CTAR!!!
Suara petir membuyarkan lamunan Dira. Dira mendongak, melihat langit malam yang tiba-tiba muram. Apa alam berpihak padanya kali ini dan sedang marah pada para penghujat itu?
Dira menarik napas panjang, mengenakan seat belt-nya kemudian dengan perlahan melajukan mobil meninggalkan lokasi tersebut.
Suara rintik hujan menemani perjalanan pulang Dira. Harusnya ia sudah lebih tenang, tapi kembali suara-suara itu memenuhi otaknya lagi.
“Dira pembunuh!! Dira pembunuh!! Dira pembunuh!!”
Dira berusaha mengabaikannya, tapi trauma itu belum sembuh. Ia tidak bisa melepaskan rasa bersalah ini. Ia tidak bisa membisukan suara di kepalanya.
“Enggak!! Aku bukan pembunuh. Aku gak bunuh Disa. Aku gak bunuh Mama. ENGGAK!!!”
Berulang kali Dira menggeleng, memejamkan mata berusaha dengan keras mengabaikan semuanya. Namun, suara itu bagai gema yang tiada henti di otaknya.
Ia berusaha fokus mengemudi, tapi suara itu ter
Entah berapa lama Dira terlelap, yang pasti kini matanya sudah mulai terbuka usai mendengar suara alarm ponsel yang terus berdering.Samar-samar, Dira melihat sosok tampan yang berada sangat dekat dengannya sedang terlelap. Dira mengerjapkan mata, kemudian langsung membuka mata dengan lebar dan melihat ke sampingnya.“Mas Alif … ,” batin Dira.Ia ingat jika semalam tidur lebih dulu. Ia pikir Alif tidak akan tidur di kamar ini, tapi nyatanya kini mereka tidur sekamar. Berada di satu kasur yang sama pula.“Aduh … bego. Kenapa semalam aku gak tidur di sofa saja.”Dira sibuk bermonolog dalam hati sambil mengernyitkan mata. Perlahan ia mengolah napas sambil menenangkan diri. Interaksi intim mereka di lorong kamar hotel semalam saja belum bisa dilupakan Dira, kini ditambah harus tidur seranjang lagi dengan Alif.Tatapan Dira turun dan melihat pria tampan itu sedang memeluknya erat, bahkan tangannya dengan seng
Rayhan membeku di dalam lift saat melihat pemandangan di depannya. Padahal sesaat tadi ia sangat khawatir pada Dira dan Alif. Itu juga sebabnya ia segera mencari tahu keberadaan kamar mereka berdua untuk menjelaskan semuanya.Namun, nyatanya Rayhan malah melihat interaksi intim yang melegakan hatinya.“Syukurlah kalau kalian baik-baik saja,” batin Rayhan.Ia langsung menekan tombol dan membuat pintu lift tertutup. Rasanya tidak masalah jika ia pergi setelah ini. Masih banyak kesibukan yang harus ia lakukan.Rayhan menghela napas panjang dengan sebuah senyuman yang terukir manis di wajahnya.Entah berapa lama Alif dan Dira saling berbagi saliva, yang pasti kini Alif sudah mengurai pagutannya. Ia terdiam, mundur teratur dan dengan perlahan melepas rengkuhannya pada pinggul Dira.Ia sendiri tidak mengerti mengapa tiba-tiba melakukan ini. Alif masih terdiam melihat wanita cantik yang sedang menunduk di depannya. Alif melihat bahu ist
“Rayhan!! Aku pikir kamu gak datang.”Suara Dani dan Rendy berbarengan menyambut Rayhan. Rayhan hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Kamu sudah bertemu Alif?” tanya Dani.Rayhan mengangguk. “Iya, barusan.”“Kalian tidak bertengkar, kan?” Kini Rendy yang menyahut.Sontak Rayhan terkejut dan menatap kedua temannya dengan alis mengernyit. Memangnya berapa lama ia tidak bertemu temannya hingga semuanya bersikap aneh begitu dia datang. Apa kesibukannya sebagai dokter telah menyita waktu bermainnya selama ini dan ketinggalan informasi?“Bertengkar?” ulang Rayhan, “tidak. Aku tidak bertengkar. Memangnya kalian pikir aku berantem dengan Alif tadi?”Dani mengangguk. “Iya, wajah kalian berdua terlihat tegang dilihat dari jauh tadi. Itu sebabnya kami segera ke sini. Siapa tahu kalian bakal adu jotos dan kami siap melerainya.”Rayhan menarik napas
“Hai, Ray!!!” sapa Alif.Pria tampan itu langsung berdiri di depan Rayhan bersebelahan dengan Dira. Rayhan tampak terkejut melihat kehadiran Alif, apalagi Dira.Dira yang tadinya tertawa lepas sontak mengatupkan bibirnya dan terdiam. Rayhan memperhatikan reaksi Dira, kemudian melirik Alif.“Gimana kabarmu, Lif?”Rayhan bertanya dengan senyum lebar berusaha mencairkan suasana.Alif menghela napas sambil mengangguk. “Seperti yang kamu lihat.”Alif berkata dengan dingin seperti biasanya. Rayhan hanya tersenyum sambil mengangguk. Ia sudah berteman lama dengan Alif dan tahu jika ada yang sedang tidak baik-baik saja dengan sahabatnya.Melihat keadaan yang tegang, membuat Dira membuka suara.“Eng … aku … aku ambil minum dulu, ya!!”Alif menoleh ke arahnya dan sudah bersiap membuka mulut, tapi Dira sudah keburu pergi. Tentu saja Alif kesal dibuatnya dan sekali lagi Ra
“Alif, Dira!! Terima kasih atas kedatangannya,” seru David dengan penuh suka cita.Alif hanya tersenyum, menjabat tangan David sambil memeluknya. Kemudian berganti Dira yang menjabat tangan David juga istrinya.“Aku pikir kamu gak akan datang, Lif. Biasanya kamu selalu sibuk, kan.” David menambahkan kalimatnya.Alif tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Khusus untuk temanku, aku pasti datang.”David tertawa sambil menganggukkan kepala.“Terima kasih untuk hadiahnya, ya. Kamu tahu aja kalau istriku ingin ke Labuan Bajo.”Sontak Dira yang berdiri di samping Alif tampak terkejut, tapi dia berusaha bersikap biasa. Rasanya ia pernah mendengar tentang tempat wisata ini. Bukankah Alif memesan paket honeymoon di sana.“Iya. Sudah kamu pakai, belum?” tanya Alif.“Sepertinya akhir pekan ini akan aku pakai. Sekali lagi terima kasih, ya.”Alif hanya man
Entah berapa lama Dira terlelap, yang pasti saat ia membuka mata. Dira terkejut setengah mati. Ia melihat sedang tertidur di atas pangkuan Alif, sementara suami gantengnya tampak memejamkan mata sambil menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi.Tanpa suara Dira bangun dari tidurnya, kemudian menggeser duduknya hingga berada di sudut kursi. Saat naik tadi, Dira lupa tidak mengenakan seat belt. Itu sebabnya ia jadi bergeser ke tempat Alif saat terlelap.“Ibu sudah bangun?”Sapaan Firman dari bangku kemudi mengejutkan Dira. Dira melihat ke arahnya kemudian mengangguk.“Eng … apa aku tidur cukup lama tadi?”Dira bertanya sambil melihat Alif yang sedang terlelap dengan sudut matanya. Ia sengaja berkata lirih, takut jika pria tampan di sampingnya ini terbangun.“Lumayan, Bu.”Tentu saja jawaban Firman membuat hati Dira mencelos. Padahal dia berusaha sebisa mungkin tidak mencari masalah dengan Alif,