Serly kembali duduk dia menatap sambil menghela napas, berbeda dengan Mona dia merasa panik dan cemas saat menatapnya.“Apa yang kamu katakan? Aku tidak mengerti!” Ucap Serly menyangkal. “Saya mau bicara denganmu, ikutlah.” Mona langsung menarik pergelangan tangan Serly, ia membawanya ke arah taman belakang membuat Serly sangat khawatir. “Serly, aku memang bukan orang yang mengenalmu lebih dekat, akan tetapi aku sangat tahu bahwa kau menyembunyikan sesuatu dari kita semua.” Ucap Mona menatap penuh harap. Mona yakin Serly ada sesuatu hal yang di sembunyikan dari mereka, sehingga dia menutupinya dengan rapat-rapat supaya orang di sekitarnya tidak mencurigainya. “Apa yang kamu katakan, Mon. Saya tidak mengerti.” Ucapnya kembali menyela lagi.Mona menghembuskan napas berat kemudian dia langsung mencekal tangannya dan menatap penuh. “Jujurlah, aku yakin kamu menyembunyikan sesuatu dariku. Katakan apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?” Tanya Mona dengan nada lembut menatap dalam.Serl
Pagi telah tiba. Suasana di rumah besar itu tambah hangat di mana semua orang di sana telah berkumpul. Serly dan Mona sebagai orang tua tunggal harus tetap bersikap dewasa mereka tidak akan mau ikut campur urusan rumah tangga anak mereka. Terkecuali ada orang yang mengganggu hubungan mereka berdua, keduanya akan melindungi.Di dalam kamar Nadya telah bersiap untuk sarapan bersama, rambut panjangnya berhasil ia keringkan oleh hair drayer supaya cepat kering.Tubuhnya merasa sangat lemas sekali begitu juga ia merasakan pegal dan sakit di bagian bawah miliknya. Nadya menyadari bahwa mereka telah melakukan hubungan suami istri tentu saja tubuhnya akan terasa lebih sakit dari biasanya.“Sekarang kita sarapan di bawah, sekalian aku mau umumkan kepada Mamah bahwa kita harus segera membawa Ghava ke luar negeri.” Ujar Bastian.“Kamu benar, kita harus segera membawanya ke luar negeri, terima kasih kamu sudah mau memaafkan aku dan memulai hidup bar
Pintu kamar terbuka lebar, Bastian segera menutupnya kembali supaya tidak ada yang mengetahuinya bahwa mereka berada di kamar itu. Terdengar desahan yang berirama di kamar itu, suasana hening seketika menjadi ramai oleh suara desahan dari mulut mereka berdua. Suasana kamar pun terdengar suara keintiman mereka, Bastian mulai merebahan tubuh istrinya di atas ranjang. Dia sudah tidak sabar ingin berhubungan dengannya. Hatinya bergejolak kedua jantung mereka berdetak lebih cepat, hembusan napas keduanya terengah setelah itu Bastian segera melepaskan pakaiannya. Kini dia hanya memakai celana pendek, ia mulai menghimpit tubuh istrinya yang sedang tertidur.Nadya mulai memeluknya, mereka berciumam dengan sangat ganas, gairah yang telah lama mereka inginkan akhirnya tercapai sampai puncaknya. Sudah beberapa tahun ini keduanya tidak pernah merasakan hasrat yang menggelora dalam jiwanya. Bastian melepaskan ciumannya kemudian ia mulai membuka pajamas yang Nadya kenakan. Tangan kekar itu men
Di saat mereka tengah saling berhadapan satu sama lain, terdengar suara rintih tangis dari arah kamar. Keduanya langsung masuk ke dalam dan mendapati Ghava terbangun dari tidurnya. Nadya menghampiri kemudian ia duduk di tepi ranjang, Ghava terlihat lemah, bibirnya kering dan kedua matanya terlihat cekung dan menghitam.“Mamih, Papih!” Ucapnya suaranya terdengar lemah tidak berdaya. Nadya berusaha menguatkan diri padahal hatinya sangat hancur berkeping-keping. “Apa sayang, Ghava makan dulu ya nanti minum obat biar cepat sembuh.” Bujuk Nadya.Ghava tidak menjawab dia memejamkan kedua mata kemudian mengangguk, Bastian hanya bisa menatap dengan penuh kesedihan. Dia harus membawa Ghava ke luar negeri untuk menjalani penyembuhan.Nadya langsung beranjak dari tempat tidur, kemudian ia memanggil pembantunya untuk menyiapkan makanan untuk Ghava. Karena putranya harus minum obat, setelah memanggil pembantunya untuk menyiapkan makanan untuk Ghava dia kembali masuk ke dalam kamar.Terlihat Basti
Di sepanjang perjalanan tidak biasanya Bastian diam membisu padahal hari ini mereka beres mengadakan pesta pernikahan.Sesampainya di rumah Bastian langsung mengambil alih Ghava ia memeluknya ke dalam dekapan membawanya masuk ke kamar. Batinnya mengatakan bahwa Nadya tidak membohonginya karena wajah mereka begitu mirip sekali.“Sore ini jadwal Ghava minum obat, akan tetapi dia masih tidur, aku tidak tega membangunkannya.” Ucap Nadya di mana ia masih menggunakan gaun pengantin. Sementara Bastian dia langsung menidurkan Ghava secara perlahan ke atas tempat tidur, Nadya duduk di sebelahnya sambil terus tersenyum.“Sayang, aku mau bicara denganmu.” Ucap Bastian.“Boleh, duduklah, kamu mau bicara apa?” Tanya Nadya.Bastian mendadak kepikiran perkataan yang keluar dari mulut Dita di mana dia harus tes DNA, karena Bastian yakin tindakannya ini tidak akan melukai hatinya.“Sebelumnya aku mau bertanya padamu. Nadya, bolehkah aku tes DNA dengan Ghava, untuk memperkuat hubunganku dengannya, apa
Pada akhirnya Bastian mulai mengatakan yang sebenarnya kepada Serly, sungguh sangat terkejut dan tidak dapat terduga Serly masih tidak percaya. Yang mereka lihat bahkan sudah menganggap anak kecil itu seperti cucunya sendiri ternyata adalah cucu kandungnya. Betapa sangat bahagia Serly setelah mengetahui bahwa Ghava adalah cucu pertama dari putranya.“Jadi, Ghava anak kandungmu?” Tanya Serly dengan suara tinggi raut wajah berbinar menandakan bahwa Serly sangat senang. Akhirnya dia sudah menjadi nenek.Bastian mengangguk lemah, bukan dia tidak senang melainkan sekarang anak kandungnya tengah menderita penyakit keras. Apalagi penyakitnya sangat ganas sekali mudah menyebar membuat hatinya sangat hancur.“Mamah mau bertemu dengannya, kamu sekarang sudah memiliki seorang putra dan akan mendapatkan penerus ahli waris.” Seru Serly.Akhirnya Bastian melihat kabahagiaan yang terukir pada wajah Serly lagi, di mana orang tuanya sangat menginginkan cucu dariny