Share

Bab 5 Perintah Kerajaan

Jessica nyaris melepas genggamannya pada baskom. Jantungnya berdebar dan tangannya sedikit gemetar.

"Apa itu juga kebenaran?" desak Caroline.

"Kebenaran atau bukan, tidak ada yang bisa kau lakukan."

"Aku akan mencari tahu. Dan jika itu benar, ibu harus mempertanggungjawabkannya di hadapan hukum kerajaan."

Jessica tertawa getir. "Apa yang bisa kau lakukan? Kau bahkan tidak punya bukti. Berhenti berkhayal dan jalani hidupmu dengan normal. Kita bertiga bisa hidup normal dan baik - baik saja asal kau tidak serakah untuk mengambil apa yang bukan milikmu."

"Tidak. Tidak ada hidup normal setelah ini Bu. Bagaimana bisa hidupku jadi seperti dulu saat aku tahu bahwa aku hanya anak pungut, kekasihku direbut dan kematian ayahku tidak jelas? Silahkan jika Ibu dan Casandra akan hidup normal, aku tidak akan sama seperti dulu," Caroline pergi meninggalkan Jessica yang pura - pura tenang tapi sebenarnya amat cemas.

*****

Tok Tok Tok!

Seseorang mengetuk pintu rumah sore harinya. Jessica membuka pintunya dengan segera.

"Hai! Kalian tiba lebih cepat dari dugaanku," ucap Jessica dengan merentangkan tangan kepada tamu yang baru saja datang. Sesuai dugaannya, itu adalah adik dan adik iparnya, pasangan Maurel.

"Di mana Casandra?" tanya Bibi Maurel.

"Dia belum pulang. Caroline ada di sini," jawab Jessica. "Caroline kemarilah! Paman dan bibimu sudah tiba."

Caroline datang dan menyalami paman dan bibinya.

"Apa kabar paman dan bibi? Senang berjumpa dengan kalian lagi setelah sekian lama," sapanya.

"Benarkah? Kami baik - baik saja. Bagaimana denganmu? Kau belum menikah? Apa belum ada calonnya?" tanya Bibi Maurel dengan nada yang sangat menyebalkan bagi Caroline.

"Aku belum punya calon suami," jawab Caroline.

'Calon suamiku baru saja direbut oleh keponakan kesayangmu,' ucap Caroline dalam hatinya.

"Astaga! Bukankah usiamu sudah lebih dari 30 tahun? Kau akan membawa bencana! Ya Tuhan! Kapan pasar pengantin diadakan tahun ini? Kau harus menghadirinya!" saut Paman Maurel.

Caroline hanya tersenyum.

"Sudahlah lupakan dulu masalah itu, ayo masuk. Aku sudah menyiapkan hidangan yang lezat untuk kalian," ujar Jessica.

Jessica memandu kedua adiknya untuk menyantap hidangan yang dia masak.

Beberapa saat kemudian, seseorang masuk dari pintu utama.

"Aku pulang," sapa Casandra.

"Ya Tuhan ini dia keponakanku tersayang. Casandra, dari mana saja kau? Paman dan bibi sudah menunggumu," Bibi Maurel berdiri menyambut Casandra lalu memeluknya dengan hangat.

"Siapa ini?" tanya Paman Maurel saat melihat seseorang yang datang bersama Casandra.

"Oh, aku sampai lupa. Perkenalkan, dia Antonie. Dia adalah..." Casandra melirik ke arah Caroline. "...pacarku."

"Benarkah? Wah, kau sangat tampan. Ponakanku sangat pintar memilih pasangan. Tapi di sini kau yang beruntung anak muda karena Casandra sangat luar biasa," ujar Bibi Maurel.

Antonie hanya tersenyum dan memberi salam kepada Paman dan Bibi Maurel.

"Caroline, lihatlah Casandra. Dia masih muda tapi dia bisa mencari pasangan yang baik. Kau harus belajar darinya," sambung Paman Maurel.

"Benar. Casandra luar biasa, dia pintar mencari pasangan," ucap Caroline sambil menyungingkan senyum sinisnya pada Casandra dan Antonie.

Basa - basi keluarga itu benar - benar memuakkan bagi Caroline. Baru kali ini Caroline merasa kebencian yang luar biasa kepada orang - orang ini.

Dulu dia menerima saja perlakuan Paman dan Bibi Maurel karena dia pikir mereka hanyalah paman dan bibi yang tidak penyayang. Sekarang, dia tahu alasannya, ternyata itu karena mereka tahu dirinya tidak sedarah.

Bersama dengan orang - orang munafik ini membuat Caroline ingin muntah.

Tok Tok Tok!

Pintu kembali diketuk. Kali ini Caroline yang membuka pintu.

"Apa ini benar kediaman Caroline Walter?" tanya seorang pria dengan pakaian dinas kerajaan yang berdiri di depan pintu rumah Caroline.

"Ya benar. Itu aku," jawab Caroline.

"Aku membawa surat perintah dari kerajaan untuk Anda," Pria itu menyodorkan sebuah amplop berisi surat kepada Caroline.

"Apa ini?"

"Ini surat perintah untuk menghadiri pasar pengantin pekan depan. Seperti yang Anda ketahui, semua wanita yang belum menikah hingga berusia 30 tahun, harus hadir di pasar pengantin."

"Oh. Begitu rupanya. Terimakasih."

Caroline menutup pintunya.

"Benar kan? Terimalah nasibmu dan hadirlah ke pasar pengantin sebelum kau membawa petaka untuk seluruh negeri," ucap Paman Maurel.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status