Share

Menikah!

Penulis: Kafkaika
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-05 00:47:29

Ayesha terdiam.

Saat ini, dia tengah duduk di atas tempat tidur setelah dua orang pelayan masuk ke kamar dan meletakan beberapa perlengkapan wanita di sana.

Mereka juga menyampaikan bahwa sarapan pagi sudah tersedia.

Saat pintu tertutup, barulah Ayesha memeriksa perlengkapan yang dibawa tadi.

Hanya saja, dia benar-benar terkejut karena baju ganti yang disediakan merupakan dress panjang berikut jilbabnya.

“Baik juga dia memberikan baju ganti yang sopan,” gumamnya dalam hati.

Tapi, pikiran Ayesha terusik karena sikap aneh pria itu.

Dia sepertinya bukan pria jahat. Buktinya, pria itu membiarkan Ayesha beristirahat dengan baik tanpa menidurinya. 

Kruk!

Perut Ayesha tiba-tiba berbunyi karena lapar.

Dilihatnya sarapan yang sudah disediakan dan mulai memakannya. “Terima kasih, Allah.”

Senyum manis terlukis di wajahanya.

Ayesha tak tahu ada kejutan baru yang disiapkan Hilbram.

***

“Duduklah!”

Begitu Ayesha selesai sarapan, Hilbram tiba-tiba memanggilnya ke ruangan lain.

Anehnya, ada kelegaan di wajah pria itu hari ini. Namun, Ayesha tak berani menatapnya lama-lama.

Jadi, dia memilih duduk dengan menunduk.

Dengan harap cemas, perempuan itu menunggu apa yang akan disampaikan pria ini.

Akankah masih menagih hak untuk bisa menidurinya atau justru akan melepaskannya?

“Kita akan menikah besok!” tukas Hilbram tanpa basa-basi.

Deg!

Kepala Ayesha sontak mendongak–mencoba memastikan bahwa dia tidak salah mendengar ucapan itu.

Mengajaknya menikah besok?

Apa dia sudah gila?!

“Permisi? Anda bilang apa tadi?” tanya Ayesha mencoba memastikan.

“Besok kita menikah!” Lagi Hilbram mengulangi ucapannya.

Ayesha seketika resah. “Bagaimana Anda mengajakku menikah? Bahkan kita tidak tahu apapun tentang masing-masing,” ucapnya mencoba membuat Hilbram kembali berpikir rasional.

Menikah bukanlah hal yang bisa dibuat main-main.

“Sederhana saja, aku menyukaimu!” jujur Hilbram.

“Menyukaiku?” Ayesha membelalak. Dia masih tidak bisa menerima alasannya.

Sementara itu, Hilbram terdiam sesaat.

Ditatapnya Ayesha yang juga sedang menatapnya.

Entah mengapa, pria itu menikmati saat-saat keduanya bisa saling bertatapan pandang dan juga berbicara satu sama lain dengannya.

Dadanya berdebar kencang, padahal situasi di antara mereka masih serba canggung. Mungkin benar apa kata Rahman, dia memang sedang jatuh cinta pada gadis ini?

Hilbram menghela napas. “Aku punya alasan lain untuk menikahimu. Karenanya aku menawarkan perjanjian padamu. Kalau kau tidak bersedia, its oke! Aku tidak akan menikahimu.”

“Tapi, kau tahu kalau aku tidak mau rugi karena sudah membayarmu tinggi di rumah pelacuran itu, kan?” 

“Maksud Anda? Anda ingin mengembalikan saya ke rumah pelacuran itu?”

“Tidak mungkin aku mengembalikanmu begitu saja.”

Ayesha terdiam.

Apa pria ini masih akan menidurinya lalu mengembalikannya  ke tempat pelacuran itu?

Tiba-tiba, dirinya teringat perkataan Murni yang akan melepaskannya kalau tidak ada komplain apapun dari pria ini. Tapi, jika pria ini mengadu yang tidak-tidak pada Murni … maka Ayesha mungkin akan terjebak selamanya di sana.

“Tuan, sebenarnya, berapa Anda membayar saya dari rumah pelacuran itu?” tanya Ayesha pada akhirnya.

Dia masih berusaha memikirkan cara untuk membayar hutang-hutang pamannya berikut pria ini.

Meminjam uang di bank dan mencicilnya dengan jangka waktu yang panjang mungkin bisa menjadi alternatif.

Dia punya gaji dari sekolah tempatnya mengajar.

Entah mengapa Hilbram tersenyum miring. “Tiga ratus juta!” ucapnya santai, “Wanita itu bilang kau punya hutang sebanyak itu, karenanya dia hanya mau melepasmu dengan harga sekian.”

Ayesha membelalak. Setahunya, hutang pamannya hanya dua ratus juta dan dia dibeli 300 juta? Kenapa pria di hadapannya ini begitu berani membayar harga mahal untuknya?

“K-kenapa Anda mau membayarku semahal itu?” tanya Ayesha.

“Haha, apa menurutmu harga dirimu terlalu tinggi di angka tiga ratus juta?”

Ayesha mengepalkan tangan, menahan marah. “Saya tidak membicarakan tentang harga diriku, Tuan. Saya tentu tidak akan membandrol harga diriku. Anda seharusnya bisa melihat bahwa saya bukan wanita seperti itu. Saya seorang guru di sebuah sekolah  yang terkenal. Tidak mungkin saya sampai merendahkan diri dengan menjual harga diri.” Ayesha mencoba meminta pengertian dengan menjelaskan tentang dirinya.

Hilbram hanya mengangguk, menahan senyum. “Hmm, lalu maumu apa? Kau memintaku untuk melepasmu begitu saja?”

Ayesha kini yang berbalik bingung.

Dia masih termasuk guru baru. Gajinya sebulan saja hanya berkisar 3 jutaan. Belum  lagi untuk kebutuhan sehari-harinya. Paling besar dia hanya bisa menyimpan uang satu juta untuk mencicil hutangnya. Butuh berapa tahun lamanya dia bisa melunasinya?

Belum lagi, tiga hari ini dia tak masuk. Bisa-bisa, gajinya dipotong.

Hilbram sendiri, memahami keresahan Ayesha.

Tanpa basa-basi, ia segera menyodorkan map yang berisi perjanjian itu di meja.  “Kau seorang guru bukan? Pasti tahu pilihan mana yang paling bijak. Jadi kalau memang menurutmu tidur bersamaku sebagai seorang pelacur adalah pilihan yang tepat, aku harap setelah ini kau harus mempersiapkan dirimu.”

“Aku ini seorang pengusaha, tidak mungkin mau rugi sudah mengeluarkan ratusan juta tapi tidak dapat apa-apa!” tegas Hilbram melihat Ayesha tepat di kedua matanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Hadiah Spesial

    “Selamat ulang tahun, Sayang!” bisik Hilbram di telinga Ayesha yang semalaman terlelap manja dalam dekapannya itu. Mata itu terbuka perlahan. Melihat suaminya sudah nampak berseri dia hanya menunduk malu. Rona pipinya jadi kemerahan. “Kenapa? Kau tidak suka hadiahku semalam?” Hilbram mengelus pipi yang kemerahan itu. “Hadiah yang mana?” Otak Ayesha sudah blank saja sepagi ini. “Hmm?” Hilbram menatapnya heran, apa sudah lupa hadiah yang diberikannya? Apa maksud Ayesha menanyakan hadiah yang mana? Hilbram jadi menahan senyumnya. “O-oh, suka, kok, Mas. Terima kasih!” dengan cepat Ayesha menjawab. Dia akan bertambah malu kalau saja sampai ketahuan memikirkan hadiah satunya lagi. Mudah-mudahan Hilbram tidak memahami maksudnya. “Terima kasihnya untuk hadiah yang mana?” Hilbram malah menggodanya. Ayesha mencebik sebal dan membuat Hilbram terkekeh. Apa pria ini benar-benar ingin membuatnya malu habis? “Benar ‘kan kata orang, setelah mengalami pertengkaran dan masalah, membuat hubung

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Memohon Pengertian

    Saat Hilbram meraih jemari itu dan menciuminya, Ayesha baru tersadar seharusnya menarik tangannya dari suaminya itu. Dia masih bingung dengan dirinya sendiri, sementara Hilbram terus berusaha memepetnya.“Sebelum meninggal, Kakek benar-benar memohon padaku agar menjaga dan menyelamatkan anak-anaknya. Aku terlibat janji yang tidak bisa aku ingkari—pada pria yang sudah memberikan hidup dan segalanya padaku. Aku harap kau bisa memakluminya, Sha. Setelah ini aku janji hidup dan matiku hanya tentangmu dan anak-anak kita,” ucap Hilbram berharap Ayesha memberinya sedikit pengertiannya.Kata-kata yang ditandaskan Hilbram semakin membuat Ayesha merasa begitu egois. Dia gelisah namun tidak lagi bisa berkutik dengan banyak alasan lagi untuk menghindar.“Kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku, Sayang. Aku harap kau mengingatnya dengan baik.”Hilbram sungguh tidak sabar dengan keadaan yang bertele-tele ini. Dia mereng

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Deep Talk

    “Aku baru tahu kalau sering berhubungan bisa membuat persalinan lancar.” Hilbram sepertinya sengaja mengulas perkataan dokter tadi saat mereka sudah di jalan pulang. Ayesha memang pernah membaca hal seperti itu, tapi tidak menyangka kalau dokter tadi menyarankannya begitu. Mana belum-belum dia sudah bilang janji, lagi, akan melakukan saran dokternya. “Itu kalau tidak sungsang, kalau sungsang percuma juga melakukannya!” Ayesha sedikit sebal karena pria ini seolah tampak bersemangat setelah mendengar hal itu. Pasti di kepalanya yang mesum itu sudah membayangkan tidur bersamanya. “Sepertinya kau keberatan kalau lahiran normal? Tidak apa juga sih, kita bisa pindah ke kota untuk proses persalinanmu.” “Enggak begitu, aku justru mau lahiran normal. Adam dulu lahir normal, kalau bisa adiknya juga harusnya lahir normal. Lagian, lahir dengan alami akan baik juga bagi kesehatan bayinya.” Sebenarnya Ayesha menyembunyikan kenyataan kalau dirinya takut jika membayangkan tubuhnya dibedah. Tidak

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Saran Dokter

    Kata-kata Ayesha seperti panah yang menancap tepat di jantung Hilbram. Pria ini sudah dikubangi perasaan yang bersalah sepanjang waktu. Terisak tanpa suara dan menangis tanpa air mata. Menyesap luka-luka batinnya seorang diri. Dan kini, mendengar langsung kekecewaan sang istri, perasaanya laksana kertas yang diremas-remas hingga meski di luruskan lagi bekas itu tetaplah sulit dilenyapkan.Matanya memerah dan dia hanya bisa menunduk sedih. Ingin sekali dia bersimpuh di kaki Ayesha dan bersujud padanya agar wanita itu tahu, dia sungguh merasa bersalah. Hatinya remuk mendengarnya mengalami semua ini.Namun wanita itu sudah bangkit dan terburu meninggalkannya. Sepertinya, Ayesha masih sangat terluka. Hilbram jadi sedih dan cemas menatap pintu kamar itu. Apakah istrinya di dalam sana sedang menangis?Dia jadi merasa kehadirannya sangat tidak ada gunanya.Ayesha berusaha mengontrol dirinya. Dihelanya napas panjang kemudian dia mulai se

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Jadi Gugup

    Mbok Sri masuk untuk mengambilkan minyak dengan aroma eucaliptus. Dia mengatakan Ayesha menyukai aroma itu karena membuatnya merasa tenang dan nyaman.Hilbram mengambil botol minyak itu dan bergegas hendak ke kamar Ayesha. Namun Mbok Sri yang suka bertutur itu merasa harus memberitahunya dulu. “Habis mijit di kaki, biasanya Mbak Ayesha minta diolesi di perutnya. Soalnya kadang suka terasa gatal kalau tidak diolesi minyak,” Mbok Sri memberitahu apa adanya. Mereka suami istri, jadi sekalian agar Hilbram tahu kebiasaan istrinya itu.“Oh, baik, Mbok!”“Tapi ingat, Mas. Tidak boleh dipijit perutnya, hanya di olesi dengan lembut.” Perempuan itu mengingatkan, siapa tahu Hilbram tidak paham bahwa wanita hamil tidak boleh dipijit di bagian perutnya.“Iya, terima kasih atas penjelasannya, Mbok.”“Kalau begitu saya suapi Den Adam dulu ya, Mas. Sekalian mau bilang, ha

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Minta Dipijit

    Adam terlihat senang sekali melihat kambing yang diikat di halaman samping rumah. Anak kecil itu menyodorkan rumput pada moncong kambing itu, yang kemudian segera dilahap kambingnya.Hal seperti itu saja sudah membuat Adam tertawa senang dan heboh sekali. Dia terlihat sangat bahagia apalagi sang papa sudah ada di dekatnya.“Papa, mana Pus?” Adam tiba-tiba menghampiri Hilbram karena teringat kucingnya.Saat pergi bersama kakeknya naik kereta mengelilingi kota Zermatt waktu itu, Adam membawa serta kucingnya. Sayangnya, dia harus meninggalkannya di stasiun Kota Visp ketika terjadi pengejaran. Tidak di sangka, Adam mengingat kucingnya itu lagi. “Oh, nanti kita cari pus lagi, ya?” jawab Hilbram lembut.Hilbram mengangkat Adam dan mendudukannya di pangkuan. Dia rindu sekali dengan putranya itu. diciuminya Adam dan sedikit bercanda dengannya.Bocah itu sudah banyak bicara sekarang. Padahal baru 4 bulan mer

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status