Share

Bab 5. Sekretaris

Meski memikirkan bahwa pengirim pesan tersebut adalah Bara, tetapi tangan Indah segera bergerak untuk melihat foto profil dari nomor tersebut. Dia ingin memastikannya lagi. Namun, betapa kagetnya, ia saat gambar Bara terpampang jelas di sana.

"Ja-jadi, ini nomor Pak Bara?" gumam Indah lirih.

Meski pelan, ternyata Rosi yang memang mejanya berdekatan dengan Indah, dapat mendengar gumaman Indah barusan.

"Kamu SMS-an sama Pak Bara, Indah?" pekik Rosi dengan keras.

Sontak semua orang yang sejak tadi memperhatikan Indah pun menatapnya menjadi penuh selidik. Bagaimana tidak? Kejadian Bara yang tanpa sengaja menabrak Indah sudah menyebar luas di kalangan para pegawai.

Bahkan, selentingan gosip yang tidak benar sudah sampai di telinga semua orang. Lalu, sekarang mereka mengetahui jika Indah berkirim pesan dengan Bara. Bukankah itu terlalu mencurigakan?

"Ini ... aku—"

"--Indah dipindahkan tugaskan jadi sekretaris pribadi Pak Bara," potong Kepala Administrasi sebelum Indah selesai berbicara. 

Ucapannya sukses membuat telinga Indah semakin gatal karena selentingan tidak sedap semakin kencang. Indah bahkan harus semakin menebalkan telinga agar tidak sakit hati.

"Enggak nyangka ya, kukira cupu ternyata suhu!"

"Iya, bilangnya lagi nunggu cowoknya yang kuliah di luar negeri. Kok malah goda Pak Bara sih?"

"Mungkin cowoknya bohong kali, makanya pindah haluan."

Meski perempuan itu sudah terbiasa digosipkan dan sudah kebal dengan hal seperti itu, tetap saja ada perasaan tak nyaman. Namun, Indah mengendalikan ekspresinya seperti biasa, sehingga karyawan lain semakin berani bertanya.

"Indah, benaran kamu jadi sekretaris Pak Bara?"

Baru saja Indah akan menjawab pertanyaan terakhir, tiba-tiba ponselnya berdering. Saat dilihat, ternyata itu dari Bara. Indah ingin sekali mengabaikan, tetapi dering ponselnya tidak kunjung berhenti. Akhirnya dengan ragu ia mengangkat panggilan telepon tersebut.

"Halo, assalam ...."

"Kenapa enggak dibalas pesan aku?" sela Bara di seberang sana membuat Indah tampak panik dan menjadi tontonan para pegawai lain.

*******

"Kok buru-buru gitu, Dah?" tanya Mega, ibu dari Indah ketika melihat anaknya yang sudah bersiap-siap berangkat kerja. Padahal, hari masih sangat pagi.

Akhir-akhir ini, anaknya tampak aneh. Namun, hari inilah yang terparah. Indah bahkan pergi ke kantor tanpa sarapan sama sekali!

"Iya, Bun. Indah harus ke rumah Pak Bara dulu." Indah menjawab sambil menyematkan peniti pada kerudung.

Mendengar jawaban anaknya, sontak membuat Mega menautkan kedua alisnya. "Loh, kok tumben? Pak Bara itu yang kamu tolong waktu malam-malam itu 'kan?"

"Iya, Bun."

"Terus, ngapain dia minta kamu ke rumahnya?"

"Aku juga enggak tahu, Bun."

Terpampang jelas raut khawatir di wajah Mega. "Aduh, hati-hati, Nak! Kok perasaan bunda jadi enggak enak, ya? Bunda enggak mau terjadi apa-apa sama kamu, Indah."

"Kamu kan dari divisi administrasi? Kok, harus ke rumahnya?" tambah Mega lagi.

Indah tersenyum tipis melihat Mega yang terlihat sangat khawatir. Bahkan, Ibunya itu tak henti bertanya pada Indah.

Ia pun menghampiri Mega lalu memeluk wanita paruh baya yang sudah melahirkannya itu dengan hangat. Mencoba menenangkan Mega meski dirinya sendiri merasakan hal yang sama.

"Bunda enggak usah khawatir. Indah bakal baik-baik aja. Lagi pula, di rumahnya Pak Bara, ada banyak orang, kok." Indah kemudian tersenyum. "Oh, iya! Indah lupa kasih tahu kalau Indah sekarang jadi sekretaris Pak Bara, Bu." 

"Sekretaris?" Ekspresi bingung tampak jelas di wajah Mega. Namun, dia sadar Indah belum mau membahas ini lebih lanjut. Jadi, Mega pun menghela nafas sebelum kembali berkata, "Ya udah, bunda percaya sama kamu. Kamu pasti bisa jaga diri baik-baik,"

Indah ikut tersenyum, tetapi dalam hati dia begitu khawatir dengan masa depannya.

*****

Dengan bermodalkan alamat yang dikirimkan Bara melalui pesan singkat, kini Indah tengah mengendarai motor maticnya dengan kecepatan sedang. Karena berangkat pagi, dia masih memiliki waktu sehingga tidak perlu terburu-buru. 

"Benar enggak ya, ini alamatnya?" gumam Indah begitu menghentikan motor di rumah megah dengan gerbang yang cukup tinggi. Perempuan itu melihat layar ponselnya, memastikan jika alamatnya sudah benar dengan yang tertulis di sana.

Seorang satpam yang menjaga gerbang rumah besar itu bertanya kepada Indah yang tengah dirundung ragu, "Apa ada, Neng?" 

"Ini, Pak. Saya mau ke rumah Pak Bara, apa Bapak tahu rumahnya di mana?"

"Ngapain masih di situ? Ayo masuk!" Suara bariton yang familiar mengagetkan keduanya.

Sontak, Indah dan pak satpam bernama Udin itu segera memberi hormat kepada pria jangkung dengan postur tubuh yang sempurna. "Selamat pagi, Tuan," sapa Pak Udin. 

"Pagi juga," sahut Bara tanpa mengalihkan pandangan dari sosok perempuan bertubuh mungil yang ada di hadapannya. 

"Penyelamat hidup, ayo masuk!"

Udin yang tengah menunduk hormat pun langsung menegakkan kepalanya. Kemudian, menatap Bara dengan wajah bingung saat ia mendengar majikannya memanggil Indah dengan sebutan aneh. Tak jauh berbeda, Indah pun merasa risi sendiri. 

"Ayo!" ajak Bara lagi sambil menarik tangan Indah. Segera Indah menepis tangan besar Bara, tetapi tenaganya kalah dengan tenaga yang dimiliki pria itu.  

"Pak Bara, jangan pegang-pegang seperti ini." Kali ini Indah lebih berani mengutarakan keberatannya. Ia tidak mau jika Bara melakukan hal seenaknya kepada dirinya.

Ucapan Indah langsung membuat Bara menghentikan langkahnya. "Kenapa?"

Jelas Indah yang berjalan sedikit terseret limbung karena tubuhnya tiba-tiba menabrak tubuh tegap Bara. Beruntung Indah bisa menyeimbangkan diri. Sehingga tubuhnya tidak jatuh.  

"Saya merasa risih, Pak." 

"Risih kenapa? Aku melihat orang-orang di ponsel banyak yang pegangan tangan seperti ini, malah ada yang berpelukan." Bara berkata dengan polosnya.

"Mungkin mereka sudah menikah, Pak. Jadi bisa pelukan," ujar Indah sambil menunduk. 

"Kalau begitu, ayo kita menikah!"

Mendengar ajakan Bara seperti mengajaknya bermain membuat Indah dengan refleks mengangkat kepalanya. Ia menatap Bara dengan tidak percaya. "Ma-maksudnya?"

"Aku ingin menikah denganmu!" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status