"Tuan berubah setelan memiliki mbak."Perhatian Alesha teralihkan saat sedang makan dan menatap bibi yang datang dari arah dapur sambil membawa tambahan lauk karena Alesha yang minta untuk nambah. "Berubah kayak gimana?" tanya Alesha penasaran. "Bibi boleh duduk aja, aku jadi mau tau apa yang biasa tuan Arsen lakuin sebelumnya dan ngomongin tentang hal ini. Karena bibi pasti tahu kan apa yang terjadi di rumah ini?"Bibi tersenyum tipis lalu menarik kursi dan duduk di hadapan Alesha yang masih makan. Maklum, nafsu makannya jadi bertambah karena Arsen sendiri yang memintanya untuk makan. "Bi," panggil Alesha. "Boleh aku dengar apa pun tentang tuan Arsen? pasti bibi udah tahu kan apa yang terjadi antara aku sama tuan Arsen? tentang pernikahan paksa kami karena dari kami nggak ada yang mau tentang pernikahan ini?" tanya AleshaBibi itu mengangguk pelan. "Dulu sekali tuan Arsen sudah tinggal sendiri di rumah ini dan sejak dulu tak pernah ada senyuman sama sekali di wajahnya. Tuan Arsen
“Diam dan jangan bantah ibumu! Atau kamu akan melihat mayat ibu tergantung di rumah ini!”Alesha meringis. “Bu ... ibu boleh suruh aku apapun itu, tapi jangan nyuruh aku nikah sama laki-laki yang bahkan nggak aku kenal sama sekali,” seru Alesha dengan lirih. “Aku nggak mau nikah sama laki-laki bejat di luaran sana. Aku nggak mau sama sekali!”Ibunya itu menarik lengan Alesha dan mencengkram kuat lengan anaknya.“Kamu udah ibu jual ke rumah bordil dan mereka juga udah nawarin kamu ke salah satu langganan di sana. Terus ... kamu harus tau, kalau kamu dibeli! Kamu bakal dibayar dengan jumlah uang yang besar banget. Kamu nggak perlu mikirin buat dapetin uang lagi, sampai banting tulang sana-sini. Kamu cukup ikutin kemauan orang itu. Mau ya ... ibu mohon.”“Bu.”“Pokoknya kamu harus nurut untuk kali ini! kalau sampai nggak, kamu harus bayar utang ibu sebanyak dua ratus juta. Jadi, kamu tinggal milih. Dapetin uang dua ratus juta itu atau kamu turutin orang itu!”Selanjutnya Alesha hanya bis
Fakta yang baru di dengar Alesha benar-benar membuat perempuan itu terkejut. Selanjutnya ia hanya diam mengikuti tarikan laki-laki itu. Sampai pernikahan selesai dan mereka tiba di hotel juga Alesha hanya diam, merenungkan semua masalah yang terjadi.Alesha baru tersadar saat suara pintu hotel yang terbuka.“Alesha ...”Perempuan itu mendongak dan menatap pria berjas hitam yang mendekati dirinya dengan wajah datar. Alesha meremang, aura laki-laki itu sedikit membuatnya takut.“Sebelumnya saya mau mengatakan peraturan yang harus kamu lakuin selama menikah sama saya. Karena saya tidak mau keberadaan kamu mengganggu hidup saya.”Alesha menunduk, “terus kenapa kamu menikahi saya?” tanya Alesha mencengkram ujung kerudungnya. “Kenapa kamu nggak cari perempuan lain yang lebih berhak sama tuan? Kenapa harus saya? Saya beneran tidak mau menikah. Saya tidak mau.”“Arsen, panggil saya Arsen. Tidak perlu tuan seperti tadi. Saya tidak segila hormat itu,” jelas Arsen sambil membuka dasi kupu-kupu d
Kini Alesha berada di dalam kamar mandi, setelah ia bangun saat pagi buta dan diam-diam pergi saat Arsen masih tertidur lelap di sampingnya. Hati Alesha sangat hancur. Ia pun masuk ke dalam bath up dan menyalayakan shower. Ia membiarkan air yang sangat dingin mengguyur sekujur tubuhnya berharap derasnya air shower bisa menumpahkan segala sesaknya dengan menangis.Alesha memeluk tubuh polosnya.“Penipu, katanya nggak akan ngelakuin itu. Tapi apa ini?” ucapnya dengan amarah yang sangat menggebu.Pikiran Alesha sudah terbang ke beberapa hal. Entah bagaimana nasib ia ke depannya setelah ini. Alesha semakin meringis, “aku kotor, aku kotor,” histerisnya Sementara itu, Arsen menggeliat dalam tidurnya. Tangannya meraba ke sisi tempat tidur. Seketika Arsen terperanjat saat ingat perbuatan yang ia lakukan semalam. Ia langsung bangun dan mengedarkan pandangan ke segala arah. Tapi Arsen tidak menemukan orang yang di maksud. Baru mau mencari Alesha, ia mendengar suara air mengalir dari kamar ma
Aroma minyak kayu putih mulai terasa, Alesha meringis dan memegang kepalanya. Mata perempuan itu mulai terbuka dan berusaha menyesuaikan cahaya terang.“Alhamdulillah ... nona sudah bangun, sebentar saya panggilkan tuan Arsen dulu ya.”Perempuan itu tampak tidak peduli dan memilih mengedarkan pandangan ke segala arah. Sadar dia tidak tahu posisinya di mana, ia tersentak dan langsung duduk. Ia menggeleng pelan. “Aku di mana,” ucapnya dalam hati. Alesha takut terjadi sesuatu hal dan memilih turun dari kasur, belum sempat pergi. Pintu terbuka dan Arsen masuk dengan langkah tegap. “Mau ke mana kamu?”“Eh itu—“Diam di sana, saya tidak mau di repotkan lagi dengan menggendong kamu.”Alesha diam tak berkutik di tempatnya. “Tadi saya sudah bicara dengan asisten saya dan ternyata memang benar, ibu kamu pelaku alias dalang di balik kejadian semalam. Saat ini, ibu kamu sedang dalam perjalanan ke sini. Jadi saya harap kamu bisa memarahi ibu kamu bukan saya, karena saya juga korban di sini.”Ar
Terlihat jelas bahwa ibu Alesha langsung panik saat mendengar penuturan menantunya. Dia menelan saliva, ingin menyangkal tapi sadar siapa lawannya saat ini. Ibu Alesha hanya tidak mau hidupnya akan berantakan kalau berurusan sama menantunya. “Tolong ibu, nak.”Alesha menatap bingung. “Pokoknya kamu harus bujuk suami kamu biar nggak laporin ibu. Kamu harus ingat sama semua usaha ibu merawat kamu dari bayi. Butuh uang banyak buat mengurus kamu dan itu nggak kecil! Jadi, ibu harap kamu bakalan tolongin ibu,” pinta ibunya dengan memohon. Alesha memiringkan wajahnya, bingung. “Setelah semua yang ibu lakuin sama aku, ibu malah kayak gini?” tanya Alesha menggeleng pelan. “Maaf, bu. Bahkan aku nggak deket sama tuan Arsen dan hubungan kita nggak sebaik itu buat minta tuan Arsen berhenti laporin ibu. Dan juga kenapa ibu ngelakuin ini?” tanya AleshaIbunya berdecak kesal. “Kamu nih ya—“Sampai sekarang aku nggak mengerti kenapa ibu bisa ngelakuin ini ke anak ibu sendiri. Jadi, apa yang ibu
“Tuan ... aku mohon, maafkan ibu. Jangan laporin ibu ke polisi. Tuan bisa marah sama aku aja, keluarin semua amarah tuan ke aku. Tapi jangan laporin ibu,” ucap Alesha untuk yang kesekian kalinya dalam hari ini. Cukup muak Arsen mendengar penuturan Alesha sejak tadi. Dengan tegas dia menatap Alesha sambil menggebrak meja. “Berulang kali saya bilang, bukan kamu yang salah! Jadi stop untuk mihak ke ibu kamu! Mihak ke orang yang udah nyakitin kamu. Kamu tahu sendiri keadaan kamu yang sekarang juga karena ibu kamu. Jadi, tolong ... berhenti bersikap baik ke orang yang udah jahat sama ibu kamu.”Alesha tersentak hingga terjatuh ke lantai. Tubuhnya gemetar dan ia kembali menangis. Alesha malu, sungguh. Karena dia sudah memperlihatkan sisi menyedihkannya ke orang asing yang memaksa masuk ke hidupnya. Tapi Alesha tidak bisa apa-apa. Ini reaksi tubuhnya secara refleks, mengingat ini pertama kalinya dia merasa seperti ini. Dibentak, dimarahi oleh seorang laki-laki dan itu menyakiti hati mung
Arsen menghisap sebatang nikotin lalu menghembuskannya. Ia menatap gemerlapnya malam yang begitu indah. Ia menatap ke arah langit malam dan berdecak. Menyesali keputusan dirinya untuk menikah. “Saya kira menikah tidak akan seribet ini. Ternyata semua ini tidak mudah. Bangsttt.”Arsen terus diam di balkon. Angin malam tak membuatnya memilih untuk masuk. Kepalanya begitu penat. Banyak hal yang dia pikirkan. Arsen menghembuskan napas kesal. “Lagian ... kenapa Alesha masih bisa baik sama ibunya sih!" kesalnya. "Saya masih tidak terima dia yang nuduh saya macam-macam. Padahal semua ini karena ulah ibunya."Arsen mengerang marah. Tangannya ia kepalkan, berusaha menahan emosi menggebu. "Seharusnya dia bisa marah lah sama ibunya. Bukan malah meminta saya untuk memaafkannya."Tapi ... Teringat lagi bayangan wajah melas Alesha yang memohon pada dirinya. Bagaimana suara perempuan itu yang mendayu meminta belas kasihnya. Hingga kaki Alesha yang menumpu, berharap dirinya bisa menurunkan ego d