"Mulai besok jangan masuk kantor!" Perintah Calvin tepat saat mereka tiba di rumah. Rachel mengerutkan dahinya bingung dengan keputusan Calvin.
"Kenapa""Kau sudah bertemu dengan Xander, cepat atau lambat ia akan mengenalimu sebagai bagian dari keluarga Lee.""Lalu kenapa kalau ia mengenaliku?" tanya Rachel kesal. Bukan hanya Calvin yang terpukul dengan fakta yang baru saja mereka ketahui tapi juga dirinya. Bahkan sekarang ia mulai mencurigai hubungan Andrea Zimmer dengan kematian ayahnya."Aku hanya ingin kau aman, Rachel." Calvin memegang kedua pundak Rachel dan menatap matanya lurus. Pria itu tampak sepeti memohon agar Rachel menuruti dirinya."Tidak! Aku akan menghadapi Andrea Zimmer!" seru Rachel seraya melepaskan pegangan Calvin. Calvin mengusap wajahnya."Rachel" ucap Calvin pelan. Ia sudah bingung harus berkata apa pada Rachel."Ada cerita lucu waktu aku dan Juan masih kecil." ujar Rachel sambil tersenyum getir."Ahh, kenapa kau sangat merepotkan" keluh Calvin sambil menatap lurus jalan raya."Aku merepotkan kenapa? Bukankah kau yang menyuruhku untuk pergi ke kantor sekarang juga?" balas Rachel tidak terima."Kau pasti akan merengek kalau aku masih melarangmu pergi ke kantor""Aku tidak merengek!" seru Rachel kesal."Kau juga pasti akan mencari banyak cara dan alasan agar bisa pergi ke kantor." Rachel terdiam. Perkataan Calvin barusan ada benarnya. Ia memang sudah berniat merencanakan situasi agar bisa pergi ke kantor hari ini."Aku benar kan?" Rachel mencibir kesal saat melihat ekspresi Calvin. Pria itu benar-benar menyebalkan."Kalau begitu kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran?""Menurutmu apa alasannya?" Calvin balik bertanya."Kau memang aneh" ledek Rachel kesal."Aku tidak mau kau semakin kesulitan dengan pekerjaanmu apalagi sepertinya kamu sangat menyukai pekerjaanmu sekarang ini." ujar Calvin yang langsung membuat Rachel menganga. "A
"Dia harus mengundurkan diri dalam waktu kurang dari satu minggu atau aku yang akan memecatnya."Rachel tidak bisa berkata apa-apa saat mendengar ucapan dingin Calvin. Ia tahu pria itu tidak ingin dibantah apalagi dipertanyakan mengenai hal yang sudah ia putuskan. Tidak lama pintu ruangan Calvin diketuk dan beberapa orang masuk membawakan berbagai jenis makanan. Rachel tidak dapat menahan rasa terkejutnya saat melihat banyaknya makanan yang datang. "Kau akan ikut makan juga kan?" tanya Rachel penuh harap."Kau makan saja dulu aku belum lapar." tanpa melihat Rachel, pria itu menjawab dengan santai.Rachel hanya melongo melihat semua makanan di atas meja. Jumlah hidangan yang tersaji disana 2 kali lipat lebih banyak dari yang tersaji di meja makan saat sarapan di rumah."Kalau tidak mau makan kenapa kau pesan sebanyak ini?" tanya Rachel kesal. Ia tahu pria itu memiliki banyak uang, tapi kenapa harus menghambur-hamburkannya seper
Rachel dan Calvin tiba di kantor polisi. Mereka memutuskan untuk pergi berdua saja karena tidak mau ibunya semakin terguncang.Saat mendengar penjelasan Rachel, Anetha sudah menangis hebat. Sepertinya Wanita itu memang tidak menyangka kalau putranya akan terlibat dengan polisi."Juan!" Seru Rachel panik saat menemukan adiknya di masukan ke dalam sel tahanan sementara di kantor polisi."Wajahmu kenapa?" melihat wajah Juan yang babak belur membuat kekesalan Rachel berubah menjadi rasa khawatir."Kak, maaf aku-""Anda wali Juan Lee?" perkataan Juan terputus saat seorang polisi menghampirinya dan bertanya."Benar. Apa salah adik saya sampai kalian mengurungnya seperti ini? Lalu ada apa dengan wajahnya?" Rachel bertanya tidak terima. Ia memang kesal dengan Juan tapi ia juga tidak menerima perlakukan polisi pada adiknya."Kau kakaknya?" Rachel sedikit terhuyung saat seorang pria mendorong bahunya. Calvin yang melihat kejadian itu segera menangkap Rachel se
Juan menatap Calvin dan Rachel dengan tatapan kesal. Ia merasa dibohongi oleh mereka. Menikah? Benar-benar di luar pikiran terliar Juan sebagai seorang adik."Kalian keterlaluan!" Juan menggebrak meja tempat mereka makan sekarang. Terlalu banyak hal yang harus dibahas tanpa sang ibu, jadi mereka memutuskan untuk berkumpul di tempat makan terdekat."Kau yang keterlaluan! Bagaimana bisa kau bekerja di hotel? Lalu bagaimana kuliahmu?" omel Rachel tidak mau kalah. Calvin dan gadis yang datang bersama Juan tadi hanya diam menyaksikan pertengkaran kakak beradik itu."Lalu bagaimana kau bisa menikah tanpa memberitahu aku dan mama?" Juan terus membalikkan pertanyaan. Kedua saudara sekandung itu saling melempar tatapan tajam. Tidak ada yang berniat untuk mengalah terlebih dahulu."Aku punya alasan sendiri" ujar Rachel kesal. Juan menatap kakaknya tidak terima."Kalau begitu aku juga punya alasan sendiri! Ayo Naomi kita pergi!" Juan bangkit berdiri seraya menarik leng
Juan menatap Calvin yang tiba-tiba saja mengajaknya bertemu di sebuah ruang private restaurant mewah. Sedikit banyak ia sudah bisa mengetahui apa yang akan dibahas oleh kakak iparnya tersebut.Namun ini sudah hampir 15 menit keduanya hanya diam tanpa membicarakan sepatah katapun. Calvin tampak tenang menyantap hidangan di depannya tanpa mempedulikan ekspresi kesal Juan."Kalau kau menemuiku untuk memaksaku kembali kuliah aku akan menolaknya." Ucap Juan membuka pembicaraan mereka."Tidak. Aku tidak memanggilmu untuk itu." tanpa menatap Juan, Calvin menjawab. Pria itu masih sibuk dengan hidangan di depannya."Lalu untuk apa? Kau mau membiayai uang kuliahku?" sarkas Juan."Kau mau seperti itu? Aku tidak masalah, kau butuh berapa?" Masih tanpa melihat Juan, Calvin melemparkan pertanyaan dengan santai. Juan meletakkan alat makan yang ia pegang dengan keras hingga menimbulkan suara dentingan yang berisik. Calvin ikut meletakkan alat m
"Bagaima hasilnya?" Tanya Rachel teoat saat Calvin memasuki mobil. Sedari tadi gadis itu memang menungu di mobil. Rachel tidak bisa menyembunyikan perasaan cemasnya mengetahui Juan begitu keras kepala mengenai studinya."Kita lihat saja nanti" ujar Calvin santai sambil memacu mobilnya meninggalkan restaurant. Rachel terdiam. Ia memutuskan untuk mempercayakan semua pada Calvin."Besok kau ada waktu luang?" Rachel mengerutkan keningnya bingung. Sedikit terkejut Calvin penasaran dengan apa yang akan ia lakukan."Tidak ada kenapa?" Rachel sontak menjerit kaget saat Calvin tiba-tiba berbelok ke arah yang berlawan dari arah jalan pulang ke rumah mereka."Kita mau kemana?" Tanya Rachel panik. Calvin menyeringai."Belanja."***Rachel tidak bisa berkata apa-apa saat Calvin dengan paksa menyeretnya ke pusat perbelanjaan. Pria itu sibuk berkeliling sambil menunjuk semua barang wanita yang menurutnya bagus."Ini semua untuk apa?" Rachel bertanya setengah berbisik pada Calvin namun pria itu sama
"Rachel!" seru Calvin sambil berusaha meraih lengan gadis itu. Rachel tidak peduli. Ia hanya ingin segera pergi menjauh dari toko itu dan juga Calvin."Lepas!" bentak Rachel kesal saat Calvin berhasil meraih lengannya. Ia bahkan enggan menatap Calvin."Ayo kita pulang" Calvin menarik perlahan lengan Rachel agar gadis itu mengikutinya untuk pulang, namun Rachel menolak dengan keras.Gadis itu berusaha menyingkirkan genggaman Calvin sekuat tenaga. Calvin tidak mau mengalah ia terus mengeratkan genggamannya hingga Rachel meringis kesakitan.Terkejut dengan ringisan kesakitan Rachel, Calvin refleks melepaskan genggamannya. Gadis itu tidak mengatakan apapun lagi dan langsung melangkah menjauhi Calvin membuat pria itu mendengus kesal."Rachel!" serunya membuat beberapa pasang menatap mereka seolah mereka adalah sebuah tontonan menarik.Rachel tidak berhenti. Gadis itu semakin mempercepat langkahnya. Calvin menyerah dan meminta seseorang untuk mengikuti Rachel.
"Kau tahukan? Ibuku, Andrea Zimmer. Kau dan adikmu selalu memanggilnya Tante Dea."Detik itu juga tubuh Rachel seolah tidak bertulang ia benar-benar sudah kehabisan keberanian. Xander tampak sudah menyadari itu dan Rachel sendiri juga tidak mampu untuk menyembunyikannya."Sedang apa kau disini!" Suara yang sangat Rachel kenali terdengar.Calvin ada di hadapannya saat ini.Dalam hati Rachel tidak bisa berhenti mengucapkan syukur. Entah apa yang harus ia lakukan kalau Calvin tidak segera datang."Wah, Tuan Muda Miguel sudah datang." Calvin tidak menjawab sapaan Xander. Pria itu menarik kursi dan duduk sambil menyilangkan kakinya."Sedang apa kau disini?" ulang Calvin dingin. Xander tertawa kecil lalu menunjuk hidangan di hadapannya."Makan. Menurutmu aku sedang apa?" Tawa kecil Xander membuat Calvin dan Rachel kesal. Mereka yakin Xander tidak mungkin kebetulan berada di tempat ini untuk makan.Restoran yang Rachel pilih adalah restoran kecil yang t