Share

Menyesal

Kini Alesha berada di dalam kamar mandi, setelah ia bangun saat pagi buta dan diam-diam pergi saat Arsen masih tertidur lelap di sampingnya. Hati Alesha sangat hancur. Ia pun masuk ke dalam bath up dan menyalayakan shower. Ia membiarkan air yang sangat dingin mengguyur sekujur tubuhnya berharap derasnya air shower bisa menumpahkan segala sesaknya dengan menangis.

Alesha memeluk tubuh polosnya.

“Penipu, katanya nggak akan ngelakuin itu. Tapi apa ini?” ucapnya dengan amarah yang sangat menggebu.

Pikiran Alesha sudah terbang ke beberapa hal. Entah bagaimana nasib ia ke depannya setelah ini.

Alesha semakin meringis, “aku kotor, aku kotor,” histerisnya

Sementara itu, Arsen menggeliat dalam tidurnya. Tangannya meraba ke sisi tempat tidur. Seketika Arsen terperanjat saat ingat perbuatan yang ia lakukan semalam. Ia langsung bangun dan mengedarkan pandangan ke segala arah. Tapi Arsen tidak menemukan orang yang di maksud.

Baru mau mencari Alesha, ia mendengar suara air mengalir dari kamar mandi. Disusul suara isak tangis, membuat hati Arsen mencelos.

“Ya ampun,” gumamnya pelan. “Apa yang sudah saya lakukan padanya?” ucapnya berusaha mengingat apa yang terjadi semalam.

Sampai Arsen ingat. Kalau dirinya semalam benar-benar tidak bisa mengendalikan tubuhnya. Arsen jelas mengingat kalau perubahan tubuhnya terjadi setelah ia meminum minuman di kirim ke kamarnya. Tanpa pikir panjang lagi, Arsen mengenakan asal kaos yang ada di lantai dan langsung menghubungi asistennya.

/Pagi tuan ... ada yang bisa saya bantu?/

“Cepat cari pelayan yang mengirim minuman ke kamar saya, semalam!!” titahnya

/Pelayan? Maksud tuan apa ya? biar saya bisa langsung cari tahu./

Arsen menceritakan kronologi yang terjadi. Dengan kekesalan begitu menggebu, ia memerintah asistennya untuk menemukan pelayan itu sekarang juga. Karena ada yang harus di urus sekarang juga dan Arsen nggak mau membiarkan pelayan itu pergi begitu saja setelah membuat dia berada di posisi kayak gini.

***

Tak lama selesai menghubungi asistennya, Arsen mendengar pintu kamar mandi terbuka. Ia menoleh dan melihat Alesha keluar dengan menggunakan gamis dan kerudung yang menutup rambutnya. Seketika rasa sesal menyelimuti hati Arsen saat melihat mata Alesha yang sangat sembab.

“Saya minta maaf—

Alesha tidak menjawab bahkan menoleh sama sekali. Perempuan itu hanya melewati Arsen saja membuat laki-laki itu menghela napas.

“Saya minta maaf, saya tahu kalau saya sudah ingkar dan menipu kamu. Tapi ini diluar kendali saya. Karena saya tidak tahu kenapa tiba-tiba badan saya bisa terangsang seperti semalam. Tapi, sekarang saya sedang mencari tahu apa yang terjadi semalam. Jadi, kamu tenang saja. Masalah ini pasti terungkap kok dalanya. Jadi tunggu saja ya.”

Alesha mengepalkan tangan.

“Pelaku memang bisa ketemu tapi keperawanan aku nggak akan pernah bisa kembali,” ucap Alesha penuh penekanan yang mana membuat Arsen semakin merasa bersalah.

Melihat tak ada niat baik dari Alesha membuat Arsen memilih untuk diam dan memberi Alesha waktu dulu untuk tenang. Akhirnya Arsen memilih masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Menyegarkan otaknya, berusaha untuk menghilangkan rasa bersalah yang mengikat jiwanya.

***

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh siang. Tapi sarapan yang ada di meja sama sekali tak tersentuh. Entah Arsen atau Alesha, keduanya sama-sama enggan untuk mendekati makanan dan melipir sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Terlebih Alesha yang sejak tadi tak berhenti mengucapkan istigfar di dalam hatinya.

“Tidak usah menyesal seperti tadi,” ucap Arsen memecah keheningan. “Mau bagaimana juga, kamu itu istri saya dan tugas istri itu melayani suaminya. Jadi cepa atau lamba saya akan melakukannya. Jadi, tidak usah sok terkejut seperti itu.”

Alesha menatap nyalang dan mendesis, marah.

“Tapi nggak giu awalnya, kamu yang bilang sendiri semalam kalau nggak akan pernah nyentuh saya. Terus apa ini?” sentak Alesha dengan sangat kesal. “Harusnya kamu juga tahu kalau saya dipaksa untuk menikah. Semalam saya masih santai, mengerjakan semua tugas tapi besoknya saya udah ada di sini, tempat yang sama sekali nggak saya ketahui dan yang lebih parahnya saya di nikahkan!” ucapnya penuh penekanan. “Kemudian ... saya di serang fakta, kalau ibu saya menjual anaknya sendiri?”

Ia mengalihkan pandangan ke sembarang arah.

“Saya cuman berharap ada satu orang baik aja di sini yang bisa jelasin ke saya semua ini. Karena sungguh saya nggak paham apa yang terjadi di sini.”

Alesha kembali menangis. Suaranya seolah tercekik menandakan ia benar-benar sangat sakit sama peristiwa ini.

“Saya minta maaf.”

Alesha menggeleng pelan. “Semuanya nggak bisa mengembalikan saya seperti semula.”

“TERUS SAYA HARUS APA!” bentak Arsen tidak tahan. “Memangnya kamu kira, kamu sendiri yang pusing? Saya juga pusing. Saya juga bingung, bukan seperti ini yang saya rencanakan. Saya pusing karena ada penyusup yang berhasil masuk dan memberikan minuman laknat itu. Di sisi lain saya harus menerima amukan kamu. Memangnya saya tidak pusing—

Tok ... Tok ... Tok ...

Arsen mengerang kasar dan langsung membuka pintu.

“Pagi tuan ...”

“Hmm.”

Seseorang berpakaian jas masuk dan menarik paksa laki-laki yang berpakaian cukup rapih. Pria berjas itu melempar orang yang dibawanya hingga terjerambab ke dekat Alesha. Perempuan itu spontan melangkah mundur dan memandang mereka.

“Saya sudah menemukan orang yang di perintah tuan dan dia ini penyusup yang masuk sebagai pelayan hotel dan memberikan minuman kepada kalian. Tapi sejak tadi dia tidak menjawab dan terus diam. Jadi, saya terpaksa membawanya ke sini.”

Arsen mengangguk dan mendatangi laki-laki itu yang masih di lantai tanpa berani menatap ke semua orang di sana. Dengan langkah kecil, Arsen sengaja berjalan memutarinya.

“Jadi ... anda mau mengatakan sendiri atau saya paksa untuk menyebutkan orang yang menyuruh anda melakukan ini.”

Orang itu masih diam.

Arsen menyeringai, ia berjalan mendekati laki-laki itu dan berhanti tepat di depannya. Dengan beringas Arsen mencekik dan menatap langsung pelaku tersebut.

“Sekali lagi saya tanya! Mau jelasin sendiri atau saya paksa!” paksanya lagi. “Oh. Masih mau diam?”

Dengan sengaja Arsen menginjak kakinya dan diputar dengan sangat kuat. Alesha sampai menoleh ke arah lain, tidak berani menatapnya secara langusng.

Arsen semakin mencekik dan menginjak kakinya dengan sangat kejam. Tak pikir panjang, orang itu memberikan isyarat kepada Arsen untuk berhenti.

“Nyonya Chika, saya mohon ... lepasin saya, saya sudah jujur.”

Detik itu juga dunia serasa terhenti, Alesha mendengar nama orang yang sangat ia kenal terlontar dari mulut laki-laki itu. Ia menatap semua orang dewasa di sana. Kepalanya semakin pening dan bayangan semua orang semakin kabur di matanya dan tak lama Alesha merasakan tubuhnya hilang kendali dan terjatuh ke lantai.

Ia hanya mendengar suaminya meneriakan nama dia dan gelap.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status