Share

Bab 5 Perintah Kerajaan

Author: Lisandi Noera
last update Last Updated: 2023-06-04 06:35:55

Jessica nyaris melepas genggamannya pada baskom. Jantungnya berdebar dan tangannya sedikit gemetar.

"Apa itu juga kebenaran?" desak Caroline.

"Kebenaran atau bukan, tidak ada yang bisa kau lakukan."

"Aku akan mencari tahu. Dan jika itu benar, ibu harus mempertanggungjawabkannya di hadapan hukum kerajaan."

Jessica tertawa getir. "Apa yang bisa kau lakukan? Kau bahkan tidak punya bukti. Berhenti berkhayal dan jalani hidupmu dengan normal. Kita bertiga bisa hidup normal dan baik - baik saja asal kau tidak serakah untuk mengambil apa yang bukan milikmu."

"Tidak. Tidak ada hidup normal setelah ini Bu. Bagaimana bisa hidupku jadi seperti dulu saat aku tahu bahwa aku hanya anak pungut, kekasihku direbut dan kematian ayahku tidak jelas? Silahkan jika Ibu dan Casandra akan hidup normal, aku tidak akan sama seperti dulu," Caroline pergi meninggalkan Jessica yang pura - pura tenang tapi sebenarnya amat cemas.

*****

Tok Tok Tok!

Seseorang mengetuk pintu rumah sore harinya. Jessica membuka pintunya dengan segera.

"Hai! Kalian tiba lebih cepat dari dugaanku," ucap Jessica dengan merentangkan tangan kepada tamu yang baru saja datang. Sesuai dugaannya, itu adalah adik dan adik iparnya, pasangan Maurel.

"Di mana Casandra?" tanya Bibi Maurel.

"Dia belum pulang. Caroline ada di sini," jawab Jessica. "Caroline kemarilah! Paman dan bibimu sudah tiba."

Caroline datang dan menyalami paman dan bibinya.

"Apa kabar paman dan bibi? Senang berjumpa dengan kalian lagi setelah sekian lama," sapanya.

"Benarkah? Kami baik - baik saja. Bagaimana denganmu? Kau belum menikah? Apa belum ada calonnya?" tanya Bibi Maurel dengan nada yang sangat menyebalkan bagi Caroline.

"Aku belum punya calon suami," jawab Caroline.

'Calon suamiku baru saja direbut oleh keponakan kesayangmu,' ucap Caroline dalam hatinya.

"Astaga! Bukankah usiamu sudah lebih dari 30 tahun? Kau akan membawa bencana! Ya Tuhan! Kapan pasar pengantin diadakan tahun ini? Kau harus menghadirinya!" saut Paman Maurel.

Caroline hanya tersenyum.

"Sudahlah lupakan dulu masalah itu, ayo masuk. Aku sudah menyiapkan hidangan yang lezat untuk kalian," ujar Jessica.

Jessica memandu kedua adiknya untuk menyantap hidangan yang dia masak.

Beberapa saat kemudian, seseorang masuk dari pintu utama.

"Aku pulang," sapa Casandra.

"Ya Tuhan ini dia keponakanku tersayang. Casandra, dari mana saja kau? Paman dan bibi sudah menunggumu," Bibi Maurel berdiri menyambut Casandra lalu memeluknya dengan hangat.

"Siapa ini?" tanya Paman Maurel saat melihat seseorang yang datang bersama Casandra.

"Oh, aku sampai lupa. Perkenalkan, dia Antonie. Dia adalah..." Casandra melirik ke arah Caroline. "...pacarku."

"Benarkah? Wah, kau sangat tampan. Ponakanku sangat pintar memilih pasangan. Tapi di sini kau yang beruntung anak muda karena Casandra sangat luar biasa," ujar Bibi Maurel.

Antonie hanya tersenyum dan memberi salam kepada Paman dan Bibi Maurel.

"Caroline, lihatlah Casandra. Dia masih muda tapi dia bisa mencari pasangan yang baik. Kau harus belajar darinya," sambung Paman Maurel.

"Benar. Casandra luar biasa, dia pintar mencari pasangan," ucap Caroline sambil menyungingkan senyum sinisnya pada Casandra dan Antonie.

Basa - basi keluarga itu benar - benar memuakkan bagi Caroline. Baru kali ini Caroline merasa kebencian yang luar biasa kepada orang - orang ini.

Dulu dia menerima saja perlakuan Paman dan Bibi Maurel karena dia pikir mereka hanyalah paman dan bibi yang tidak penyayang. Sekarang, dia tahu alasannya, ternyata itu karena mereka tahu dirinya tidak sedarah.

Bersama dengan orang - orang munafik ini membuat Caroline ingin muntah.

Tok Tok Tok!

Pintu kembali diketuk. Kali ini Caroline yang membuka pintu.

"Apa ini benar kediaman Caroline Walter?" tanya seorang pria dengan pakaian dinas kerajaan yang berdiri di depan pintu rumah Caroline.

"Ya benar. Itu aku," jawab Caroline.

"Aku membawa surat perintah dari kerajaan untuk Anda," Pria itu menyodorkan sebuah amplop berisi surat kepada Caroline.

"Apa ini?"

"Ini surat perintah untuk menghadiri pasar pengantin pekan depan. Seperti yang Anda ketahui, semua wanita yang belum menikah hingga berusia 30 tahun, harus hadir di pasar pengantin."

"Oh. Begitu rupanya. Terimakasih."

Caroline menutup pintunya.

"Benar kan? Terimalah nasibmu dan hadirlah ke pasar pengantin sebelum kau membawa petaka untuk seluruh negeri," ucap Paman Maurel.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pura-pura sang Putra Mahkota   Bab 34 Malam Pertama

    Caroline terus mendesah. Mengeluarkan suara seksi yang membuat gairah William semakin memuncak. Dia memiliki keinginan yang besar untuk menghentikan aktifitas ini secepatnya agar mereka tidak semakin jauh. Namun sentuhan William seolah menjadi candu yang baru bagi Caroline. "Aku... tidak bisa..." ucap Caroline yang tentu saja berkebalikan dengan isi hatinya. Kini, William telah melepaskan celana dalam Victoria Secret yang dia kenakan dan mulai memainkan jari - jarinya di antara kedua paha Caroline. "Ini sangat basah, ternyata kau juga menginginkannya Caroline," ucap William lirih. Kalimat - kalimat erotis yang keluar dari bisikan William membuat Caroline semakin sulit untuk menguasai dirinya. "Hentikan William, kita tidak boleh begini... kita tidak bisa aakh..." ucapan Caroline terputus dengan lenguhan nikmatnya karena William tiba - tiba melesakkan miliknya di bawah sana. "Akh... William, apa yang kau lakukan? Itu... sakit..." Caroline merintih. William sedikit terkejut karena

  • Istri Pura-pura sang Putra Mahkota   Bab 33 Hilangnya Barang Bukti

    "Eeengh...," Caroline merintih saat dirinya berusaha keras untuk tersadar dari koma. "Kau sudah bangun?" William segera menekan tombol perawat saat melihat tanda - tanda kesadaran pada Caroline. Segera, dokter kerajaan masuk bersama beberapa orang perawat. Mereka melakukan beberapa pemeriksaan pada Caroline. Suara para tenaga kesehatan dan juga gumaman William terdengar samar - samar di telinga Caroline. Pergerakan mereka juga tidak lebih dari sekedar bayangan yang saling bekelebat. Caroline masih belum punya tenaga untuk tersadar sepenuhnya. Matanya masih berat dan badannya masih sulit digerakkan. Dalam waktu singkat, dia kembali pingsan. *****Caroline terbangun lagi di ruangan yang berbeda dari sebelumnya. Tidak seperti percobaan pertama, tubuhnya kali ini terasa lebih ringan walaupun masih susah digerakkan. "Caroline, kau sudah sadar? Apa kau bisa mendengarku?" tanya William. "Ya, aku bisa mendengarmu," jawab C

  • Istri Pura-pura sang Putra Mahkota   Bab 32 Perpisahan

    Jantung Caroline berdetak kencang menunggu bukti apa gerangan yang akan Daniel berikan. "Aku punya banyak foto dan video kebersamaan kita. Kau bisa menilai sedekat apa kita. Kau juga bisa melihat tanggal foto dan video ini diambil. Kau akan tahu bahwa kita masih bersama saat kau sudah menjadi tunangan William," Daniel menyerahkan ponselnya yang telah membuka sebuah folder kepada Caroline. Caroline dibuat terperangah oleh foto - foto dan video itu. Siapapun yang melihat gambar - gambar ini tidak akan percaya bahwa Daniel dan Ariana hanya teman biasa. "Ki- kita terlihat sangat akrab," komentar Caroline."Akrab? Menurutmu hanya akrab?" Daniel mengulas senyum miringnya. "Bagaimana dengan video yang ini?" Daniel menunjukkan satu video lagi. Hanya saja, video kali ini tidak dia simpan di folder yang sama dengan video sebelumnya, melainkan tersimpan di folder privat yang memerlukan kata sandi saat membukanya. Caroline memutar video itu dan jantungnya serasa nyaris melompat dari dadanya.

  • Istri Pura-pura sang Putra Mahkota   Bab 31 Pertemuan Rahasia

    "Ya. Aku memang menemui mereka beberapa hari yang lalu," Caroline menunduk. Tidak ada gunanya mengelak, semua bukti sudah sangat jelas. "Lantas, kenapa kau tidak melapor padaku? Sebenarnya apa yang kalian bicarakan?" William tidak akan berhenti mencerca Caroline sampai dia mendapatkan jawaban sejelas yang dia mau. "Banyak hal. Kau ingin tahu?" "Ya! Semuanya, ceritakan padaku!" "Baiklah," Caroline mendudukkan dirinya di sofa sebelum dia mulai bicara. William juga duduk di sofa lain yang berada di hadapan Caroline. Jika perbincangan ini akan panjang, dia sudah siap. "Katakanlah!" "Pertama kami membicarakan mengenai hubungan Ariana dan Daniel," Caroline mulai bercerita. Belum apa - apa, William sudah mendengus. "Memangnya apa hubungan mereka? Mereka hanya teman saat kuliah. Kurasa Daniel terobsesi pada Ana." "Jadi, kau mau mendengarku atau tidak? Jika kau hanya ingin mengoceh sendiri maka lupakan saja! Aku tidak akan memberitahumu apapun.""Oke oke baiklah. Teruskan! Aku akan di

  • Istri Pura-pura sang Putra Mahkota   Bab 30 Persidangan

    "Caroline! Ada apa!?" William segera berlari dan mengetuk pintu kamar mandi. "Aw! Sakit!" rintih Caroline dari dalam kamar mandi. "Caroline, apa yang terjadi?" Tidak ada jawaban dari Caroline selain suara rintih kesakitannya yang terdengar. William mulai panik. Dia tidak ingin mengambil resiko. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Caroline, maka semua rencananya akan gagal. Maka, dengan sigap, William mendobrak pintu kamar mandi hingga terbuka dengan paksa. "Ah! Apa yang kau lakukan?" Caroline yang terduduk di lantai dalam keadaan tanpa busana dengan panik meraih handuk untuk menutupi tubuhnya. William segera membalikkan badannya secara otomatis. Sejujurnya, ruang kamar mandi pun masih gelap karena lampu belum menyala. William pun tidak melihat apa pun. "Dasar cabul! Kenapa kau menerobos ke kamar mandi saat seorang perempuan sedang mandi?" rutuk Caroline. "Diamlah! Segera pakai handukmu!" "Sudah. Aw!" Caroline berteriak kesakitan lagi saat dia mencoba untuk berdiri. William

  • Istri Pura-pura sang Putra Mahkota   Bab 29 Malam Pertama

    'Apa yang kau rasakan?' Caroline ingat saat ciuman pertamanya dengan William dulu, itulah kalimat yang lelaki itu tanyakan. Dulu, tujuannya adalah untuk menguji Caroline. Namun kalimat itu tanpa sengaja terngiang kembali di dalam kepala Caroline, seolah William benar - benar sedang menanyakannya. "Aku tidak merasa biasa saja," gumam Caroline dengan sangat lirih begitu dirinya dan William berhenti berciuman. William tentu saja tidak mendengar gumaman Caroline. Terlebih, tepuk tangan para tamu terdengar amat riuh. Mata Caroline tertunduk. Dia merasa sangat sial, bisa - bisanya jantungnya berdebar kencang saat William mendaratkan bibirnya. Berlainan dengan ekspresi Caroline, semua orang terlihat senang. Bahkan William pun terlihat senang. Lelaki itu benar - benar pandai berakting. Setelah upacara pemberkatan, Caroline menjalani pengukuhan sebagai putri kerajaan. Upacara pengukuhan itu lebih lama, kaku dan melelahkan daripada upacara pemberkatan pernikahannya. Bahkan setelah sele

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status