Suara Langit menghentikan langkah Pelangi walau Langit membencinya tetap saja sebagai seorang istri Pelangi tidak mengabaikan panggilan suaminya.
Meski hatinya sakit saat sang suami memanggilnya dengan sebutan wanita penipu baginya itu lebih baik, setidaknya ada suara yang memanggil dirinya."Mas apa kamu membutuhkan, sesuatu?" lirih Pelangi sedetik kemudian ia tersadar jika Langit hanya bergumam.Suara erangan Langit kembali terdengar kali ini Pelangi memberanikan diri menyentuh dahi Langit yang berkeringat alangkah terkejutnya tubuh Langit yang panas tinggi.Dengan kesabaran Pelangi merawat Langit yang demam berulang kali Pelangi mengganti air untuk mengompres kening Langit hingga pagi menjelang. Tubuhnya yang lelah dan rasa kantuk yang menyiksanya tanpa sadar Pelangi tertidur, lengan kanannya sebagai bantal tangan kirinya berada di atas kening Langit.Pukul enam pagi langit yang merasakan berat di keningnya berusaha untuk merabanya namun ia urungkan berganti dengan tatapan yang membuatnya terkejut. Pelangi tertidur dengan posisi yang tidak nyaman dan tangan lainya yang menjaga handuk kecil yang menempel diatas dahinya.'Pelangi sampai kapan kamu bertahan dengan pria seperti ku? Bahkan aku sendiri sudah membentengi hatiku untuk tidak peduli padamu. Apa yang kamu lakukan tidak merubah apapun. Aku akan tetap membencimu dan kamu tahu itu. Maafkan aku Pelangi maaf,' ucapnya dalam hati.Walau tidak tega melihat Pelangi namun hatinya menolak dengan keras. Sekuat apapun ia coba untuk peduli tetap saja jauh di lubuk hatinya begitu benci pada wanita yang berstatus sebagai istrinya. Langit telah menggariskan pernikahan neraka untuk Pelangi, wanita penipu seperti dia tidak pantas mendapatkan cinta darinya tetapi kebencian yang pantas itu yang di di terapkan oleh Langit.Gerakan Pelangi membuat Langit menutup matanya tidak di pungkiri bahwa Pelangi memiliki paras yang begitu cantik bahkan Langit terpesona saat pandangan pertama lagi-lagi hal itu di kubur sedalam mungkin agar hatinya tidak lagi terluka untuk sekian kalinya. Terlebih mengetahui jika Pelangi telah di ta'aruf oleh pria lain dan akan menikah. Pesona yang berhasil menghadirkan benih cinta kini harus kandas dan hilang ketika ia tahu jika Pelangi adalah wanita pengganti sebagai istrinya."Alhamdulillah, panasnya turun." Ucapnya mengambil handuk dan wadah kecil, membawanya keluar dari kamar Langit sebelum pria yang berbaring dengan mata terpejam melihatnya di dalam kamar.Pelangi dengan cekatan membuatkan bubur ayam dan teh hangat untuk Langit, setelah siap membawanya kedalam kamar."Maaf mas, aku tahu kamu tidak akan menyukai hal ini. Tapi untuk kali ini biarkan aku berada di dalam kamar, untuk saat ini biarkan aku melakukan tugasku sebagai seorang istri untuk melayani mu. Setelah ini, silakan jika kamu akan memarahiku, akan aku terima tapi setidaknya makanlah bubur ini agar perut mas Langit nyaman." Ucapnya tanpa memandang Langit yang terbaring lemah meski ia tahu jika Langit menatapnya."Jangan lupa untuk dimakan, mas." Lanjutnya sebelum keluar dari kamar."Tunggu!" Langit menatap wajah lelah pelangi garis hitam di bawah matanya adalah bukti jika semalaman Pelangi menunggunya sebelum ketiduran."Mas Langit menginginkan sesuatu?" Pelangi mendekati Langit. Sesat senyum indahnya menghiasi wajahnya yang cantik."Terima kasih." Ujar Langit tanpa menoleh kearah Pelangi."Untuk apa berterima kasih padaku, mas? Ini adalah kewajiban seorang wanita yang kini berstatus sebagai istri. Jangan mengatakan terima kasih sebab –" ucapan Pelangi terhenti saat suara Langit terdengar lembut namun, sarat makna."Obati luka di kening kamu. Jangan lupa makan, aku tidak mau kamu sakit. Agar tidak sulit untukku menyakitimu. Satu lagi jangan kamu pikir aku sudah luluh dengan kebaikan yang kamu berikan ini padaku, aku tidak akan mengubah apa pun. Kau tetap wanita yang akan kekal dalam hatiku dengan kebencian, bukan dengan cinta." Ujar Langit lirih penuh penekanan."Jangan senang dulu. Aku makan bubur ini bukan berarti aku menyukainya, tapi aku hanya ingin menghargai kamu yang sudah membuatnya." Lanjutnya menyambar mangkuk berisi bubur."Ya, mas. Aku mengerti. Sangat mengerti dengan posisi ku di rumah ini. Kamu jangan khawatir, tapi ijinkan aku melakukan untuk melayani mu sebagai seorang istri. Sebab aku ingin keridhoan Allah." Sahut Pelangi dengan lembut ."Terserah. Aku tidak peduli dengan semua ya v kamu lakukan, aku tidak ingin kamu melanggar aturan yang sudah aku buat. Sekarang kamu sudah tau kenapa tidak keluar? Cepat bisa-bisa kamarku tercemari oleh tangan kotor, kamu!" sentak Langit tidak peduli dengan wajah sendu di balik senyum indah Pelangi.***Satu bulan setelah kejadian malam itu Langit kembali dengan sikapnya yang dingin dan tidak peduli akan kehadiran Pelangi. Uang belanja bulanan yang dia dapatkan selalu ia sisihkan untuk kebutuhan yang lain selain kebutuhan dapur.Selama satu bulan Pelangi yang tidak keluar dari apartemen membuatnya jenuh walau Umi dan Abah selalu menghubunginya sekedar berbagi kabar."Mas Langit, aku–" Pelangi mendekati Langit yang berdiri tidak jauh darinya."Ada apa? Uang yang aku kasih kurang?" tanya Langit, tetap fokus dengan benda pipih di tangannya. Tidak peduli Pelangi berdiri tidak jauh darinya."Em, tidak mas. Maaf aku cuma ingi. menawarkan kopi apakah –" Langit menatap wajah Pelangi yang tertunduk."Aku tidak sudi menyentuh atau pun makan dari tanganmu. Terlebih kopi, atau jangan-jangan kamu ingin membunuhku dengan kamu memberikan racun ke dalam kopi, iya?""Astaghfirullah, mas. Apakah aku begitu seburuk itu di matamu, mas?""Siapa tau, keluarga kamu penuh tipu daya. Jangan lupa itu!" jawab Langit tak acuh.Pelangi berlalu dari hadapan Langit, menjauh adalah hal yang paling aman untuknya agar hati tidak lagi sakit mendengar penuturan sang suami yang semakin menjadi. Berharap sang Haliq menambahkan kesabaran yang terus di uji."Pelangi!""Ya mas, apa ada sesuatu yang mas Langit, butuhkan?" tanya Pelangi, nada suara yang tetap sama tidak ada berubah membuat Langit mengerutkan keningnya."Tidak. Aku cuma mau bilang sore kita ke rumah Mama." Langit mengalihkan pandangan matanya usai mengatakan hal yang sejak berapa hari ia sembunyikan dari Pelangi."Baik mas,"Sore harinya sesuai permintaan Langit, Pelangi bersiap untuk pertama kalinya berkunjung ke rumah orang tua Langit sejak ia menjadi istrinya.Pelangi mengikuti langkah Langit yang panjang tanpa berniat untuk melangkah di sampingnya. Berusaha untuk tidak membuat Langit marah atas apa yang akan ia lakukan sehingga membiarkan langit mendahuluinya."Duduk di depan! Aku tidak mau kalau Mama lihat kamu keluar dari belakang." ujarnya tanpa memperhatikan Pelangi duduk di samping.Pelangi mengangguk dan berpindah di kursi depan tepat di samping Langit yang begitu acuh padanya.Perjalanan yang membutuhkan waktu kurang dari satu jam diisi dengan kebisuan Langit yang enggan untuk memulai pembicaraan namun, ia ingin meminta Pelangi untuk Titin membeli kue kesukaan ibunya.Tidak jauh berbeda dengan Pelangi yang sebenarnya ingin meminta pada Langit untuk berhenti di salah satu toko kue."Bersikap selayaknya istri saat di rumah orang tuaku. Jaga sikapmu, aku tidak akan membiarkan kamu mendekati mereka. Tidak perlu mencari simpati orang tuaku, seolah kamu adalah istri yang aku harapkan! Sampai kapan pun kamu hanyalah wanita yang penipu. Sekali penipu tetap penipu."Sosok pria yang diam-diam memperhatikan dua sejoli tengah berbahagia, setelah di karuniai seorang anak yang begitu tampan dan putri yang cantik kini gelar sarjana untuk kedua kalinya telah didapatkan. Sukses dalam rumah tangga, mendidik anak-anak dan menjaga keromantisan dengan sang suami telah ia pertahankan. Selain itu sifat dan kerja kerasnya semakin terlihat dengan jelas, ada rasa sesak di ujung sana tetapi semua telah berakhir. Berusaha melupakan dan memilih untuk mencari pendamping tetapi semua telah tertutup hatinya hanya ada satu nama dan itu selamanya."Menikahlah dengan wanita lain yang bisa membuatmu jatuh cinta. Walau hal itu mustahil tapi lakukan demi Mama." "M–ma," Rizky terkejut dengan kehadiran Ibunya yang tiba-tiba ada di sampingnya.Pria yang sejak tadi memperhatikan Langit dan Pelangi adalah Rizky pria yang sampai detik ini masih menyimpan rasa pada Pelangi meski hal itu tidak benar tetapi Rizky tidak bisa menolaknya. Menepis? Berulang kali di lakukan namun nama i
Kebahagiaan kini di rasakan oleh keluarga besar Wiratama dan juga keluarga besar di pesantren dan panti. Terlebih Umi Rahayu dan Abah Yusuf. Setelah berapa jam mereka dalam keadaan cemas dan rasa takut akan sesuatu terjadi pada Pelangi."Alhamdulillah, sayang kamu baik-baik saja. Mas takut sesuatu terjadi sama kamu, bagaimana hidup mas dan anak kita jika—""Mas bicara apa, hem? Ada Allah yang akan menjagaku dan keluarga kita. Mas, kamu sudah adzani anak kita?" tanya Pelangi. Berharap sang suami belum melakukannya tidak di pungkiri dirinya ingin melihatnya momen sang suami untuk pertama kalinya melantunkan adzan di telinga sang anak."Astaghfirullahaladzim, mas lupa dek. Maafkan mas ya, terlalu memikirkan kamu sampai abai dengan anak kita," "Ya mas, tak apa. Aku tahu posisi mas Langit,* lirihnya mengecup kening Langit. Sontak membuat pria itu seketika terdiam melihat aksi sang istri."Jangan nakal dek, kamu tahu mas harus puasa selama 40 hari? Dan kamu sekarang menguji puasa mas," uca
Setelah malam itu pembicaraan yang membuat dirinya kembali tenang. Sang ayah memberikan wejangan padanya jika semua akan baik-baik saja. Anak dan istrinya pasti bisa melewati semua dengan tenang."Den mau berangkat sekarang? Apa tidak sebaiknya menunggu Nyonya sama neng Pelangi?" Mbok Sri meletakan kopi yang di inginkan oleh Langit.Duduk tidak jauh dari anak asuhnya yang sangat ia sayanginya."Ya sudah mbok, aku tunggu di rumah saja. Tapi kenapa aku gelisah ya Mbok? Apa sesuatu terjadi pada mereka? Mbok tau kan mereka perempuan semua." Ujar Langit gelisah."Insya Allah mereka baik-baik saja den. Ada nyonya sama Erna, mereka pasti bisa menjaga neng Pelangi," Langit mengangguk membenarkan apa yang dikatakan oleh Mbok Sri. Meski hatinya terus merasakan sebaliknya.Setelah kepergian Mbok Sri ke dapur tak berselang lama sang adik pun datang sama halnya dengan mbok Sri, Rizky pun meyakinkan dirinya bahwa Pelangi akan baik-baik saja bersama dengan ibu mereka."Abang tau, tapi entah kenapa
Kehamilan Pelangi yang semakin membesar tidak menghalangi langkahnya untuk tetap menuntut ilmu di universitas milik suaminya. Meski sikap teman-temannya canggung padanya tetapi Pelangi tetaplah Pelangi yang rendah hati ia merangkul semua temannya tanpa terkecuali laki-laki.Baginya yang terjadi berapa bukan yang lalu hanyalah sebuah kesalahanpahaman di antara mereka karena ulah seseorang yang ingin menjatuhkan dirinya. Kini hubungan Pelangi dengan yang semakin membaik.Berbeda dengan sahabat wanitanya, Evan pria yang pernah mengutarakan isi hatinya kini memilih untuk keluar dari kampus setelah terbukti jika dirinya adalah salah satu pria yang pernah singgah dalam kamar Amara. Bukan cinta yang di rasakan oleh Evan melainkan kebutuhan dan keinginan Amara yang menggebu padanya. Hatinya pada amara berbeda dengan isi hatinya lada Pelangi. Cintanya pada istri pemilik kampus tempatnya mencari ilmu memaksakan dirinya untuk pergi melanjutkan studinya di luar negeri dan mengubur cintanya pada P
"Mah, Pelangi tidak apa-apa. Hanya ketiduran terlalu lelah terlebih sekarang—" Langit menatap keluarganya yang kini berada di dalam kamarnya."Kita bicarakan di luar saja, jangan sampai kalian mengejutkan istriku yang istirahat," lanjutnya setelah terdiam sesaat.Dengan perasaan yang diliputi rasa penasaran Mereka pun akhirnya mengikuti perkataan Langit keluar tanpa ada suara kini setelah sampai di ruang keluarga. Rosa orang pertama yang mendesak Langit untuk mengatakan yang sebenarnya."Bisa sekarang kamu katakan pada Mama, Lang? Sebenarnya ada apa dengan menantu Mama? Jangan bikin Mama cemas terlebih kondisi Pelangi yang saat ini terlihat begitu lemah," "Mama istriku tidak lemah dia hanya kelelahan apa Mama tidak perhatikan bagaimana wajahnya sekarang lebih chubby?" ujarnya tersenyum mengembang.Sontak Mereka pun mengangguk membenarkan perkataan Langit."Lantas apa masalahnya?" Gustav akhirnya bersuara memperhatikan Langit yang begitu tenang namun terlihat bahwa wajahnya begitu bah
Berapa bulan kemudian kehidupan Pelangi semakin berwarna dengan keluarga dan sahabat yang selalu berada di dekatnya. Langit yang selalu memberikan cinta dan kejutan untuknya sontak berhasil menghadirkan rasa yang semakin meluluhkan hatinya.Hidupnya seakan dejavu dengan impiannya yang dulu sebelum menikah dengan Langit. Impian bahagia dengan keluarga yang harmonis dan suara tawa anak-anak mereka menghiasi rumahnya.Namun sepertinya Allah belum mempercayakan rahimnya terisi seperti keinginannya."Sayang, kamu yakin mau makan lagi? Maaf bukan mas gak suka, tapi kamu bakalan nyaman nantinya?" Langit melihat ekspresi wajah istrinya yang terlihat begitu lahap menikmati crepes yang baru di beli olehnya. Pelangi tidak terganggu dengan ucapan Langit yang tidak hentinya menggodanya. Baginya saat ini menikmati aneka rasa crepes adalah keharusan."Mas—" lirihnya, hanya melirik suaminya dan kembali melanjutkan makannya."Y–ya, sayang, kamu nikmati saja ya? Kalau kurang nanti mas pesen lagi," ucap
Terkejut? Tentu, dengan keberanian yang di miliki Amara meminta dirinya untuk menerima suaminya berpoligami. Menjadikan Amara sebagai madu dalam rumah tangganya."Kamu ingin menjadi istri mas Langit?" "Ya, sejak lama aku mencintainya. Aku yakin setelah aku menikah dengan mas Langit semua akan baik-baik saja. Orang tuaku akan di bebaskan meski bukan mereka yang salah tapi aku yang merubah semuanya," ucap Amara percaya diri."Kamu tidak merasa bersalah? Sudah menjerumuskan orang tuamu hanya untuk kepentingan pribadi?" Pelangi mengulas senyum tipis begitu tipis hingga Amara tidak melihatnya."Mereka tidak akan sakit hati dan apa yang sudah aku lakukan. Jujur sebaliknya mereka sangat mendukung semua yang aku inginkan termasuk berbicara denganmu meminta supaya aku menjadi istri mas Langit. Bukankah aku sudah berbaik hati padamu? Menerima kamu sebagai kakak maduku dan menerima kamu sebagai istri pertama dan aku istri kedua? Setidaknya kamu memikirkan perasaan aku, sebagai wanita apakah kam
Suasana pagi yang teramat indah nan sejuk dengan gerimis yang mengguyur sejak dini hari tak menghalangi wanita cantik bergamis nude dengan warna khimar senada. Menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga kecilnya dan menyambut kedatangan adik dan adik iparnya yang tak lain Eris sahabatnya."Mas, perhatikan kamu sibuk sejak pagi sayang, kamu enggak ada kuliah, hari ini?" Langit mengecup pucuk kepala Pelangi yang tertutup Khimar wajahnya begitu cantik dan berseri. Sejak malam itu Langit semakin mengagumi keindahan yang selama ini tertutup dengan pakaian dan kerudung yang besar."Apa yang sibuk mas? Aku cuma bikin sroto ayam, cuaca dingin begini lebih cocok makan yang anget-anget. Lagi pula Arman sama Eris mau kesini, mereka sudah pulang abis bulan madu. Oh, ya mas aku kuliah siang. Nanti kamu enggak usah antar aku ke kampus ya, biar aku berangkat sama sopir," ucapnya lembut. Langit tahu ada kecanggungan di setiap kata yang keluar dari bibir wanita yang ia cintai. Namun semua adalah perminta
"Anda jangan bercanda pak Langit. Mana mungkin wanita kampungan itu istri anda? Jika anda ingin marah pada saya silahkan, tapi saya tahu jika anda adalah –" Damar menepis semua kata yang akan keluar dari bibirnya. Menampik jika Langit adalah suami dari wanita yang kini tengah di permalukan olehnya."Apa aku terlihat sedang bercanda? Bukankah sejak tadi Anang sudah memintamu untuk berfikir lebih dulu? Dan menghubungiku?" Langit geram melihat tingkah Damar. Sang ayah pernah melarangnya untuk tidak memberikan jabatan tinggi pada Damar dengan alasan yang tidak masuk akal. Tetapi kini Langit tahu apa yang menyebabkan ayahnya tidak menyetujui jika Damar yang menjabat sebagai rektor universitas miliknya.Langit memerintahkan orangnya untuk memperlihatkan bukti yang sebenarnya jika video syur itu hanyalah editan. Namun yang membuat mereka terkejut adalah kata-kata yang keluar dari bibir wanita yang berparas cantik yang tidak lain adalah Pelangi istrinya."Jangan di putar videonya. Siapapun pe