aku tidak neminta kamu untuk datang ke rumahku." Ferdinand kemudian berlalu pergi.

"Airy!" seru Gunawan, "kamu tentunya tahu di mana kamu harus pulang."

Airy mengangguk. Tentu saja ia tahu bahwa seorang istri harus pulang ke rumah suaminya. Sebab setelah menikah, ia sepenuhnya tanggung jawab sang suami.

"Iya, Pak," jawab Airy.

"Jangan panggil 'Pak' lagi. Kamu cucu menantuku sekarang," sahut Gunawan. 

"Iya ... Ka-kakek." Airy sedikit kaku memanggil pria itu sekarang. Airy diminta untuk memanggil dengan panggilan yang berbeda dari sebelumnya.

Airy mengangkat ujung gaunnya untuk memudahkan ia berjalan. Ia mendekati Gunawan, dan bermaksud pamit kepada pria paruh baya yang telah menjadi keluarganya itu. Setelah Airy berpamitan, Airy dengan cepat berlari keluar menuju tempat parkir mobil. Ia tak ingin tertinggal dengan sang suami.

"Mas!" panggil Airy ketika melihat mobil Ferdinand mulai berjalan.

Ferdinand menghentikan mobilnya dan mendengus kesal. "Ayo cepat!" teriaknya.

Tanpa berlama-lama, Airy masuk ke dalam mobil bersama Ferdinand. Ferdinand membawa sang istri untuk pulang ke rumahnya. Dalam waktu tempuh kurang lebih tiga puluh menit, Ferdinand sampai di tempat kediamannya. Ferdinand keluar dari mobil tanpa membantu sang istri untuk keluar dari mobil.

Airy menghela napas melihat sikap dingin suaminya. Baik Airy, maupun Ferdinand, sebenarnya sama-sama terpaksa harus menjalani pernikahan yang telah terjadi. Airy mengekor di belakang Ferdinand masuk ke rumah yang bagaimana istana itu. Ketika melihat sang suami masuk ke dalam kamar, Airy menghentikannya.

"Mas! Kamarku dimana?" 

Ferdinand menghela napas, dan berbalik. "Kamu tidur sekamar dengan saya. Tapi, saya tidak mau tidur satu ranjang denganmu."

Ferdinand menutup pintu kamar dengan keras hingga membuat Airy berjingkat kaget. Airy menghela napas. Ia harus sabar menghadapi sikap dan temperamen Ferdinand yang belum ia pahami. 

Pagi harinya, ketika Airy baru saja selesai mandi dan memasak, Ferdinand telah bangun, berada di kamar mandi membersihkan diri dan bersiap untuk berangkat bekerja. Airy memasuki kamar yang ia tempati bersama sang suami. Airy memperhatikan kondisi ranjang yang ditiduri oleh Ferdinand dalam keadaan berantakan.

Setelah selesai merapikan tempat tidur, Airy menyiapkan baju kerja untuk sang suami. Ferdinand setelah selesai dengan aktivitas mandinya, dan memperhatikan Airy yang menyiapkan kebutuhannya. Ferdinand menatap tak suka pada Airy yang menyiapkan pakaian miliknya.

"Mas! Sudah aku siapkan baju untuk kerjanya," kata Airy kepada Ferdinand yang baru saja selesai mandi.

"Siapa yang memintamu untuk melakukan ini?" tanya Ferdinand dengan tatapan mata yang tajam menusuk.

Airy menggeleng. "Tidak ada. Bukannya ini kewajibanku sebagai istri?"

"Kewajibanmu sebagai istri?" Ferdinand tersenyum sinis. "Kamu tidak perlu melakukan ini." 

"Satu lagi jangan lancang mengambil dan menyentuh barang-barang milikku," tambah Ferdinand.

Perkataan dari Ferdinand sedikit menyinggung Airy. Tapi Airy mencoba bersikap biasa saja. Menurutnya, karena Ferdinand belum terbiasa diperlakukan olehnya seperti itu.

Ketika Ferdinand akan berganti pakaian, Airy memilih untuk melangkah ke dapur menyiapkan sarapan sebelum Ferdinand berangkat bekerja. Ferdinand melangkah menuruni tangga, bertepatan dengan Airy yang telah selesai menyiapkan sarapan. Ferdinand melirik Airy sekilas, kemudian berlalu tanpa menghiraukan istrinya.

"Mas! Aku siapkan sarapan!" kata Airy.

Airy lalu melangkah cepat menghampiri Ferdinand. "Sebelum berangkat kerja, baiknya Mas sarapan dulu," peringat Airy. 

"Aku tidak berselera," sahut Ferdinand dingin.

"Tapi, Mas ---"

"Kamu sarapan saja sendiri," potong Ferdinand.

"Bu!" panggil Ina, ART dirumah Ferdinand.

Airy membalikkan badannya menoleh kepada Ina. "Mbak Ina!" gumam Airy.

"Maaf saya lupa memberitahu ibu. Bapak memang jarang makan di rumah," beritahunya, "saya pikir, dengan beliau telah memiliki istri, beliau mau makan di rumah."

Airy tersenyum. "Tidak apa-apa. Kalau dia tidak mau sarapan di rumah, biar nanti untuk makan siang, saya bawakan untuknya."

Airy melangkah kembali ke meja makan dan duduk di sana. Tadinya ia berpikir akan sarapan bersama dengan Ferdinand. Namun karena Ferdinand tidak mau sarapan, akhirnya ia melakukan sarapan sendirian.

"Ayo sarapan bareng saya, Mbak Ina!" ajak Airy 

"Tidak usah, Bu. Saya sarapan nanti saja setelah ibu," tolak Ina dengan sopan. 

"Mbak Ina nggak usah sungkan. Saya minta ditemani. Karena status anda di rumah ini anda merasa rendah diri. Derajat kita sama dimata Tuhan," kata Airy tersenyum tulus.

"Tapi, Bu ---" 

"Please, Mbak!" mohon Airy.

Tak tega melihat majikannya menatapnya dengan tatapan memohon, akhirnya terpaksa Ina menuruti permintaan Airy walau hatinya berat. "Baik, Bu."

***

Saat siang hari tiba, Airy memutuskan untuk pergi ke kantor Ferdinand, sambil membawakan makan siang untuk suaminya. Sebelum berangkat, Airy terlebih dahulu menelpon Dicky, asisten Ferdinand. Airy menanyakan tentang keberadaan Ferdinand. Dicky menjawab bahwa Ferdinand tidak sedang pergi ke mana-mana selain menyelesaikan banyak pekerjaan di kantor.

"Selamat siang. Ruangannya Pak Ferdinand, sebelah mana ya, Mbak?" tanya Airy kepada resepsionis.

"Oh lewat sini, Bu. Di lantai 3," jawabnya dengan ramah.

"Baik. Terima kasih." Airy tersenyum mengangguk, dan kemudian berlalu menuju ruang kerja suaminya.

Airy memasuki lift untuk menuju ke lantai 3. Setelah menunggu beberapa menit, Airy keluar ketika pintu lift terbuka. Dan Airy berhenti tepat di depan ruangan bertuliskan 'Ruangan CEO'. Airy tersenyum sejenak, dan kemudian mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum ia masuk.

"Mas Ferdinand! Aku ---" ucapan Airy terhenti kala membuka pintu, dan melihat pemandangan yang ada di matanya.

Seorang wanita, tengah berdiri di belakang Ferdinand, dengan salah satu lengannya diletakkan ke bahu Ferdinand. Ferdinand yang sedang asyik berkutat dengan laptopnya, tidak menolak tangan wanita itu berada di pundaknya. Dan wanita itu tersenyum ceria mengajak Ferdinand yang sedang bekerja sambil berbicara.

"Siapa dia, Mas?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 48. Ziarah

    "Mama ... Papa ... aku datang berkunjung kembali."Airy membawa dua buket bunga mawar merah, dan ia letakkan di atas dua pusara. Makam itu adalah makam kedua orang tua Ferdinand. Jika ada waktu senggang, Airy selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke makam kedua mertuanya. Airy memanjatkan doa, dan setelah selesai ia menghela napas. Ia berulang kali mengatakan kepada kedua mertuanya ketika berkunjung selalu berjanji bahwa akan membuat putra mereka bahagia. Selalu berjanji bahwa akan selalu berada di sisi Ferdinand dan membuat Ferdinand percaya akan cinta. Namun, Airy tidak bisa berjuang sampai akhir."Maaf kali ini aku datang dalam kondisi yang berbeda. Sebentar lagi, aku akan melepaskan statusku sebagai istri putra kalian," gumam Airy. Airy menundukkan wajahnya. Ia mencoba berbicara kepada kedua mertuanya. Berharap akan mengerti apa yang ia lakukan dengan pernikahannya. "Aku meminta maaf karena tidak memenuhi janjiku kepada kalian untuk berada di sisi putra kalian.""Jika seand

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 47. Periksa Kandungan

    Ferdinand baru saja turun dari mobil Role-Royce miliknya di depan basement rumah sakit. Ketika ia baru menurunkan tungkai, seorang wanita menggunakan dress merah marun mendekatinya dengan raut wajah kesal. Wanita itu mengomel karena lelah menunggu kedatangan Ferdinand. "Aku tunggu dari tadi tidak kunjung datang. Aku sampai tidak enak sama dokternya," keluhnya memberengut kesal.Ferdinand berdecih. "Nadine ... Nadine ... Kenapa kamu tidak periksa sendiri dan malah meminta aku menemanimu?"Nadine berulang kali menghubungi Ferdinand meminta pria itu mengantarkannya periksa kandungan. Ferdinand berulang kali menolak. Namun Nadine tak henti-hentinya mengganggu pria itu. Akhirnya, mau tidak mau terpaksa Ferdinand menuruti keinginan sahabatnya tersebut.Hari ini memang janji mereka berdua untuk bertemu dan melakukan periksa kandungan bersama. Namun Ferdinand terlebih dahulu menemui istrinya sebelum ia menemani Nadine. Ferdinand yang enggan menemani Nadine periksa kandungan, sengaja mengulur

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    tanpa judul

    "ada perlu apa Mas menghubungiku dan minta ajak pertemuan? Airi duduk berhadapan dengan Ferdinand di ruang khusus bagian belakang atrium. Pria itu semalam menghubungi istrinya dan mengajak bertemu untuk mendesaksikan suatu hal penting. Airy tidak keberatan Dan menyetujui pertemuan tersebut."Tiga hari lagi sidang mediasi kita. Benar bukan? "Iya tentu aku tidak lupa. "Apakah kamu sudah yakin untuk berpisah dariku? Airi tidak mengerti dengan sikap Ferdinand yang menanyakan hal tersebut kepadanya. Jika ia tidak yakin untuk apa mengajukan gugatan cerai. Akhirnya makan sudah memikirkan hal tersebut secara matang."Memangnya apa lagi yang perlu dipertahankan? Ini keinginan Mas harian juga kan?"Memang ini keinginanku. "Lalu apa yang ingin dibahas? "Aku tidak tahu apa maksud kakek. Beliau mendukungmu melakukan mengajukan gugatan cerai padaku. Tapi beliau mengajakku untuk mempertahankan mu. Tetapi melihat kegigihanmu untuk mundur.Tidak mundur aku sangat senang.Airy tersenyum tipis. Ada

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    tanpa judul

    "jadi dia ini berhubungan dengan seorang pria? Ferdinand menggenggam Keraton selnya setelah menggenggam setelah melihat sebuah foto air yang telah menikmati makan malam bersama Yudha. Entah siapa foto itu didapatkan. Karlina tentu saja marah-marah. "Berani ya kamu? Padahal kamu masih istriku dan kita belum resmi bercerai. Pintu kamar Ferdinand diketuk dari luar. Pria itu mengalah nafas dan kemudian melangkah untuk membuka pintu. Di sini mengangguk hormat kepada Ferdinan."Tuan! "Ada apa? "Pak Dicky sudah menunggu di depan. "Saya akan turun kembalilah bekerja. Bisulmi kemudian mengganggu kehormatan pamit undur diri dari hadapan Ferdinand. Kalian menutup pintunya dan melangkah untuk menurun di tangga. Tepati pijakan anak tangga terakhir Dicky yang duduk di ruang tamu bangkit dan menyapa Ferdinand."Pak Ferdinan memanggil saya? "Selidiki pria yang ada di foto ini."Baik Pak. "Ada perkembangan? "Saya sudah membereskan kacamata. Hanya tinggal seseorang yang melakukan penanganan d

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 44. Pria Pujaan Hati

    "Sepertinya ... ada seseorang yang sudah mendapatkan tambatan hati baru. Padahal dia belum juga resmi bercerai dari suaminya.""Kakak?!" Airy terkejut melihat kehadiran Wina--- Kakak tirinya. Entah apa maksudnya wanita itu datang kesini. Jika tidak ingin mencari masalah dan memakinya, sudah pasti wanita itu ingin menekannya melakukan sesuatu hal.Wina tersenyum miring menatap adiknya tersebut. Ia melihat ke arah jalan yang sudah sepi. Terutama jalan yang ditempati oleh mobil milik Yudha beberapa saat lalu. Dan Wina, melangkah perlahan mendekati Airy. "Siapa itu? Selingkuhan kamu?" tanya Wina menatap sinis Airy.Airy memejamkan matanya erat. Kakaknya itu tidak tahu apa-apa. Tapi main asal menuduh saja. Harusnya Wina cukup menanyakan siapa pria itu. Tidak perlu sampai menuduh sesuatu hal yang tidak benar. "Jadi alasanmu ingin bercerai dari Ferdinand, karena pria itu?" tanya Wina lagi.Airy terkejut dengan asumsi yang dialami oleh Wina. Padahal, alasannya bukan itu. Tapi ia tak mung

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 43. Dinner

    "Terima kasih atas ajakan makan malamnya," ucap Airy pada Yudha.Yudha mengangguk seraya tersenyum. "Sama-sama. Saya merasa beruntung. ajakan makan malam saya diterima oleh Anda. Airy memutuskan untuk menerima ajakan makan malam dari Yudha. Setelah pria itu menawarkannya di saat melakukan pemesanan papan bunga, Airy hanya menjawab akan memikirkannya. Setelah Airy mengirimkan papan bunga pesanan polisi muda itu, ia menelpon Yudha bahwa bersedia untuk makan malam bersama. Yudha pun sudah menyisihkan waktu setelah selesai melakukan tugas piketnya dan mengajak wanita yang sebentar lagi akan bercerai itu makan malam di sebuah restoran.Restoran yang didatangi oleh Airy dan Yudha, bernuansa retro. Airy tersenyum tipis memandang lampu gantung antik dan kursi kayu dengan ukiran khas, serta setiap sudut ruangan dilengkapi dengan ornamen indah. Ia merasa nyaman berada di sana. Yudha menatap wajah cantik Airy yang tersenyum memindai ruangan dalam restoran tersebut. Ada sebuah tatapan kagum yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status