"Apa pernikahan ini sudah bisa kita mulai?" kata pendeta yang memimpin jalannya acara pernikahan.
Celine seketika sadar dari lamunannya saat pemimpin upacara pernikahan menanyakan kesiapannya.Ditambah, Zack yang tiba-tiba sudah berdiri, menunggu di atas Altar. Pria yang kini mengenakan tuksedo abu-abu, melirik pada Celine seolah bertanya "Apa kau sudah siap?"Dengan ragu Celine perlahan mulai melangkahkan kaki menuju Altar. Dalam tiap langkah, dia terus menguatkan diri, meski pernikahan ini bukanlah pernikahan impiannya, tetapi dia akan melakukannya demi papanya."Ya Tuhan, kuatkanlah aku! Apa yang aku lakukan semua ini hanya demi Papa," gumamnya dalam hati.Pendeta mulai melakukan runtutan acara dari mulai pemberkatan, mengucapkan janji suci pernikahan hingga menyatakan kalau mereka kini resmi menyandang sebagai pasangan suami istri.Tepuk tangan riuh mengiringi pemersatuan mereka, tetapi Zack hanya menyeringai kecil sebelum pergi meninggalkan Celine yang masih sendirian di atas Altar.Celine hanya bisa menghela nafas kasar melihat sikap dingin laki-laki yang kini resmi menjadi suaminya.Tak lama setelah kepergian Zack, dua wanita yang tadi sempat dilihatnya pun naik ke atas atas, menghampiri dirinya yang membuat Celine semakin bertanya-tanya."Selamat datang di kehidupan kami menantuku!” Wanita yang berperawakan lebih tua menyapa lebih dulu dengan senyum ramahnya.“Aku Veronica Mamanya Zack dan ini Granella, Adiknya Zack!” Dia memperkenalkan sosok wanita yang terlihat lebih muda yang memiliki paras cantik dan ramah sama sepertinya. “Kami senang kau berada di sini sekarang! Semoga kau bisa membawa Zack kembali ke jalan yang benar, Sayang."Celine seketika tersenyum. Dia bisa merasakan kalau dua orang keluarga Zack di hadapannya ini benar-benar baik. Berbanding terbalik dengan pria angkuh yang kini menjadi suaminya."Halo, apa kau mendengarkan-ku bicara?" Lambaian tangan di depan wajahnya membuat Celine sadar dari lamunannya.Dia terlihat salah tingkah karena ketahuan sedang memikirkan sesuatu. "Eh, iya Nyonya maaf! Aku tadi sedang anu ...em, ...""Nyonya? Kenapa kau memanggilku dengan sebutan Nyonya? Hei, aku ini Mamanya Zack! Mertuamu!" Mamanya Zack terlihat pura-pura cemberut. "Panggil aku dengan sebutan Ibu, karena mulai hari ini kau adalah menantuku!.""Oh iya, maaf, Ibu aku masih belum terbiasa dengan semua ini!""Tidak masalah, Sayang. Lambat laun kau pasti terbiasa memanggilku dengan sebutan Ibu."Celine hanya tersenyum sambil mengangguk canggung dengan keluarga barunya."Ya sudah, lebih baik kita bicara sambil duduk di bawah. Tidak baik jika kita bicara sambil berdiri seperti ini."Granella menggandeng tangan ibunya turun dari altar. Tubuh tua nyonya Veronika sedikit kesulitan untuk turun, Celine pun berjalan lebih cepat untuk membantu mertuanya."Terima kasih, Nak. Sekarang, temui suamimu! Buat dia bertekuk lutut di hadapanmu. Aku yakin kau pasti bisa melakukan itu."Celine sendiri rasanya pesimis untuk itu. Dia hanya berusaha pasrah dengan apa yang bakal terjadi dengan rumah tangganya.Pelan-pelan dia berjalan ragu sambil meremas-remas bagian gaunnya menghampiri Zack yang masih mengobrol dengan teman-temannya.Melihat wanita yang kini tengah berjalan semakin dekat membuat Zack justru memutar bola matanya malas. Sebelum Celine sampai di hadapan mereka, Zack secepatnya mendekat dan menarik tangan gadis itu dengan sangat kasar."Mau apa kau kemari?" tanya Zack dengan tatapan yang sangat menakutkan.Suara itu terdengar sangat lirih, tetapi sangat menyakitkan hati Celine. Di hari pertama menikah tidak ada kebahagiaan sama sekali selain mendapatkan mertua dan ipar yang baik.Mendapatkan Veronica dan Granella merupakan keberuntungan tersendiri untuknya.Suaminya benar-benar tidak menganggapnya sama sekali, apalagi di depan teman-temannya. Zack terkesan malu mempunyai istri seperti Celine.Padahal secara fisik Celine bukanlah sosok yang buruk, dia cantik dan juga baik.Bahkan tak sedikit orang yang mengagumi kecantikannya, apalagi dalam berbalut gaun pengantin."Ma-maaf Tuan, aku hanya itu ...!"“Jangan pernah dekati aku di saat aku bercengkerama dengan mereka!” ujar Zack dingin. Dia juga menaikkan jari telunjuknya, membentuk sebuah peringatan. "Dan ingat satu hal! Jangan berharap kalau aku akan membuatmu bahagia! Camkan itu!"Tanpa mereka sadari, Crush yang berdiri di belakang, tak sengaja mendengarnya. Dia yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik putrinya merasa terdorong untuk mendekat. Tanpa disangka dia mendengar kalimat yang mengejutkan itu dari menantunya."Apa? Ya Tuhan–"Bak disambar petir di siang hari, Crush spontan meringis memegangi dadanya yang terasa sangat sakit.Nafasnya mulai sesak dan pandangannya mulai kabur. Pelan-pelan dia terjatuh ambruk di atas pasir putih."Papa!""Papa bangun Pah! Papa tidak boleh seperti ini!"Air mata Celine tumpah ruah menjatuhi tubuh tua yang kini terbaring di atas pangkuannya. Semua pengunjung yang datang spontan mengerubungi tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang menolongnya."Ma-maafkan Pa-Papa, Nak! Se-semua ini kesalahan Pa-Papa! Pa-Papa berdo-sa pa-damu! Ma-af-kan semua ke-sala-han su-amimu, Nak!"Kalimat terakhir itu meluncur sebelum laki-laki tua itu menghembuskan nafas terakhir. Mendengarnya, membuat perasaan Celine semakin hancur.Bagaimana bisa di hari spesialnya … dia justru kehilangan orang yang paling berpengaruh untuknya itu.Kehilangan orang tercinta bukanlah perkara mudah untuknya.Celine merasa kalau takdir sedang mempermainkannya. Dia merasa kalau dunia ini tidak adil baginya. Meratap pun tidak ada gunanya karena tidak akan mungkin bisa mengembalikan sosok papa tercinta.Bersama Sisilia dan Jesica, Celine menangis hancur sampai memukul-mukul tanah di sampingnya."Papa, bangun Pa! Papa tidak boleh meninggalkan Celine sekarang!""Semua ini gara-gara Tuan Zack! Tuan Zack yang membuat Ayah meninggal dunia! Sampai kapan pun aku tidak akan pernah memaafkan laki-laki sombong ini," gumam Celine dalam hati dengan dada bergemuruh.Sementara itu, alih-alih terlihat panik melihat mertuanya terkapar tidak bernyawa, Zack justru dengan entengnya meminta Jony–asistennya mengurus segala hal.Setelahnya, tanpa peduli akan reaksi para tamu di pesta pernikahan, juga tanpa mencoba menenangkan sang istri … Zack pun pergi dengan mengemudikan mobilnya sendiri.Melihat keadaan Celine yang begitu terpukul, Veronika berinisiatif untuk membawa sang menantu baru ke rumahnya. Mamanya Zack itu bahkan menyarankan Celine untuk tidak mendatangi pemakaman papanya yang akan langsung diadakan secepatnya itu."Masuklah, Nak. Mulai sekarang, ini rumahmu juga.” Veronika memapah tubuh lemah Celine yang sedari tadi terus menatap kosong pada apa yang ada di hadapannya.“Ok. Meski momennya agak kurang tepat, kami ucapkan selamat datang di sini, semoga kamu betah tinggal bersama kami di sini."Dua asisten rumah tangga dan dua sopir segera mendekat dan menunduk memberi salam pada nyonya dan majikan barunya.Setelah dibantu dua asisten rumah tangga, Celine pun diantar menuju kamar pribadinya dengan Zack."Pemandangan di sini memang indah, tapi aku tidak yakin apakah aku bisa bertahan dengan suami arogan seperti Tuan Zack ini?” gumamnya dengan tatapan nanar.BERSAMBUNG."Aku akan beri mereka nama Eleana dan Evander, mereka cantik dan juga gagah seperti aku." Zack begitu bangganya."Eleana dan Evander? Em, nama yang bagus, aku suka dengan nama itu, Honey." Zack mengecup kening sang istri dengan begitu hikmatnya."Oh, iya kalian belum memberitahu berita bahagia ini pada Marcel dan juga Granella bukan? Biar Mama yang menelepon mereka." Veronica mengambil ponselnya dan menelepon kedua anaknya yang berada di seberang sana.Marcel memicingkan matanya saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya membuat Granella penasaran siapa yang meneleponnya."Siapa yang menelepon-mu, Kak?"Marcel menunjukan ponselnya pada Granella. Mereka berharap tidak ada hal buruk yang menimpa keluarganya di sana, Marcel segera menggeser tombol berwarna hijau hingga panggilan tersambung."Hai Mah, apa Mama baik-baik saja bukan?" Wajah Veronica terlihat di layar ponsel setelah saat melakukan vidio call."Aku baik-baik saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Oh iya, Marcel,
Kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia susah untuk melakukan aktifitas seperti biasanya. Di klaim oleh dokter kalau Celine memiliki bayi kembar di dalam rahimnya.Zack begitu senang setelah tau kalau calon anaknya kembar, satu pria dan satu wanita setelah mereka tau lewat USG yang di lakukan setiap kali periksa."Zack, lebih baik hari ini kau jangan dulu masuk ke kantor. Hari ini bukankah HPL istrimu, Celine? Aku tidak menyangka kalau Celine memilih melahirkan secara normal!" Veronica bergidik ngeri.Membayangkan wanita yang kesakitan hendak melahirkan normal, tapi itu jalan yang dipilih oleh menantunya.Sengaja Celine memilih persalinan normal supaya dia bisa tau bagaimana rasanya melahirkan secara spontan."Hem, seperti biasanya, Mah. Aku hanya sebentar untuk absen. Setelah itu, aku akan segera pulang. Mana mungkin aku melewatkan detik-detik yang paling berharga untuk'ku!"Wanita hamil itu masih di dalam kamarnya pa
"Gimana, kalian sudah siap? Kalau sudah kita berangkat sekarang?"Usai sarapan mereka bertiga keluar untuk jalan-jalan. Marcel sengaja membatalkan semua urusan kantornya demi adiknya mumpung Granella ada di kota itu.Kini saatnya untuk membuat dia senang."Siap, Kak. Aku udah siap! Kita berangkat sekarang!"Sekitar 15 menit lamanya, mereka di perjalanan, Marcel justru membawa mereka ke tempat yang tidak terduga, terutama oleh angel sendiri.Mereka ke sebuah taman di tengah-tengah kota. Pemandangan yang sangat indah serta wahana yang membuat mereka merasa tertantang ingin mencobanya, namun tidak untuk Angel."Astaga, kenapa kau membawaku kemari, Marcel? Memangnya nggak ada tempat lain untuk berlibur? Kita bisa ke Mall atau ke pantai?""Apa yang kau katakan, Kak? Di sini? Kak Angel kau lihat! Di sana ada wahana itu. Bagaimana kalau kita mencobanya?""Apa? Naik? Tidak, tidak, tidak! Aku tidak berani mencobanya."
"Oh iya, ada apa kau kemari?""Daddy menyuruhku untuk datang ke rumah. Dia bilang ada hal penting yang mau dibicarakan denganmu!""Hal penting? Hal penting apa?"Angel hanya mengangkat tangan dan bahunya yang menandakan kalau dia tidak tau."Ya sudah, nanti siang aku curi-curi waktu untuk datang ke rumahmu. Atau jangan-jangan kau sengaja menyuruh Daddy-mu agar aku datang ke sana." Marcel terkekeh. "Marcel!" "Sudah, aku mau pulang. Pokonya kau harus datang, Daddy menunggumu di rumah."Angel bangun dari duduknya untuk pulang namun Marcel kembali bicara."Kau yakin mau pulang? Memangnya kau tidak mau ikut dengan kami untuk jalan-jalan?"Dilewatkan juga sayang, akan tetapi rasanya malu jika mendadak dia mau ikut untuk jalan-jalan bersama kakak beradik itu."Jalan-jalan? Jalan-jalan kemana?""Ya kemana aja, ke bukit kayak kemaren?" Angel membelalakkan matanya malu di depan Granella.
Tok!Tok!"Marcel buka pintunya! Marcel, buka!"Granella berlari saat seseorang mengetuk pintu apartemen kakaknya.Pasalnya Marcel sendiri tengah berada di kamar mandi saat ini. Siapa yang berani datang sambil mengetuk pintu lumayan kencang."Iya, iya. Sebentar!"Begitu pintu di buka, "Iya, ada yang bisa saya bantu?" Angel mengerutkan alisnya saat melihat wanita lain di dalam apartemen Marcel.Entah mengapa perasaannya marah, dia mengira kalau Marcel dan wanita ini memiliki hubungan walau sebenarnya bukan urusan dia jika memang itu benar.Karena Angel sendiri hanya teman, bukan siapa-siapanya Marcel."Siapa kau? Kenapa kau berada di apartemen Marcel?" Granella tersenyum."Kau pasti Angel, bukan? Aku Granella, Adiknya Kak Marcel." Granella mengulurkan tangannya mengajak Angel salaman.Berapa malunya Angel yang setelah tau dialah Granella gadis yang sering mereka bicarakan.Nad
"Baby, aku berangkat dulu. Kamu baik-baik di rumah, jaga bayi kita dengan baik!""Kau hati-hati Honey, jangan pulang terlambat, atau aku akan merajuk?" ucap Celine pura-pura cemberut."Kau tidak perlu khawatir! Akan ku habiskan waktuku untuk kalian yang tersayang." Zack memeluk tubuh istrinya dengan sangat erat sambil menciumi pucuk kepalanya.Usai melakukan itu, dia pergi untuk bekerja setelah mengecup kening sang istri. Usia kandungan Celine yang semakin membesar membuat dia cepat lelah dan memerlukan banyak istirahat.Zack tak pernah lama di kantor setelah tau kalau istrinya hamil untuk yang kedua kalinya.Dia menjadi calon Daddy yang siaga, akan tetapi tuntutan pekerjaan membuat dia harus absen berangkat walau hanya beberapa jam saja di kantornya."Suamimu sudah berangkat?" tanya Veronica."Baru saja, Ibu. Hari ini Honey ada meeting dengan para stafnya, dia bilang ada rencana baru yang akan di buat oleh perusahaannya
"Astaga, kenapa aku sampai lupa untuk ke belakang! Ok, makasih Edward, aku ke belakang dulu!" Edward menunjukan toilet dengan tangannya.Dia beranjak lebih dulu kembali ke kamar poppy-nya bergabung bersama Marcel dan mommy-nya.Obrolan mereka serasa menyenangkan baginya, padahal biasanya Edward sendiri enggan untuk berkumpul."Betulkan, Edward. Kalau menurutmu bagaimana jika Poppy menanam saham di perusahaan milik Nona Granella. Jadi komunikasi kita bisa terus berlanjut."Edward menghela nafas kasar sebelum bicara, "Iya, itu ide yang bagus, Pih. Tapi apa Poppy yakin kalau Nona Granella bakal menerima tawaran itu?""Nanti kita tanyakan langsung pada Nona Granella." Tuan Mickey terlihat begitu bersemangat.Tak berapa lama kemudian, Granella keluar dari kamar mandi, tuan Mickey mengatakan niatnya itu pada gadis ini untuk mengajaknya kerja sama.Semula Granella tidak yakin dan mengira kalau tuan Mickey hanya bercanda.
"Ok, Nak. Kau di sini saja, biar aku yang menghubungi Kakak kamu itu.""Apa Uncle yakin?" Pasalnya Granella sendiri tidak yakin kalau tuan Mickey ini mengenal kakaknya. Begitu juga dengan Edward dan nyonya Amelie yang saling pandang dengan pikiran masing-masing."Kenapa tidak, tunggu!"Tuan Mickey mengambil ponselnya lalu menghubungi Marcel yang kini berada di kantornya."Halo, Tuan Mickey ada yang bisa saya bantu?" Suara Marcel dari sambungan telepon."Tuan muda Welyoston, bisa kan anda datang ke rumahku sekarang juga?" Granella membelalakkan matanya saat tuan Mickey menyebut nama tuan muda Welyoston. Itu artinya tuan Mickey memang mengenal kakaknya."Ada hal yang sangat penting yang harus ada ketahui sekarang juga!""Kalau boleh tau, apa hal penting itu, Tuan. Karena saya tidak punya banyak waktu untuk berleha-leha.""Oh, tentu ini sangat penting, Tuan." Tuan Mickey melirik pada Granella."D
"Em, Berlian, Louise tunggu!""Iya, Nona.""Sekarang kalian bebas untuk kemana aja, aku pun akan mencari dimana tempat tinggal Kakak'ku di sini, pulang nanti kita akan bertemu di hotel ini lagi."Kedua bawahannya itu seperti mendapatkan kesempatan emas untuk mengunjungi tempat-tempat indah di kota itu tanpa gangguan soal pekerjaan."Sungguh, Nona?""Iya, bersenang-senanglah kalian, selamat berlibur!"Berpisah dari hotel yang sama mereka berpencar ke tempat tujuan masing-masing.Granella beranjak ke kota lain untuk mencari keberadaan Marcel sekarang."Kak Marcel pasti terkejut kalau tau tiba-tiba aku ada di sini."Menaiki sebuah taksi Granella duduk di kursi belakang sambil memandang indahnya kota tersebut.Laju kendaraan terhenti saat lampu lalu lalu lintas menunjukan warna merah. Dari kejauhan tak sengaja Granella melihat seorang pria tua yang berdiri sambil memegangi kepalanya yang terasa sak