Share

3. Cinta Pertama Evelyn

Penulis: Rich Ghali
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-03 01:19:55

“Papa mana?” Evelyn bertanya pada Joy yang tengah sarapan seorang diri di ruang makan. Wanita itu masih belum bisa memaafkan sikap Vernon yang menurutnya sudah sangat keterlaluan. Bukan hanya pakaiannya yang basah, tapi barangnya yang lain juga. Terlebih design-design yang sudah dengan susah payah ia gambar. Apalagi salah satunya harus diserahkan pagi ini.

“Sudah berangkat kerja.” Joy menjawab dengan ceria. Gadis kecil itu tampaknya sudah biasa tidak diberi perhatian oleh Vernon.

Evelyn hanya bisa menarik napas dalam. Ia mengambil posisi duduk di sebelah Joy, lalu meraih roti dan mengoleskannya dengan selai.

“Bi, nanti tolong bereskan kamar mandi Vernon, ya. Baju-baju saya bawa saja ke loundry.” Evelyn merogoh tas, lalu menyerahkan dua lembar uang seratus ribu.

Wajah Evelyn tampak kusut. Ia memijit pelipis atas karena merasa sangat pusing. Selama ini kinerjanya selalu diberikan pujian, karena hasilnya yang selalu sesuai harapan. Namun, hari ini alasan apa yang akan ia berikan? Salah satu design tidak terselesaikan.

“Ini terlalu banyak, Non.” Wanita yang bekerja sebagai asisten rumah tangga itu berucap seraya kembali menyerahkan uang pada Evelyn.

“Baju saya tiga koper, Bi.” Evelyn menjawab tidak semangat. Masih pagi, tapi mood-nya sudah dirusak oleh lelaki yang kini berstatus sebagai suaminya.

Wanita dengan nama Bi Asih itu mengangguk. Tidak protes lagi. Menuruti apa yang diminta oleh Evelyn.

“Mami sakit?” Joy bertanya seraya menatap Evelyn. Ia merasa wanita itu tengah tidak baik-baik saja. Sebab sedari tadi ia terlihat murung dan berdecak berkali-kali.

“Mami tidak apa-apa, Sayang.” Evelyn menjawab seraya tersenyum. Namun, dalam hati ia masih belum bisa berhenti memaki sikap Vernon.

***

Evelyn berangkat kerja dengan mood yang sangat tidak baik. Tidak seperti biasa, ia selalu tampak ceria.

Setelah mengantar Joy ke TK, Evelyn bergegas menuju kantor tempatnya bekerja. Ia tidak difasilitasi sama sekali oleh Vernon. Tampaknya lelaki itu benar-benar ingin lekas mengenyahkan Evelyn dari rumahnya. Ia memiliki mobil nganggur di rumah, tapi tidak boleh disentuh sama sekali oleh Evelyn. Kuncinya ia simpan di tempat yang hanya dirinya sendiri yang tahu.

Taksi berhenti ketika Evelyn tiba di kantor. Ia menarik napas dalam-dalam. Setelah membayar tagihan, ia keluar dari sana seraya membawa semua berkas yang ia butuhkan.

“Mobilmu rusak?”

Pertanyaan itu membuat Evelyn menoleh pada sumber suara. Seketika ia tersenyum dengan gugup dan salah tingkah. Setiap bertemu dengan bosnya itu, jantung Evelyn selalu berdegup dengan sangat cepat. Hatinya langsung dipenuhi oleh bunga-bunga.

“A-iya, Tuan.” Evelyn menjawab dengan gugup.

Ia menyembunyikan kebenaran bahwa mobilnya ditinggal di rumah orangtuanya, sementara ia telah pindah ke rumah Vernon.

“Berhentilah memanggil saya dengan sebutan itu. Panggil nama saja biar kita lebih akrab.” Lelaki bernama Barra Armagan itu merasa tidak nyaman dengan sebutan tuan yang selalu disematkan oleh Evelyn untuk dirinya.

“Ada batasan antara bos dan karyawan. Akan sangat tidak sopan jika saya memanggil Tuan dengan sebutan nama.” Evelyn tersenyum malu-malu. Ia menyamai langkah dengan Barra.

Mereka saling bertukar kata dari halaman kantor hingga terpisah di bilik kerja masing-masing. Barra cukup hangat pada semua karyawan. Terlebih pada karyawan muda dan cantik seperti Evelyn. Pesonanya juga selalu menjadi bahan perbincangan antar karyawan. Siapa yang tidak akan jatuh cinta padanya? Dia tampan layaknya dewa Yunani, memiliki tubuh atletis, selalu tampil wangi dan rapi, sukses, juga memiliki hati yang hangat. Ia terlihat sangat sempurna dari pandangan mata. Semua karyawan wanita menaruh hati padanya. Terutama Evelyn. Sosok lelaki itu memenuhi kriteria sebagai suami idaman bagi wanita itu. Jauh berbeda dengan Vernon yang sangat dingin.

“Lyn, kamu ada masalah?” Salah satu teman kerja menegur ketika Evelyn tampak termenung di meja kerjanya.

Evelyn menoleh, tapi langsung menggeleng.

“Kau tampak stress, kenapa? Apa Pak Barra kedapatan kencan sama pacarnya?” Wanita dengan name tag Fani itu menggoda.

“Ngomong apa sih?” Evelyn memasang wajah kesal, tapi sebenarnya ia suka jika digoda mengenai Barra. Seluruh temannya tahu bahwa ia menyukai lelaki itu, melebihi batas karyawan dengan bosnya.

“Eh, dari gosip yang aku dengar sih katanya Pak Barra lagi nyari calon istri. Siap-siap aja, mungkin calonnya salah satu di antara kita.” Teman yang lain ikut menanggapi.

Semuanya tertawa, kecuali Evelyn. Ia menyalahkan takdir yang membuatnya harus menikah dengan Vernon. Sementara ia menyukai lelaki lain, yang peluang untuk didapatkan cukup besar. Sebab, Barra selalu merespons atas setiap kode yang Evelyn berikan.

“Lyn, kamu benar-benar ada masalah, ya?” Fani mulai serius menanggapi. Sebab, wajah Evelyn selalu murung sejak tadi.

“Design yang diminta Pak Barra gagal aku selesaikan. Padahal hari ini harus diserahkan.” Evelyn menjawab dengan tidak semangat. Padahal alasan yang sebenarnya lebih dari itu.

“Kok bisa?” Yang lain ikut terkejut. Sebab, Evelyn salah satu karyawan yang selalu mendapatkan penghargaan karena totalitasnya.

“Aku pusing.” Evelyn membenturkan kepala ke meja. Ia benar-benar stres.

“Tenang saja, Pak Barra bakalan ngasih keringanan. Kan kamu karyawan kesayangan.” Ia malah digoda oleh teman lainnya.

Hal itu membuat Evelyn merona. Ia benar-benar berbunga-bunga dan senang jika dirinya selalu dikaitkan dengan Barra. Namun, mengingat bahwa dirinya telah menikah, hal itu semakin membuat dirinya frustrasi.

“Kamu baru beli cincin ya, Lyn? Bagus.” Fani mengamati cincin berlian yang melingkar di jari manis milik Evelyn.

Seketika jantung Evelyn berhenti berdetak. Ia mendongak. Wajahnya memucat.

“Jangan bilang kalau kamu cuti kemarin karena ada yang ngelamar.” Teman yang lain menimpali.

“Mustahil Evelyn ada yang ngelamar. Dia kan jomblo sejak lahir. Tipenya itu sekelas Pak Barra, makanya sampai sekarang tidak ada yang mau.” Fani menjawab seraya tertawa.

Evelyn merasa bahwa posisinya semakin terpojokkan. Harusnya ia melepas cincin jika ingin berangkat kerja agar tidak ada yang curiga.

“Ini hadiah .... ulang tahun.” Evelyn menjawab dengan ragu. Sementara ulang tahunnya masih bulan depan.

“Kamu tidak menutupi sesuatu dari kita ‘kan, Lyn? Kalau kamu dilamar tanpa ngasih tau kita, wah itu parah sih.”

“Aku yakin banget, Evelyn tidak dilamar.” Fani sangat yakin.

“Siapa yang dilamar?” Barra ikut menimpali.

Semua pasang mata langsung menoleh pada sumber suara. Seketika mereka memencar. Kembali ke meja kerja masing-masing.

“Evelyn, design yang saya minta sudah selesai ‘kan? Bawa ke ruangan saya sekarang.” Barra meminta dengan gayanya yang cool.

“Ba-baik, Tuan.” Evelyn menjawab dengan gugup. Ia selalu saja gugup jika berbicara dengan lelaki itu. Sebab, jantungnya tidak bisa diajak untuk bekerja sama.

Barra hanya tersenyum tipis. Ia tahu bahwa Evelyn menyukai dirinya. Dan ia akan memastikan itu secepatnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Pengganti Sang Miliarder   5. Joy Hilang

    Ponsel Evelyn berdering sejak tadi. Namun, ia tidak ingin memberikan respons apa pun. Wanita itu membiarkan begitu saja ponselnya berbunyi hingga mati sendiri karena tidak kunjung mendapatkan jawaban. Waktu telah menunjukkan pukul 21.00 kini, tapi ia belum menginjakkan kaki ke rumah Vernon sepulang dari kantor. Ia butuh waktu sendiri untuk menenangkan diri. Ada banyak hal yang membuatnya pusing dan stress jika dipikirkan. Hingga akhirnya Evelyn memutuskan untuk mengunjungi bar sekadar minum beberapa gelas alkohol agar ia bisa sedikit lebih tenang. Baru dua gelas saja, kepala Evelyn langsung terasa sakit. Ia merasa pusing, dan mulai mabuk. Sementara ia telah sering mencoba minuman itu, tapi selalu saja memberikan efek yang sama untuk dirinya. Ia selalu kalah dalam gelas kedua. Sebelum mabuknya semakin parah, Evelyn memutuskan untuk pulang. Untung saja tidak terjadi apa-apa pada dirinya hingga ia masuk ke dalam taksi dengan aman. Taksi melaju dengan kecepatan tinggi menuju alamat ya

  • Istri Pengganti Sang Miliarder   4. Aku Akan Menikah Denganmu

    Evelyn bangkit berdiri seraya membereskan semua berkas yang harus ia tunjukkan pada Barra. Jantung wanita itu tidak bisa dinormalisasikan sejak tadi. Pikirannya tengah berada entah di mana. Ia benar-benar stress memikirkan jalan hidupnya mengingat ucapan sang teman yang mengatakan bahwa Barra tengah mencari istri. “Semangat, Lyn! Barang kali entar dilamar.” Fani memberikan candaan yang disambut tawaan oleh orang sekitar. Sementara Evelyn hanya bisa tersenyum seraya menunduk malu. Dengan dada yang berdebar tidak karuan, Evelyn berjalan menuju ruang di mana Barra berada. Lelaki itu telah menunggu di sana. Senyum lelaki itu langsung menyambut setelah Evelyn mengetuk pintu dan masuk. Melihat senyum manis itu, Evelyn semakin gugup. Ia sangat membenci jika berada dalam situasi seperti ini, sebab kegugupannya terlihat dengan sangat jelas. “Saya minta maaf, Tuan.” Evelyn langsung menyuguhkan kata maaf seraya menyerahkan lembaran-lembaran berisi design miliknya. “Untuk?” Barra mengerutkan

  • Istri Pengganti Sang Miliarder   3. Cinta Pertama Evelyn

    “Papa mana?” Evelyn bertanya pada Joy yang tengah sarapan seorang diri di ruang makan. Wanita itu masih belum bisa memaafkan sikap Vernon yang menurutnya sudah sangat keterlaluan. Bukan hanya pakaiannya yang basah, tapi barangnya yang lain juga. Terlebih design-design yang sudah dengan susah payah ia gambar. Apalagi salah satunya harus diserahkan pagi ini. “Sudah berangkat kerja.” Joy menjawab dengan ceria. Gadis kecil itu tampaknya sudah biasa tidak diberi perhatian oleh Vernon. Evelyn hanya bisa menarik napas dalam. Ia mengambil posisi duduk di sebelah Joy, lalu meraih roti dan mengoleskannya dengan selai. “Bi, nanti tolong bereskan kamar mandi Vernon, ya. Baju-baju saya bawa saja ke loundry.” Evelyn merogoh tas, lalu menyerahkan dua lembar uang seratus ribu. Wajah Evelyn tampak kusut. Ia memijit pelipis atas karena merasa sangat pusing. Selama ini kinerjanya selalu diberikan pujian, karena hasilnya yang selalu sesuai harapan. Namun, hari ini alasan apa yang akan ia berikan? Sal

  • Istri Pengganti Sang Miliarder   2. Bendera Perang

    Evelyn membuka koper untuk mencari handuk yang telah ia bawa dari rumah. Ada tiga koper miliknya yang tergeletak tidak menentu di dalam kamar milik Vernon. Wanita itu terlihat sangat tenang setelah mengobarkan bendera perang pada mantan iparnya itu. Meski kini jantungnya masih belum bisa dikendalikan, tapi ia berusaha agar bisa tetap terlihat tenang. Vernon tidak bisa berkata-kata, ia hanya menatap dengan tajam sembari melipat tangan di dada. “Mau apa kau?” Vernon terlihat panik ketika Evelyn mulai membuka kancing piama. Evelyn menoleh, lalu tersenyum menyeringai. “Kau ingin membukakan kancing bajuku?” Wanita itu tersenyum menggoda. Dalam hati ia bersorak gembira, merasa menang melihat ekspresi yang tergaris di wajah suaminya itu. “Jangan kurang ajar kamu!” Vernon berucap dengan kasar, ia meraih seragam yang tergeletak di atas ranjang, lalu bergegas keluar kamar. Ia memilih untuk mengalah, daripada menyaksikan wanita itu melepas pakaian di hadapannya. Akhirnya tawa Evelyn terdeng

  • Istri Pengganti Sang Miliarder   1. Menggantikan Posisi Kakak

    “Kau tidur di kamar Joy saja.” Vernon berucap dengan dingin. Ia bahkan tidak menoleh sama sekali pada wanita yang baru saja ia nikahi itu. Evelyn Arabella. Nama wanita cantik yang tengah berdiri dengan bingung di samping ranjang milik Vernon. Ia memeluk guling dengan erat, mengerutkan kening mendapatkan kalimat perintah seperti itu. Mungkin mereka memang belum bisa menerima satu dengan yang lain. Namun, tidur di kamar Joy bukanlah solusi yang baik. Anak itu akan banyak bertanya mengapa maminya tidak tidur dengan papanya. Lalu, besok anak itu akan menjawab dengan jujur ketika ditanya oleh omanya. “Apa kau tuli?” Lelaki itu bertanya dengan datar, tapi terdengar sangat menusuk oleh Evelyn. Sesungguhnya mereka sama-sama tersiksa dengan perjodohan ini. Evelyn hanya diam. Ia menatap lelaki yang berstatus kakak iparnya itu dalam beberapa tahun ini, lantas kini berubah status menjadi suami. Vernon berbalik, menatap Evelyn yang masih berdiri dengan tenang di sisi kiri ranjang. Ia menatap

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status