Share

Bab 5. Sahabat Ferdinand

last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-12 13:35:24

"Siapa dia, Mas?" tanya Airy dengan tatapan menelisik.

"Dia ---" Ferdinand ingin menjawab, namun wanita itu melemparkan pertanyaan kepada Airy.

"Kamu siapa? Kamu membawakan makanan untuk Ferdinand?" tanya wanita itu dengan tatapan sinis.

Airy tersenyum. "Memang apa salahnya, kalau aku membawakan makan siang untuk suamiku?"

Wanita itu melebarkan matanya mendengar penuturan Airy. "Su-suami?!"

Ferdinand meraup kasar wajahnya. Setelahnya, terdengar hembusan napas kasar terdengar dari sela-sela bibirnya. Ia kemudian melirik secara bergantian ke arah Airy dan wanita yang berada satu ruangan dengannya. 

"Oh. Jadi kamu istrinya?" tanya wanita itu kemudian menampilkan sebuah senyuman.

Airy mengangguk. "Iya benar. Saya istrinya Mas Ferdinand."

Wanita itu kemudian menjauh dari Ferdinand, dan berjalan mendekati Airy. Ia mengulurkan tangannya kepada Airy. Airy pun menyambut uluran tangan wanita itu.

"Perkenalkan! Saya Nadine. Sahabat Ferdinand sedari kami masih anak-anak," terang Nadine.

Airy menaikkan kedua alisnya. "Oh. Jadi kamu sahabat suamiku?" 

"Benar, ehm ... Airy. Namamu Airy 'kan?"

"Iya." 

"Ternyata wajah yang alami tidak tertutup make up seperti ini. Cantik sekali," puji Nadine.

Airy mengerutkan kening. "Apa kamu datang waktu pernikahan kami?"

"Iya. Mungkin kamu lupa karena saking banyaknya tamu undangan yang hadir. Akhirnya kita bisa ketemu lagi," tutur Nadine.

Airy memperhatikan raut wajah Nadine secara seksama. Nadine menatap wajah dan penampilan Airy dengan memindai dari atas ke bawah. Tampaknya ada sebuah kecemburuan di hati Nadine.

Walaupun Nadine menunjukkan sikap ramah kepada Airy, namun Airy tahu bahwa apa yang ditunjukkan oleh Nadine hanya pura-pura. Karena Airy dapat melihat dengan jelas sorot mata iri yang terpancar dari Nadine. Entah apa yang membuat Nadine iri kepada Airy.

Airy berdehem sejenak. "Mohon maaf, bukan menyinggung. Kamu ada keperluan apa dengan suamiku?"

Nadine menggeleng. "Tidak ada. Aku hanya ingin mampir. Tidak apa-apa 'kan?"

"Tidak apa-apa." Airy tersenyum tipis.

"Kamu membawakan makan siang untuk suamimu?" Nadine memperhatikan tote bag yang ada di tangan Airy. "Kamu beli, atau pembantu yang memasak?"

"Aku masak sendiri," jawaban Airy.

"Masak sendiri?" Nadine menampilkan raut wajah tidak suka. 

"Airy! Keluarkan semua makanan itu di meja!" perintah Ferdinand.

Airy menoleh ke arah Ferdinand dan mengangguk. "Baik, Mas."

Airy kemudian mengeluarkan semua isi Tote bag yang ia bawa. Makan siang yang khusus untuk Ferdinand, Airy sajikan diatas meja kerja. Sedangkan Nadine yang berdiri di belakang Airy, melirik sinis kepada Airy.

"Aku hanya meminta untuk mengeluarkan semuanya. Setelah itu Aku ingin makan sendiri," ujar Ferdinand.

"Lalu?!" Airy menatap bingung wajah suaminya.

"Aku minta kalian berdua keluar dari ruanganku. Sebentar lagi setelah makan siang, dan aku akan melakukan pertemuan. Jadi, silakan kalian pergi!"

"Padahal istrimu baru saja datang. Kalau aku yang diusir sih, nggak apa-apa. Aku sudah dari dua jam yang lalu di sini. Ups!"

Airy melirik sekilas Nadine yang menutup mulut dengan tangannya berlagak keceplosan berbicara. Airy hanya tersenyum tawar mendengar ucapan Nadine. Entah hubungan antara Ferdinand dan Nadine hanya sekedar sahabat atau lebih, tapi Airy tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres di antara kedua manusia itu.

Ferdinand menatap tajam kepada Nadine. "Aku tidak ingin mengulangi lagi perkataanku tadi. Apa perlu kalian aku panggilkan security untuk mengusir?" 

"Baik, Mas," sahut Airy, "jangan marah. Aku akan pulang."

Nadine memutar bola matanya. "Ya sudah. Aku juga mau pulang. Aku pamit. Permisi."

"Ayo, Airy!" Nadine menggandeng lengan Airy dan keluar bersamaan.

 Airy tidak menolak atau protes lengannya digandeng oleh Nadine. Meskipun Airy tahu bahwa Nadine hanya berpura-pura bersikap baik kepadanya, tapi tetap ia biarkan. Airy ingin tahu sampai batas mana, Nadine mampu menunjukkan jati diri yang sebenarnya.

"Sudah berapa lama kamu berkenalan dengan Ferdinand?" tanya Nadine penasaran.

"Belum terlalu lama," jawab Airy.

"Kok aku nggak tahu, kalau Ferdinand kenal sama kamu?"

Airy tertawa dalam hati. Ia membatin, "memangnya semua orang yang dikenal oleh Ferdinand, kamu juga harus kenal? Siapa sih sebenarnya kamu?"

"Apakah memang biasanya kamu tahu? Kenal dengan siapa saja?" tanya Airy bersikap santai.

Sedari tadi mereka berjalan berdampingan, dengan lengan Airy dipegang oleh Nadine. Nadine melepaskan tangannya dari lengan Airy. Lalu wanita itu melipat tangan di dada.

 "Sejujurnya, siapa saja wanita yang ingin dekat dan menjadi istri Ferdinand, aku mengenal dan aku tahu. Tapi ini dengan kamu, apakah pernikahan kalian diatur oleh kakeknya Ferdinand?"

Airy berdehem. "Maaf. Tapi itu urusan pribadi kami."

"Menikah dengan Ferdinand, adalah suatu keberuntungan bagi siapapun wanita yang menjadi istrinya. Termasuk juga kamu," celetuk Nadine.

Airy mengerutkan keningnya. Beruntung dalam hal apa yang dimaksud oleh Nadine, Airy perlu menanyakan. "Maksudnya beruntung?" 

"Kamu tahu kan, kalau Ferdinand itu kaya raya?" 

Airy menatap sorot mata Nadine. Tatapan Nadine kepada Airy, seolah ingin meremehkan. Airy mengangguk dan tersenyum miris karena Nadine menganggap dirinya matre. 

"Iya aku tahu. Tapi maksud dan tujuan kami menikah bukan karena aku wanita materialistis seperti kebanyakan wanita yang mungkin selalu dekat dengan Ferdinand," sahut Airy.

"Aku bukan bermaksud untuk menuduh kamu menikah Ferdinand karena uang," kilah Nadine.

"Ya ... syukur kalau kamu tidak menuduhku seperti itu." Airy mencoba bersikap tenang dihadapan Nadine.

"Setidaknya ada yang perlu kamu mengerti mengenai Ferdinand. Mungkin kamu akan bahagia bersama Ferdinand. Tapi aku rasa, kamu keberatan dengan satu hal yang diprinsipkan oleh pria itu. Yaitu child free," ujar Nadine.

Airy termangu. "Ferdinand tidak mau punya anak?"

"Loh memangnya kamu nggak tahu? Apa kalian sebelum menikah tidak membahas soal itu? Ferdinand nggak bilang kalau nggak mau punya anak?"

***

"Mas sudah pulang?" Airy menyambut kepulangan Ferdinand dengan penuh kehangatan. 

Ferdinand terlihat letih ketika pulang ke rumah. Ia melonggarkan dasi di lehernya yang terasa mencekik. Dengan hati enggan, ia menyambut uluran tangan Airy yang ingin mencium tangannya. 

"Ada yang ingin aku bicarakan," kata Ferdinand.

"Mau bicara soal apa, Mas?" tanya Airy.

"Ayo ikut aku!" ajak Ferdinand.

Ferdinand berlalu dari hadapan Airy, dan menuju ke ruang kerjanya. Disusul oleh Airy yang mengekor di belakang. Airy penasaran dengan apa yang ingin disampaikan oleh Ferdinand.

Sementara itu, Ferdinand menarik laci meja kerjanya, dan mengambil sebuah amplop coklat dari sana. Ferdinand membuka amplop itu, dan mengambil dokumen yang berada di dalamnya. 

"Baca ini!" perintahnya menyerahkan dokumen itu kepada Airy.

Tanpa bertanya, Airy menerima kertas yang di sodorkan oleh Ferdinand. Barisan tinta hitam yang tercetak di sana, Airy baca dengan teliti. Dada Airy bergemuruh setelah mengetahui isi dokumen yang harus ia tandatangani.

"Apa ini, Mas?" Airy menatap tajam kepada Ferdinand. "Aku harus memberikanmu anak, dan kita bercerai?"

"Karena aku tidak ingin hidup berumah tangga. Jika bukan karena paksaan dari kakekku, aku juga tidak mau menikahi kamu," tukas Ferdinand dengan santai.

"Apa Mas tidak bisa menerima takdir dengan lapang hati saja?"

Ferdinand berdecih. "Itu maunya kamu. Sedangkan aku, tidak." 

"Mas!" Airy menunduk lesu. "Jika seandainya Mas ingin tahu, aku juga terpaksa menikah denganmu."

"Benarkah? Kamu terpaksa?" Ferdinand tersenyum miring. 

"Kalau memang benar kamu terpaksa, bisa kamu jelaskan apa yang menyebabkan kamu mau menikah denganku?" tanya Ferdinand menatap tajam Airy.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 22. Fakta Airy Dan Wina

    "Jadi ... maksudmu istriku selingkuh?" tanya Ferdinand dengan tatapan yang tajam."Benar. Kamu selidiki saja." Wina tersenyum miring.Kali ini Wina tidak memandang Ferdinand sebagai atasan. Ia berbicara secara bagaimana berhadapan antara kakak dan adik ipar. Wina berusaha untuk meracuni otak adik iparnya agar membenci adik tirinya. Sudah sedari lama Wina berniat untuk menghancurkan hidup Airy. Terutama rumah tangga adik tirinya itu.Tak peduli bagaimana mereka hidup dan tumbuh besar secara bersamaan. Bagi Wina, Airy memang tidak pantas untuk hidup bahagia.Pada dasarnya yang memang tak menyukai ketika ayahnya membawa seorang bayi yang bernama Airy. Rasa dendamnya semakin menguat setelah ia mengetahui ayahnya menikahi ibu kandung Airy. Wina merasa cemburu karena sang ayah begitu menyayangi Airy. Meskipun Ratih memperlakukan mereka berdua dengan berbeda dan Ratih lebih menyayangi Wina, ia tak bisa menerima kenyataan."Kamu tidak berusaha untuk menjatuhkan adikmu sendiri, bukan?" Ferdi

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 21. Berita Beredar

    "Siapa yang membayar wartawan untuk mengunggah berita itu?" tanya Ferdinand pada Airy.Airy mengerutkan keningnya. "Kenapa kamu tanya aku? Yang bertemu selalu bertemu dengan itu kan kamu. Aku tidak punya koneksi dengan jurnalis."Pagi ini, layar televisi dan media sosial dihebohkan dengan beredarnya berita tentang hubungan antara Ferdinand dan Nadine. Di artikel yang tertulis, tertera bahwa Ferdinand dan Nadine adalah sahabat yang saling mencintai. Namun di tentang oleh Gunawan karena pekerjaannya sebagai DJ."Kalau kamu tidak meminta wartawan untuk mengungkap berita itu, lalu ini apa?" Ferdinand menyodorkan ponsel miliknya.Airy mengerutkan kening melihat foto yang ditunjukkan oleh suaminya. Di dalam sana, terdapat foto yang menggambarkan ia dekat dengan seorang reporter di lobby hotel saat ia akan pulang diantar oleh Dicky. Airi ingat bahwa ia meminta tolong kepada Dicky untuk mengambilkan air minum. Dan kebetulan reporter wanita itu menanyakan kepadanya mencari keberadaan temannya

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 20. Apakah Dia Psikopat?

    ["Kenapa kamu tidak melarangnya, Airy?"] tanya Gunawan dengan nada marah.Airy memejamkan matanya. "Kenapa aku tidak melarangnya? Apakah aku dianggap, jika aku melarangnya? Kakek sebagai pengganti orang tuanya saja, tidak dianggap ketika berbicara apapun."["Tapi kamu tidak berpikir, bahwa esok hari pasti media akan memberitakan bahwa Ferdinand dan Nadine, memiliki hubungan?"]Airy menghela napas dengan dalam. Ia lupa bahwa ada beberapa media dan wartawan yang meliput di pesta walikota tersebut. Bahkan, ada salah seorang reporter yang membawa kamera berada di sekitar tempat parkir saat Ferdinand dan Airy berdebat. Esok hari, pasti berita itu sudah tersebar ke media sosial dan televisi."Iya maaf. Aku salah," ujar Airy mengalah.["Aku sudah mengatakan padamu, untuk berusaha memisahkan antara Ferdinand dan Nadine. Aku tidak mau cucu ku dipengaruhi negatif oleh wanita itu. Apakah kamu tidak mengerti dengan peringatan ku? Bahkan, setelah 4 bulan menikah saja kamu belum bisa meluluhkan hat

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 19. Apakah Dia Lebih Penting Dariku?

    Pesta pernikahan putri walikota berlangsung cukup meriah. Para tamu undangan cukup senang menikmati pesta yang diselenggarakan oleh walikota. Ferdinand dan Airy pun ikut unjuk gigi di lantai dansa.Nadine dan Wina yang menatap interaksi keduanya, menatap dengan sinis. Nadine terlihat seperti memiliki rencana licik untuk mengganggu Ferdinand dan Airy. Namun ia akan melakukan itu setelah selesai nanti. Ketika pesta hampir usai, dan waktu hampir larut, Airy mengajak suaminya untuk pulang. "Ayo, Mas!" Airy menggamit lengan Ferdinand. Ferdinand tidak menolak digandeng istrinya.Tiba-tiba, dari arah belakang, Nadine berlari dan mendekati Ferdinand, serta menggenggam erat tangan pria itu. Nadine memegangi perutnya dan merintih kesakitan."Ferdinand! perutku sakit," keluhnya.Airy mengerutkan keningnya melihat ekspresi Nadine. Sedangkan Ferdinand, melepaskan genggaman tangan istrinya. Ia berkata ..."Maaf, Airy! Aku harus mengantarkan Nadine ke rumah sakit," kata Ferdinand."Bisa diantarkan

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 18. Pesta Walikota

    Airy berjalan anggun keluar dari mobil, dengan dituntun oleh Ferdinand. Setelah tadi siang sang suami mengabarkan dirinya untuk bersiap-siap dan tidak pulang malam, Airy menepati janji. Airy pulang dengan cepat, dan berdandan dengan rapi.Airy menggamit lengan Ferdinand, dan berjalan masuk menuju aula pesta. Malam ini digelar sebuah pesta pernikahan putri walikota, yang juga merupakan kolega bisnis keluarga Arlyansyah."Pesta ini adalah kumpulan para pejabat dan pengusaha. Tolong jaga diri, dan jangan bersikap memalukan," ucap Ferdinand memperingatkan istrinya.Airy tersenyum. "Jangan khawatir. Aku tidak akan membuat suamiku, dan keluarga Arlyansyah malu."Setelah beberapa bulan menikah dengan Ferdinand, Airy banyak belajar mengenai tata cara dalam bersikap sebagai istri seorang pemimpin perusahaan. Dengan nama keluarga Arlyansyah yang kini ia sandang, Airy harus bersikap hati-hati dalam bersikap, maupun berbicara. Apalagi jika dia harus ikut menemani sang suami ke dalam sebuah pertem

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 17. Wina Tak Percaya Kata Sahabat

    Hari ini, Nadine datang kembali ke kantor Ferdinand seperti biasanya. Ia berpikir, sebelum waktunya makan siang tiba, ia harus datang terlebih dahulu menemui Ferdinand. Karena jika menunggu waktu makan siang tiba, pasti akan bertemu kembali dengan Airy dan wanita itu akan memandangnya negatif karena kerap menemui suaminya.Sebelum ia masuk ke ruangan Ferdinand, terlebih dahulu ia bertanya kepada Dicky yang kebetulan keluar dari lift. Nadine mengkonfirmasi apakah Ferdinand ada di dalam ruangannya. Keberuntungan berpihak padanya. Nadine dapat menemui Ferdinand dengan bebas. Namun sebelum itu, ia terpaku dengan sosok wanita yang begitu asing."Kamu siapa? Karyawan baru?" tanya Nadine menyapa.Wanita yang disapa, tersenyum dan menjawab, "Perkenalkan! Saya Wina Natalia. Sekretaris baru Pak Ferdinand.""Saya Nadine. Ferdinand ada di dalam, 'kan?"Wina mengangguk. "Beliau ada di dalam.""Tolong laporkan kepadanya bahwa saya ingin bertemu," pinta Nadine."Baik." Wina berjalan menuju ruanga

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 16. Perangai Ratih Yang Tak Berubah

    "Cepat kau bayar hutang piutang ibu kau itu!" bentak pria berkepala plontos kepada Airy. "Atau, mau kami penjarakan?"Airy mencoba menormalkan degup jantungnya yang berdetak kencang. Pria itu membentak dirinya dengan suara yang menggelegar. Membuat ia takut di barengi dengan tubuh yang bergetar.Menghela napas, Airy bertanya, "memangnya, berapa hutang-hutang ibu saya? kalian punya buktinya?"Airy sudah berkali-kali membantu sang ibu melunasi hutang yang menunggak. Karena seringnya Ratih berhutang, bahkan sampai ada yang mengaku-ngaku pernah meminjamkan uang kepada Ratih, dan menagih lewat Airy tanpa memberikan bukti kwitansi. Airy tidak mau ditipu."Tentu saja saya punya buktinya. Kalau tidak, untuk apa sayang mendatangi kau." Pria itu kemudian menyerahkan bukti kwitansi kepada Airy. Airy menerima kwitansi tersebut, dan melihat ada coretan tanda tangan milik Ratih. Dengan ini, artinya memang benar bahwa ibunya memiliki hutang."Baik. Akan saya bayar." Airy mengambil ponselnya didalam

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 15. Wina Di Terima Bekerja

    "Jadi, Kakak sekarang kerja di perusahaan milik suamiku?" tanya Airy ketika Wina berkunjung ke toko bunga miliknya.Wina mengangguk."Iya benar."Airy menatap tag name milik kakaknya dengan senyuman mengembang. Setelah sekian lama Wina tidak bisa bekerja karena sakit yang diderita, cukup parah akhirnya Wina bisa kembali kerja. Wina pun turut senang karena sudah tidak merepotkan sang adik lagi."Jujur, aku senang sekali," kata Wina, "aku bisa bekerja sekarang. Setelah sebelumnya, bertahun-tahun aku menderita sakit, dan aku malah merepotkan kamu."Airy tersenyum."Aku juga turut senang. Selamat ya, Kak." Wina mengangguk dan tersenyum. "Terima kasih. Aku akan bekerja sekeras mungkin supaya perusahaan suamimu tetap mempertahankan aku. Karena aku akan berada di dekat suamimu setiap bekerja."Airy mengerutkan keningnya. "Kakak mendapatkan posisi apa di sana?""Sekretaris," jawab Wina dengan bangga, "sekretaris suamimu yang sebelumnya, resign kan karena hamil? Jadi aku penggantinya." Setelah

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 14. Alasan Ratih Berkunjung

    "Tujuan ibu datang ke sini, sebenarnya ingin meminta uang kepada kamu," aku Ratih pada Airy. Airy menghentikan aktivitas makannya, dan bertanya, "Ibu butuh uang berapa?" "50 juta," jawab Ratih sambil menyuap potongan daging ke mulutnya. Airy menghela naoas pelan. Ia bahkan tidak memegang uang sebanyak itu. Ferdinand juga belum memberikannya uang. Tapi bukan berarti Airy tidak memegang uang sama sekali. Gunawan memberikan kartu limit yang jumlahnya kemungkinan cukup besar bisa untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi Airy belum berani menggunakan uang tersebut. "Sebentar aku ambilkan. Tapi aku nggak janji mau kasih uang segitu banyak." Airy beringsut dari duduknya. Ratih mencebikkan bibirnya sekilas. Ia menatap punggung anaknya yang melangkah menaiki tangga menuju kamar. Di dalam hati Ratih, tidak mungkin sang anak tidak memegang banyak uang. Apalagi putrinya sekarang menjadi istri orang kaya. Tak membutuhkan waktu lama Airy telah kembali dan mendekati Ratih. Airy menyodorkan l

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status