Share

2. Menggantikan 2.

"Bismillahirrahmanirrahim, Abah, Umi, aku bersedia–"

Pelangi mengehentikan ucapannya saat suara Umi terdengar parau.

"Tidak sayang, jangan lakukan ini. Pikirkan sekali lagi, tidak perlu berkorban sejauh ini. Sudah cukup nak, sudah. Masalah ini biarkan kami yang menghadapinya kamu tidak usah berkorban demi saudarimu," isak Umi mencabik-cabik relung hati Pelangi.

"Enggak Umi, aku ikhlas menggantikan posisi teh Intan." Ucap Pelangi mantap.

"Apa Nak, kamu bersedia? Lalu bagaimana dengan nak Rizky? Kamu sudah di ta'aruf, apa yang akan kami katakan nanti nak?" tanya Abah hatinya bimbang antara bahagia dengan kesedihan.

"Abah tidak perlu pikirkan tentang ta'aruf, selagi kami belum menikah itu artinya putri Abah ini bukan jodoh kak Rizky begitu juga sebaliknya. Lagi pula aku bisa memilih bukan? Biarkan aku yang akan bicara sama kak Rizky, aku yakin kak Rizky akan mengerti." Ucapnya terbesit luka dan rasa bersalah atas apa yang ia lakukan saat ini.

"Alhamdulillah, nak. Terima kasih untuk kesekian kalinya kamu menyelamatkan wajah Abah dan Umi." Abah merengkuh tubuh putri bungsunya, untuk kesekian kalinya putri bungsunya mempertaruhkan harga dirinya, hanya untuk melindungi nama baik keluarganya dari malu.

"Sayang maafkan Umi dan Abah," ucap Umi saat memeluk Pelangi. Putri kecilnya akan menjadi seorang istri.

"Tidak perlu meminta maaf, Umi, Abah. Di sini Pelangi yang berterima kasih pada Abah dan Umi yang sudah membesarkan gadis nakal ini hingga menjadi wanita seperti saat ini. Semua itu karena usaha dan kerja keras Umi dan Abah, sekarang sudah waktunya anak manja membahagiakan Umi dan Abah."

Mereka saling berpelukan dan tidak berapa lama Bu Rosa memberikan sebuah gaun pengantin yang sangat indah dan gaun itu sangat pas di tubuh Pelangi, dengan sentuhan terakhir. Akhirnya selesai pelangi memakai gaun pengantin yang di berikan oleh Bu Rosa. Gaun yang seakan ia siapkan untuk Pelangi, begitu cantik dan elegan meski tidak mengurangi syariat Islam.

"Sayang kamu sangat cantik Mama bersyukur mendapatkan menantu sepertimu, terimalah ini sebagai tanda jika kamu menerima pernikahan ini. Gelang ini adalah gelang keturunan kami, kamu adalah menantu pilihan dan kamu adalah menantu utama kami. Gelang ini adalah gelang turun temurun, dan sekarang gelang ini jatuh di tanganmu, kamu wanita yang istimewa Pelangi."

Rosa memakaikan gelang berlian dengan permata putih di pergelangan tangan Pelangi. Bahagia begitu menyeruak dalam hati saat mengetahui jika Pelangi yang akan menjadi menantunya.

Sejak awal melihat Pelangi, Rosa ingin menjadikan Pelangi menantunya tetapi saat ia tahu jika wanita yang akan menjadi menantunya adalah Intan dan dia telah menyetujui hal itu. Kini Allah telah mengabulkan doanya, mengiriminya wanita shalihah untuk menjadi pendamping putranya.

"Terima kasih ibu," ucap Pelangi lirih menyambut pelukan dari calon ibu mertuanya.

Setelah kepergian sang calon ibu mertua Pelangi memandang wajahnya di depan cermin, kini dirinya akan menyandang status sebagai seorang istri dari laki-laki tidak pernah dia lihat sebelumnya. Laki-laki yang seharusnya menjadi kakak iparnya kini akan menjadi suaminya. Sayangnya baik Pelangi atau keluarga Wiratama tidak ada yang tahu bahwa Pelangi adalah gadis yang sudah di ta'aruf oleh Rizky putra bungsu mereka.

Pelangi duduk di pinggir tempat tidur gaun pengantin yang di bawa oleh ibu dari calon suaminya yang memberikan padanya, gaun pengantin yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Pernikahan yang dia impikan dengan seorang pria yang bernama Rizky kini lenyap sudah, berganti dengan pengantin pria yang berbeda.

"Inikah jawaban doa yang aku panjatkan? Seorang pria yang lain menjadi suamiku? Pria yang wajahnya melintas di setiap doa malam 'ku? Ya Allah ini adalah takdir yang engkau gariskan untukku. Aku ikhlas demi baktiku sebagai seorang anak." Gumam Pelangi begitu lirih sampai tidak terdengar oleh mereka yang ada di kamarnya.

Umi yang kini menemaninya tak lepas menggenggam tangannya. Terdengar suara Abah yang tegas menyebut namanya di susul dengan suara seorang pria yang tak kalah tegasnya dengan Abah hingga terdengar suara "Sah" membuat Pelangi meneteskan air matanya, statusnya sudah berubah menjadi seorang istri.

"Sayang maafkan, Umi." Umi Hasna memeluk tubuh putrinya. Melihat air mata mengalir dari kelopak mata teduh Pelangi menghancurkan hatinya terdalam.

"Sudah Umi, tidak ada yang perlu minta maaf. Di sini putri cantik Umi bahagia,"

"Katakan sekali lagi pada Umi, jika kamu bahagia sayang."

"Umi, aku bahagia, sangat bahagia dengan siapa pun aku menikah. Bukankah itu sama saja? Allah kirimkan jodoh yang lain,"

Mereka kembali saling berpelukan hingga seseorang ikut memeluk mereka. Betapa beruntungnya Abah memiliki putri seperti Pelangi.

"Maafkan Abah sayang,"

"Tidak ada yang salah disini Abah, kenapa harus minta maaf? Aku bahagia jika Abah dan Umi bahagia jadi jangan menyalahkan diri Abah dan Umi."

"Sangat beruntung pria yang menikah denganmu sayang, kamu wanita impian banyak, lelaki." Ungkap Abah di balik tangis dan tawanya bersamaan.

"Sstt, Abah jangan bicara seperti itu aku sudah bersuami sekarang. Jangan sampai ada air mata setelah aku menikah, Abah," ujar Pelangi tersenyum penuh kebahagiaan.

"Baiklah ayo kita, keluar!"

Abah dan Umi mengapit putri bungsu mereka menuju pengantin pria yang telah menjadi suaminya. Semua orang memandang takjub dengan penampilan seorang Pelangi. Langit tanpa sadar menatap wajah Pelangi yang sangat cantik wajahnya benar-benar memancarkan cahaya, bibirnya tertarik keatas. Untuk pertama kalinya Langit melihat wajah cantik nan bercahaya seperti wajah wanita yang kini telah menjadi istrinya.

Langit terkejut sentuhan ibunya menyadarkan diri tengah mengagumi Pelangi, yang ternyata sudah berada di depannya.

"Nak Langit, silahkan pasangkan cincin di jari manis istrimu. Setelah ini kamu bisa memandang wajahnya dengan puas."

"Mama–"

Langit memasangkan cincin di jari manis Pelangi sesuai instruksi dengan berlahan Langit mengecup kening Pelangi.

Tubuh mereka saling bergetar untuk pertama kalinya Pelangi di sentuh oleh laki-laki, sama halnya dengan Langit setelah putus dengan kekasihnya ia tidak pernah menyentuh wanita mana pun hal ini yang membuat tubuh mereka bergetar sesaat.

Usai serangkaian acara para tamu undangan telah pergi dan sebagian keluarga dari Wiratama kembali kerumah. Kini tinggal keluarga inti tengah duduk di ruang tamu.

Sementara itu Pelangi dan Langit pergi menuju kamar pengantin yang kini berganti dengan kamar Pelangi

saat memasuki kamarnya, semua dekorasi telah terpasang sangat indah bahkan semua warnanya adalah warna yang ia sukai. Pelangi menatap takjub namun, ada sesuatu yang sulit untuk ia ungkapkan kamar yang tadinya private kini ada sosok laki-laki yang akan dengan mudah masuk kedalam.

'Teh Intan, kenapa harus kabur? Apa yang terjadi dengan teteh sampai mengambil keputusan seperti ini tanpa memikirkan perasaan Abah dan Umi, kenapa harus aku, teh. Kenapa?' ucap Pelangi dalam hati.

Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya kenapa sampai saudarinya kabur di hari pernikahan.

Memindai seluruh kamar pengantin yang seharusnya ada di sebelah kamarnya kini berganti di kamarnya. Tidak jauh dari Pelangi, Langit memandang kamar milik wanita yang kini sah menjadi istrinya begitu rapih itulah nilai pertama pada kamar Pelangi. Keheningan terjadi di antara mereka yang saling memandang, tidak ada yang memulai untuk bicara hingga tanpa sadar mereka saling menyapa.

"Mas,"

"Dek," ucap keduanya tanpa sadar.

Mereka saling memanggil, pandangan mereka beradu membuat Pelangi dengan cepat memalingkan wajahnya kearah lain.

"Mas, dulu."

"Kamu dulu," lagi-lagi mereka saling berbarengan mengucap kata yang semakin membuat mereka canggung.

"Baiklah, sekarang katakan ada apa?"

Langit memandang wajah Pelangi bak bidadari sungguh sangat cantik nan indah di pandang.

"Hum, silahkan mas Langit jika ingin mandi lebih dulu,"

"Hum,"

Langit menuju kamar mandi yang berada di kamar Pelangi. Tidak kalah bersih dan rapi dari kamar tidurnya, hal yang membuat Langit kembali menarik sudut bibirnya keatas. Itulah nilai Langit untuk Pelangi saat kakinya melangkah ke kamar mandi yang tercium bau harum. Tidak membutuhkan waktu yang lama Langit keluar dari kamar mandi, melihat Pelangi yang tengah membuka kancing baju yang tersangkut dengan kerudungnya.

Tanpa di minta oleh Pelangi berlahan Langit berjalan mendekati wanita di depannya membantu melepaskannya.

"Terima kasih, mas." Lirih Pelangi.

"Hum, mandilah setelah itu kita salat berjamaah."

"Ya, mas."

Pelangi melangkah ke kamar mandi namun kakinya terhenti saat suara benda jatuh di belakangnya.

Braaakkkk!!

"Pelangi bisa kamu jelaskan, ini?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status