Share

Bab 7 - Pertemuan

Penulis: Kharamiza
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-02 18:15:20

Senyum manis terpancar di wajah Kirana saat kalimat itu diucapkan Dzaka, walaupun kini ia susah payah menelan ludahnya sendiri.

Ia belum pernah diperlakukan seperti ini oleh seorang pria di hadapan orang tuanya. Tentu saja, karena cinta pertamanya tak mendapat restu sama sekali. Dia juga tidak pernah dibawa untuk bertemu orang tuanya Rey.

“MasyaAllah, Very-very smart bujang Bunda cari calon istri geulis pisan ini teh.” Wanita berhijab pashmina yang dimodel sedemikian rupa itu berbicara dengan logat sunda dan kadang dibumbuhi dengan Bahasa Inggris, sudah menjadi ciri khasnya yang memang lahir di Bandung dan kerap ke luar negeri dalam waktu yang lama.

Kirana hanya tersenyum kikuk, malu-malu dipuji sedemikian frontal-nya. “Bisa aja, Tante.”

“Aduh, kumaha ini teh konsepnya? Jangan panggil Tante atuh, Neng. Panggil Bunda aja. Biar terbiasa, jadi harus dibiasakan dari sekarang mah nya,” ujarnya.

Tak berselang begitu lama, seorang pelayan menghampiri mereka. Setidaknya, hal itu bisa memutus kecanggungan Kirana sebentar, sampai pelayan itu kembali membawa catatan pesanan mereka untuk disiapkan.

“By the way, Neng Kirana teh suka sama Putra Bunda? Will sama Dzaka?” tanya Andari yang spontan membuat Kirana gelagapan salah tingkah.

Susah payah, Kirana meneguk ludahnya. Mendadak, mulutnya jadi kaku untuk sekadar tersenyum. “Ee … a …,” ucapnya melirik ke arah Dzaka yang sedari tadi memberinya kode pada tendangan kakinya di bawah meja.

Melihat sorot mata pria itu membuat Kirana langsung paham apa maunya. “Iya, Bunda. Aku suka sama Mas Dzaka,” pungkasnya sembari menggigit bibir.

“Family Bunda mah teu mencari mantu aneh-aneh. Asalkan teh mau acceptence anak Bunda apa adanya.” Andari mengelus-ngelus punggung tangan Kirana. Padahal, pemilik tangan saja sadar tangannya sedang dingin berada di situasi ini.

“Kumaha pendapatmu, Fikri? Mereka teh tampak serasi ya, kan?” Bunda Andari ganti manatap Fikri yang langsung ditanggapi dua jempol dan kekehan sebagai tanda setuju.

Beberapa menit mereka barbincang ringan hingga makanan datang. Obrolan itu terjeda sesaat. Ada waktu lagi bagi Kirana menenangkan kepanikannya yang menjadi-jadi. Sesekali, sorot matanya mengarah pada calon suami pura-puranya yang diam saja sedari tadi. Sama sekali tak berniat untuk menolongnya keluar dari situasi mendebarkan itu.

Waktu terus berjalan, Bunda Andari terus bercoleteh membahas sikap putranya yang katanya memang punya pribadi cuek sedari dulu. Sampai pembahasan masalah makanan kesukaannya pun diungkit. Sekarang, Kirana jadi tahu bahwa seorang direktur muda sombong itu suka makan ceker ayam. Agak lain memang selera orang kaya satu ini. Pembahasan akan dirinya tersebut terus berlanjut meski sesekali Dzaka menampik karena kesal dan tidak terima.

“Bunda, makan dulu. Nanti dilanjut ceritanya,” katanya di sela makannya.

Hingga selesai makan, pertanyaan horor itu pun akhirnya keluar juga dari mulut Bunda Andari.

“Jadi, iraha kalian akan menikah?” tanyanya.

“Jangan lama-lama atuh nya. Bunda teh takut kalian khilaf,” ujar Bunda Andari lagi.

Kali ini, Kirana menatap Dzaka penuh permohonan minta ditolong menjawab. Otaknya sudah benar-benar buntu untuk memikirkan kebohongan apa lagi yang akan diungkapkannya.

“Bunda, Dzaka harus antar Kirana pulang. Soalnya Dzaka ada berkas yang kelupaan di kantor. Nanti Bunda pulangnya disetirin sama Fikri, ya.” Dzaka berniat mengakhiri pertemuan yang semakin melebarkan pembahasannya ke mana-mana. Beralibi ada urusan membuat Bunda Andari percaya meski terlihat kecewa.

“Padahal masih mau ngobrol sama Neng Kirana atuh, tapi no problem. Nanti Bunda bisa temui Neng lagi, kan?” tanyanya pada Kirana dan yang ditanya tersenyum menanggapi.

“Tentu, Bunda.”

“Ya sudah. Nanti kita ketemu lagi ya, Sayang.” Bunda Andari memeluk Kirana dan cipika-cipiki khas perempuan. “Take care. Kalau Dzaka ngeselin, dipukul aja.”

Pertemuan itu berakhir, Dzaka mengantar Kirana pulang. Kecanggungan di antara mereka tercipta di sepanjang perjalanan. Tidak ada yang berniat memulai pembicaraan sama sekali.

Dzaka fokus dengan setir dan Kirana fokus memandang keluar jendela mobil. Cahaya lampu jalan sesekali menyinari wajahnya yang tenang, tapi siapa yang tahu jika pikirannya sedang berperang.

“Jangan kegeeran dan bangga sama perlakuan bunda ke lo, ya.”

Suara itu memecahkan keheningan di antara mereka.

Mendengarnya, Kirana menoleh sekejap, lalu kembali fokus memandang jalan ke depan.

Kirana lantas tersenyum sinis mendengar ucapan. “Tenang saja, Tuan. Aku hanya menjalankan peranku sebagai calon istri pura-pura. Aku tidak akan pernah menganggap ini sebuah kenyataan, melainkan hanya sebatas mimpi. Setelah ini, kita tidak akan berurusan sedekat ini lagi, bukan?”

Dzaka mendengus kasar. “Kita akan tetap berurusan. Lo lupa? Bunda masih mau bertemu dengan lo.”

“Bisa, asalkan bayarannya double.” Kirana tersenyum licik. Ia harus memanfaatkan situasi ini juga. Bukankah tenaga dan raganya juga dimanfaatkan?

“Mata duitan!” gerutu Dzaka pelan, tapi didengar oleh Kirana.

“Simbiosis mutualisme, Pak,” ucap Kirana sambil nyengir kuda.

“Kos lo di mana?” tanya Dzaka cuek.

“Di depan belok kiri bangunan sebelah kanan cat warna kuning,” jawab Kirana tanpa jeda, tak kalah judesnya.

Hanya butuh beberapa saat, mobil milik Dzaka berhenti tepat di depan pintu gerbang bangunan yang dimaksud Kirana.

“Makasih, sudah diantar pulang, Pak.” Kirana melempar senyum masam, dibalas deheman oleh Dzaka tanpa sedikit pun berniat untuk menoleh ke arah Kirana.

“Buruan turun, pacar lo nungguin, tuh.” Bibir Dzaka tertarik ke belakang. Tersenyum sinis memandang pria dari balik kemudinya yang duduk di motor sport tak jauh dari gerbang.

Mendengar itu, Kirana baru menyadari kehadirannya di sana. Ada keperluan apa pria itu mendatangi tempatnya malam-malam begini? Ia turun dan menghampiri sosoknya yang tak pernah berhenti memandang Kirana. Pandangan itu, masih sama seperti dulu. Tatapan penuh cinta dan sayang.

"Rey...?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   END

    Pelan, Kirana membuka mata sembari menggeliat meregangkan otot-otot tubuhnya. Walau matanya masih berat terbuka, ia meraih ponsel untuk melihat jam. Sudah menunjukkan pukul setengah lima pagi.Sekilas ia menoleh ke samping. Memandangi wajah suaminya yang masih tidur nyenyak dengan dengkuran halus di dekat telinganya. Tangan kekarnya pun berada di atas perut Kirana.“Sayang, bangun. Sudah subuh,” bisik Kirana. Ia menyentuh pipi suaminya. Lantas, menarik menarik pelan hidung mancung Dzaka. Tak butuh waktu lama, Dzaka bergerak karena merasa terganggu, tapi masih enggan membuka mata. Dia tetap betah pada posisinya. Justru meringkuk seolah mencari kehangatan di sisi istrinya dengan mengeratkan pelukan. “Hei ... sudah subuh, Mas. Bangun, yuk.” Lagi, Kirana menyentuh lengan suaminya. Sesekali, mencubit daging yang terasa keras itu. “Biar seperti ini dulu sebentar, Sayang. Aku masih mau menikmati waktu sama kamu. Kalau Baby Dzakir bangun, yang

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 122 - Baby Dzakir

    Baru saja, sepasang kaki Dzaka menjejaki teras, tetapi langkahnya seketika terhenti. Tubuhnya seolah beku di tempat manakala memikirkan Kirana yang tengah hamil. Perasaan bersalah pun menyeruak di hatinya. Mengingat, tadi ia tak sengaja membentak sang istri karena tengah dikuasi amarah yang hendak membalas dendam atas kematian papanya. Padahal, sejatinya balas dendam tak pernah ada dalam kamus kehidupan seorang Dzaka Hakeem.Rasa takut seolah sengaja mencekiknya. Isi kepalanya pun kian berkelana ke masa lampau, saat-saat di mana ia harus kehilangan calon buah hati karena keteledorannya sendiri.Dia tak mau, kehilangan kembali. Sungguh, ia tidak rela. Sebuah helaan napas berat terdengar darinya sembari mengingat kembali pesan-pesan Danial tadi malam. Dzaka menggeleng pelan, menyadari diri telah sangat berlebihan menyingkapi kehilangan yang mencekam batinnya. Detik kemudian, ia kembali melangkah. Bukan untuk melanjutkan misi, melainkan k

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 121 - Kehilangan yang Mencekam

    Tatapan tajam itu berubah jadi sayu. Seakan di dalam sana terdapat sebuah penyesalan yang tak berujung. Terlebih, butiran bening juga tampak menghiasai pipi yang berisi kini tinggal sedikit daging terlapisi kulit. Tenaga yang kuat juga seolah sudah terkikis. Pria itu berbaring sangat lemah laksana tiada lagi ada daya untuk bergerak lebih banyak. “Maafkan atas semua kesalahan Papa pada kalian,” ucapnya lagi disertai dengan isak pilu mencekam. “Papa sangat jahat,” imbuhnya sembari menghapus air mata. Sesekali tersenyum masam. “Kami teh sudah memaafkan kamu, Danial.” Bunda Andari angkat bicara. Ekspresinya cukup tenang bak terpancar ketulusan yang tak pernah pupus.Dzaka dan Sekar pun ikut mengangguk sekadar memberi keyakinan pada sang papa. Sesaat, Dzaka membungkuk dan menyangga badan dengan kedua tangan di ranjang Danial.“Apa perlu aku mengambil tindakan untuk pelaku penganiayaan Papa?” tanya Dzaka. Terlihat jelas d

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 120 - Maafkan Papa, Nak!

    Tangan Dzaka dan Kirana saling bertaut menyusuri koridor bangunan berdinding mayoritas putih itu. Cemas dan panik menghiasi wajah keduanya, bersama derap langkah memburu. Sampai di depan sebuah ruangan, sudah ada dua orang berkostum penjaga lapas baru saja selesai mengobrol dengan dokter. “Apa yang sebenarnya terjadi dengan Papa saya, Pak?” tanya Dzaka setelah sang dokter berlalu.Dua pria itu saling berpandangan sebentar.“Mohon maaf, Pak Dzaka. Sebenarnya Pak Danial sering mendapatkan tindak kekerasan dari penghuni lapas lain,” ungkap Pria bertopi hitam itu. “Beberapa penghuni lapas tau kasus Pak Danial sehingga dipenjara. Mereka tak terima dengan Pak Danial yang terlibat dalam kasus pelecehan dan perselingkuhan. Menurut mereka, tindakan itu sama sekali tak bermoral.”Dari ekspresinya, Dzaka terlihat kaget dengan pernyataan pria itu. Selama ini, tak ada tanda-tanda kekerasan ketika dia menjenguk Danial. Papanya pun seakan-akan terliha

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 119 - Papa?

    Kirana menarik napas panjang barang tiga kali. Dalam genggamannya terdapat sebuah testpack yang sengaja belum dilihat hasilnya setelah melakukan pengecekan beberapa saat lalu.Jantungnya pun berpacu dalam kecepatan tinggi, bersama perasaan was-was yang ikut serta menyeruak membuatnya bimbang akan hasil tes kehamilannya yang pertama kali pasca keguguran.Sepulang dari puncak, Kirana kerap merasa cepat lelah dan sedikit mual. Jadwal tamu bulanannya pun bahkan sudah lewat sepekan. Hal itu membuatnya penasaran sehingga memutuskan untuk membeli testpack tanpa sepengetahuan Dzaka. Ia juga tak pernah mengatakan pada suaminya tentang keadaannya akhir-akhir ini. Kirana tak mau Dzaka terlalu berharap dan akhirnya kecewa jika hasilnya tak sesuai harapan. Pelan, Kirana membuka genggaman. Ia langsung bisa melihat testpack itu sudah memiliki garis dua. Artinya, dia positif?Kirana menutup mulut, lantas tersenyum senang dalam diam. Detik kemudian, ia

  • Istri Pura-Pura Direktur Kejam   Bab 118 - Perkara Merelakan

    “Sayang, aku dengar di Villa sekitar sini, ada acara pertunangan owner-nya 2R Cafe.”Kirana yang menyandarkan dagu di bahu suaminya, lantas menoleh memandang wajah Dzaka sekilas. Ah, lebih tepatnya ia memperhatikan cambang sang suami yang tampak semakin panjang. “Oh, ya? Rey atau Raya?” tanya Kirana penasaran. “Gak tau. Mau liat?” Mata Kirana terpejam sebentar, merasakan sejuknya udara perkebunan teh yang menyapu wajahnya. “Kita gak diundang. Datang tanpa diundang, namanya tamu tak diundang.” “Ngintip aja, kamu kan doyan ngintip.” Dzaka terkekeh, bersama dengan Kirana yang mencubit perutnya. Mereka diam beberapa saat. Sama-sama merasakan angin pagi Puncak menyapa. Pandangan Dzaka pun menyapu ke segala arah. Pemandangan yang cukup indah, tetapi seseorang yang tengah memeluk pinggangnya sembari bersandar di bahu tak kala indah, baginya. “Kenapa liatin terus? Baru tau suamimu punya kegantengan spek

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status