Bab 6 Hilang Rasa Percaya DiriSeingatnya dulu Sadewa rajin mengaji saat masih tinggal di desa. Ia tidak menduga pergaulan ibu kota yang bebas bisa menjerumuskan Sadewa hingga melanggar norma agama dan norma susila.Setibanya di kamar pembantu. Air matanya berdesakan keluar tanpa sanggup ditahannya lagi. "Aku harus bagaimana? Apa lebih baik aku meminta diceraikan saja. Rasanya aku tidak sanggup bila setiap hari melihat suamiku bermesraan dengan wanita lain," isaknya pilu.Gemi tidak percaya diri untuk bisa bersaing dengan kekasih Sadewa yang memiliki kecantikan nyaris sempurna. Sementara ia hanyalah gadis buruk rupa. Ternyata selera Sadewa tinggi, pikirnya. Pantas saja suaminya enggan untuk menyentuhnya. Mungkin suaminya jijik melihatnya. Gemi mulai berpikir untuk menurunkan berat badannya dan akan melakukan perawatan di wajahnya. Ia bertekad akan mengubah penampilannya.Gemi sadar, ini dunia nyata, bukan negeri dongeng seperti kisah Cinderella. Ia harus berpikir realistis dan logis.
ISTRI PILIHAN IBUBab 7 Kado dari Sahabat "Yur ... sayur ...." Teriakan nyaring tukang sayur keliling menyadarkan Gemi yang tengah melamun sambil menjemur pakaian di halaman belakang rumah. Gadis bertubuh pendek dan gemuk itu segera keluar rumah, melangkah cepat menuju jalanan, lalu mengedarkan pandangan ke kanan dan kiri. Tampak gerobak yang penuh terisi berbagai jenis sayur-mayur itu berhenti di pertigaan jalan dikerumuni oleh beberapa perempuan. Gemi ikut bergabung dan memilih-milih sayuran. Gadis desa itu teringat, Bu Gayatri sering memasakkan sayur lodeh dan ayam bacem setiap kali putra tunggalnya pulang dari merantau di ibu kota. Itu adalah makanan kesukaan Sadewa, suaminya. Gemi memilih-milih belanjaan yang akan diolahnya hari ini. "Mbaknya pembantu baru di rumah Pak Dewa, ya?" tegur seorang wanita muda berambut pendek sekuping, menelisik Gemi dari ujung jilbab hingga ujung kakinya yang beralaskan sandal jepit.Gemi mengangguk sambil menarik kedua ujung bibirnya membentuk
Bab 8 Dibutakan Cinta Baru beberapa hari tinggal di ibu kota, Gemi sudah tidak betah dengan sikap dan perilaku Devita yang bossy, suka memerintah dan merendahkan nya. Karena dibutakan oleh cinta, Gemi menjadi wanita lemah yang tidak berdaya. Ia terlalu mencintai Sadewa. Cinta pertamanya. Meski cintanya bertepuk sebelah tangan.Ia rela menderita, dijadikan pembantu demi bisa melihat dan melayani kebutuhan suaminya setiap hari. Entah sampai kapan ia sanggup bertahan.Tinggal di ibu kota baginya lebih baik daripada tinggal menumpang di rumah Pak Lik-nya yang beranak banyak. Hidup menumpang tentu tidaklah enak.Devita sama sekali enggan mengerjakan pekerjaan rumah. Semuanya dikerjakan oleh Gemi. Setiap hari pekerjaan Devita hanya keluyuran pergi ke salon, nongkrong di kafe dengan teman-temannya. Atau berbelanja di pusat perbelanjaan menghabiskan uang suaminya.Sadewa masih seperti biasa. Cuek dan dingin, enggan menatap Gemi. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bekerja di kantor pe
ISTRI PILIHAN IBU Bab 9 Tak Ada Istri Sempurna"Dev, bangun! Sudah jam tujuh ini. Mas mau berangkat kerja!" Sadewa menepuk-nepuk punggung Devita, istri sirinya. Tidak ada reaksi dan pergerakan dari wanita cantik yang masih meringkuk di bawah selimut.Pria tampan itu lantas melangkah menuju jendela dan menyibak tirai gordennya. Cahaya matahari pagi langsung menerobos masuk melewati kaca jendela. Ruangan kamar berukuran empat kali empat meter itu menjadi terang benderang."Mas ... silau! Tutup gordennya!" seru Devita sambil menutupi wajahnya dengan sebuah bantal. Sadewa yang sudah berpakaian kerja rapi itu menghela napas kasar, mencoba bersabar menghadapi istrinya yang pemalas. Devita selalu bangun kesiangan setiap harinya. Pun ia kerap kali melewatkan sholat Subuh.Semenjak menikah secara siri tiga bulan yang lalu, Devita belum pernah sekalipun bangun pagi untuk menyiapkan semua keperluan suaminya dan juga sarapan, sebelum berangkat kerja. Istrinya begitu pemalas, sering membuat Sad
Bab 10 Sakitnya Diabaikan "Mas Dewa ...!"Panggilan Gemi membuyarkan lamunan Sadewa. "Eh ... iya.""Pak Lik Man sudah tiga hari dirawat di rumah sakit karena penyakit paru-parunya kambuh. Tadi Bulik Nur nelpon aku minta dikirimin uang buat nebus obat. Bolehkah aku meminjam uang Mas Dewa satu juta," mohon Gemi. "Kamu jadi orang jangan terlalu baik, Gemi. Kebaikanmu hanya akan dimanfaatkan orang. Almarhumah Ibu sering cerita, semua gajimu selalu diminta sama Pak Likmu. Kamu harus mikirin diri kamu juga." Sadewa berpikir Gemi yang lugu dan polos selalu tidak menyadari sudah diperalat oleh pamannya sendiri."Pak Lik Man satu-satunya saudara yang kupunya, Mas.""Aku nggak ada uang sekarang. Tunggu tiga hari lagi baru gajian." Setelah menyelesaikan sarapan Sadewa langsung berangkat kerja.Hati Gemi sakit. Ia sedang butuh uang, tetapi suaminya tidak mau membantu. Namun, saat Devita yang meminta uang untuk ke salon, Sadewa dengan mudah memberikannya. Gemi mendengar percakapan Devita dan Sa
ISTRI PILIHAN IBUBab 11 Cantik Hati Saja Tak CukupSetelah Sadewa berangkat kerja, Gemi membereskan meja makan bekas sarapan suaminya. Gelas dan piring kotor dibawa ke dapur lalu segera mencucinya. Gadis bermata sendu itu masih sedih dan kecewa dengan penolakan dari Sadewa. Gemi jadi teringat almarhumah Bu Gayatri--ibunya Sadewa--yang baik hati dan selalu siap menolong siapa pun yang membutuhkan bantuannya. Gemi heran, kenapa anak tunggalnya itu tidak menuruni sifat pemurah dari ibunya. Gemi juga teringat dengan almarhumah Mbah Tum--neneknya--yang begitu perhatian dan menyayanginya. Dua orang baik itu cukup baginya sebagai pengganti ibunya yang tak pernah bisa dipeluknya sejak lahir. Hingga saat ini Gemi masih penasaran ingin mengetahui siapa sosok bapaknya yang sebenarnya. Entah saat ini masih hidup atau sudah meninggal. Andai bertemu di jalan pun Gemi tak akan mengenali bapaknya. Di samping rasa kebencian karena merasa diabaikan dan ditelantarkan bapak kandungnya juga ia menyimpa
Bab 12 Bos Sadewa di Kantor Gemi segera meraih ponsel, menempelkan di telinga kirinya lalu mengucapkan salam. Gemi menautkan kedua alisnya, tidak biasanya suaminya menelepon."Gemi, tolong kamu antarkan berkas yang di ada di map biru!" perintah Sadewa tanpa basa-basi."Map birunya ada di mana, Mas?" tanya Gemi masih bingung dan tidak paham perintah Sadewa."Ada di meja kerja kamar saya. Tolong antarkan sekarang juga! Itu berkas laporan penjualan bulan ini. Saya butuh secepatnya. Ada rapat dadakan dengan manager." Setelah berkata Sadewa main langsung menutup telponnya sebelum Gemi sempat menjawabnya. Begitulah Sadewa baik kepada Gemi hanya saat ada butuhnya saja. Gemi geleng-geleng kepala. Gemi lantas bergegas ke kamar Sadewa dan Devita yang tidak dikunci. Baru sepuluh menit yang lalu, dia selesai membersihkan kamar setelah Devita pergi. Setiap hari istri siri Sadewa itu selalu keluar rumah. Pulang sore hari, tetapi seringnya malam hari. Setiap hari Devita pulang dengan tentengan b
ISTRI PILIHAN IBUBab 13 De JavuBurhanuddin selaku Manager Pemasaran PT Buana Aksara--sebuah penerbit buku berskala nasional-- mengumpulkan timnya di divisi pemasaran untuk rapat secara dadakan. Ada tender bernilai milyaran rupiah terkait pengadaan buku sekolah di salah satu wilayah di daerah Sumatera Selatan, tepatnya di Kota Palembang yang terkenal dengan panganan pempek.Sadewa yang menjabat sebagai Kepala Bagian Pemasaran buku sekolah menjadi kelabakan. Laporan penjualan yang sudah selesai dibuatnya tertinggal di rumah. Padahal semalaman ia sampai belain kerja lembur begadang demi menyelesaikan laporan itu. Akan tetapi, malah tertinggal karena bangun kesiangan dan terburu-buru langsung berangkat kerja.Pukul sembilan pagi Devita biasanya masih molor. Ponselnya pun masih belum aktif. Sadewa tidak tahu Devita tumbenan keluar rumah jam sembilan kurang sepuluh menit. Perempuan kota itu tidak pernah berpamitan setiap keluar rumah Karena berpikir Devita masih tidur, Sadewa langsung me