Share

Bab 4. Galau

Penulis: Fiska Aimma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-04 08:32:32

Malam sudah semakin larut, tapi mata Alya anehnya masih enggan terpejam. Berapa kali pun Alya mencoba untuk tidur rasanya nihil otaknya kembali teringat peristiwa beberapa jam lalu saat dia akhirnya   mengambil keputusan besar dalam waktu singkat yaitu menerima tawaran Raka.

Alya akui, dia memang tdak punya pilihan. Seperti kata Emak, Raka sudah berjasa dalam hidup mereka dan kapan lagi ada pria sebaik Raka.

Ya Salam. Kenape gue jadi gelisah begini, ya? Alya ngebatin.

Dia melirik jam yang ada di dinding. Ternyata waktu sudah menunjukan pukul satu dini hari. Pantas saja dunia sudah terasa sangat sunyi bagi Alya. Di dalam keheningan kamarnya, tiba-tiba matanya beralih ke salah satu foto yang ada di atas nakas. Lama, mata Alya berhenti di sana memandangi foto dirinya yang masih remaja sedang tertawa lepas bersama almarhum sang ayah.  

"Beh, anakmu mau nikah, Beh." Tanpa terasa, air mata Alya menetes karen mengingat kalau sekarang dia akan menikah tanpa kehadiran Babeh di sisinya. "Beh, andai Babeh masih ada, mungkin Emak gak usah ngutang ya Beh, Alya juga gak usah kepaksa nikah," desah Alya lagi seraya tergugu. 

Sungguh. Saat ini kegelisahan dan kesedihan begitu memenuhi batin Alya. Dia berpikir, andai Babeh masih ada keluarganya bisa jadi akan tentram-tentram saja tapi namanya takdir emang tak bisa dikira kejadiannya, mau atau tidak Alya harus tetap menikah dengan Pak Raka. 

Di tengah kegamangannya, tiba-tiba ponsel Alya bergetar tanda sebuah notifikasi chat masuk ke dalamnya. Gadis itu memicing curiga ke layar hapenya, bukan apa-apa pasalnya Alya jadi parno karena pesan itu datang malam-malam begini.

Gimana kalau itu pesan nyasar atau dari Kunti? Hii!

Tapi, karena kepo akhirnya Alya tergerak untuk membuka pesan tersebut dan matanya terbelalak ketika melihat kalau pesan tersebut berasal dari Aji. 

"Hah? Aji? Ngapain ngirim chat semalam ini?"

Merasa bersemangat, Alya langsung membuka pesan dari Aji. 

[Alya, apa kabar? Maaf aku chat malam banget kayak gini, tapi gak tahu kenapa aku jadi kepikiran sama kamu. Kalau kamu liat chat aku, aku hanya ingin bilang sebenarnya dulu aku juga punya perasaan sama kamu tapi aku malu. Maaf atas video viral itu, aku sungguh gak tahu siapa yang menyebarkannya.]

"Aji?"  

Membaca itu, perasaan Alya seketika berkecamuk. Dia terkejut karena Aji--pria yang selama ini disukainya menyatakan perasaan diwaktu yang tidak tepat.  Gara-gara chat itu, tak ayal ingatan Alya tertarik pada kejadian setahun yang lalu di mana dia menyatakan cinta pada Sangaji atau Aji tapi malah berbuah kepahitan hingga dia harus cuti. 

Ah, andai Aji tahu kalau dia mau menikah masihkah mungkin dia menyatakan perasaannya? Oh Tuhan, mengapa semua ini terasa terlambat? 

'Aji, kenapa baru sekarang kamu bilang gini? Kenapa, Ji?' Batin Alya menjerit. Air mata gadis itu kembali mengalir tak tertahankan. Sampai detik ini, Alya masih tidak bisa membayangkan bersanding dengan pria lain di pelaminan dan orang itu bukan Aji. 

Namun, mau berapa kali pun Alya menyesali tetap saja yang harus terjadi pasti akan terjadi.

Nasi sudah menjadi bubur, Alya tidak punya pilihan. Sembari mencoba menidurkan diri, Alya mendekap erat foto masa kecil bersama mendiang abahnya. Sampai akhirnya tanpa sadar terpejam dan Alya pun tidur sambil menangisi takdirnya yang terlalu mengejutkan.

(***)

Esok harinya. Alya terbangun dengan perasaan tak menentu. Dia merasa tubuhnya menderita 5L (lemah, letih, lesu, lunglai dan lapar).

Saking lemahnya, kokok ayam tetangga yang nyaring pun gak membuat Alya semangat menjalani harinya pagi ini. Alhasil, gadis itu lebih memilih mencari emaknya untuk meminta sesuap nasi karena kondisi hatinya sedang galau tak bertepi akibat mendapat chat dari Aji semalam tadi.

"Emak! Emak!" Suara Alya menggema di dalam rumah mencari sang Ibu yang pergi entah ke mana. Tak terlihat sosok Emak di semua ruangan yang disantroninya.

"Apa Emak belanja, ya?" gumam Alya seolah bertanya pada diri sendiri. Maklum stok persediaan di kulkas emang habis jadi pas Emaknya itu sibuk cari bahannya.

Merasa tebakannya benar, Alya pun beranjak menuju ke luar dan benar saja Emak sedang berada di samping gerobak sayur langganannya. Samar terdengar percakapan Emak dan tetangganya.

"Eh, Emak. Kemane aje?" tanya Mpok Minah.

"Ada dirumah Mpo, gue mah kagak pernah kemane-mane? Lu tahu sendiri pan gue mah kagak ada duit."

"Yaelah boong banget. Nah kemarin dari bakal mantu lu, apaan? Daon?  Eh, iya, denger -denger si Alya mau nikah, ya?" samber Mpok Tita.

Emak yang ngerasa gak ngasih penguman apa-apa, tersentak kaget.

"Lah kok lu pada dah tahu aje?" tanya Emak sambil memandang ketiga tetangganya.

"Ya, tahulah soalnya calon mantu Emak bikin heboh nih komplek. Keknya, calon mantu lu orang kaya yek, Mak? Beruntung banget si Alya dapat jodoh kaya."

"Hooh, duh aye juga mau muda lagi liat cowoknya si Alya. Bening bener kayak ubin masjid."

Mendengar celotehan tetangganya, Emak mesam-mesem bangga. Dia emang merasa kayak ada durian runtuh jatuh di kepalanya usai kedatangan Raka.

"Iye, doain aja yaa anak Emak ya. Mudah-mudahan lancar sampai waktunya," ujar Emak sok diplomatis.

Mpok Minah mengangguk antusias. "Woiya jelas Mak. Jangan lupa undang-undang kita ya Mak."

"Iya, Mak, Abang juga ya." Bang Yana ikut menimpali.

Menyaksikan dan menguping percakapan Emak cs, hati Alya yang semula ragu makin gak menentu. Dia yang tadi sempat galau jadi kasian sama Emak yang udah berharap punya menantu kaya.

Gak kebayang perasaan Emak jika Alya bilang kalau dia bimbang mau nikah gara-gara Aji?

Aduh, Alya gak bisa membayangkannya.

Melihat Emak sudah selesai berbelanja, Alya memutuskan untuk berpura-pura sapu-sapu biar gak dikira mencuri dengar obrolan Emak dan biar dikira rajin aja. Tapi, pas lagi akting tiba-tiba telinganya menangkap ada suara klakson mobil yang cukup kencang memekakan telinga.

Tin. Tin.

Sontak saja Alya dan semuanya melihat ke sumber suara. Dan mata Alya seketika terbuka sempurna saat di lihatnya ada sesosok pria keluar dari mobil mewah yang harganya setara dengan harga dirinya.

"Pak Raka? Ada apa pagi-pagi ke sini?" tanya Alya seraya menghampiri Raka.

Raka yang pagi itu memakai baju casual dan terlihat tampan di balik kacamata hitamnya tentu saja menarik perhatian Emak cs.

"Eh, calon mantu Emak. Ngapain pagi-pagi? Mau jemput Alya, ya?" tambah Emak sok akrab. Emak yang semula berada di samping gerobak sayur sudah melipir ke dekat mobil Raka yang kinclong.

Raka tersenyum seraya melepas kaca mata hitamnya. "Iya, Mak. Maaf saya ijin membawa Alya pagi ini karena tampaknya akad akan saya percepat."

"Pe-percepat?" Gagap. Ya, Alya sampai gagap mendengar ucapan Raka. Gadis itu gegas melepaskan sapunya untuk berdiri tepat di depan Raka.

Raka menganggukkan kepala. "Iya, percepat. Sekitar dua Minggu lagi. Kamu siap, kan?" tanya Raka pada Alya yang langsung melotot sempurna.

"Apa? Dua Minggu lagi? ASTAGA!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Rahasia Dosen Impoten   Bab 21. Ayah Mertua

    Malam harinya. Aku menutup pintu kamarku dengan rapat, kali ini aku tak mau berbicara apa pun termasuk dengan Pak Raka. Entah kenapa, semenjak aku melihat dia bersama Maura di kantin rasanya malas bertemu suamiku.Padahal. Siapa aku? Aku hanya istri rahasia, gak sepatutnya sibuk menjauhi dan cemburu.Namun, harus kuakui, semenjak Pak Raka membantuku pada saat pemakaman ibu, perasaanku jadi mendadak aneh. Apalagi ketika dia membelaku di depan ibunya semakin lama semakin hati ini kian berdebar kencang saja.Apa ini yang dinamakan cinta? Ataukah aku hanya terbawa suasana? Eh, tapi kan bukankah Pak Raka bilang aku gak boleh mencintainya karena dia tidak mungkin menyentuhku? Agh, mengingat itu entah mengapa aku jadi serasa ditusuk sembilu.Agh, sial! Ini benar-benar mengganggu.Berat. Kubawa tubuh ini untuk berbaring miring di atas ranjang, penat rasanya memikirkan semua keraguanku, bahkan saking tak enak hatinya, nafsu makanku pun jadi ikutan tiarap. Tak lama kudengar derap langkah ses

  • Istri Rahasia Dosen Impoten   Bab 20. Gosip

    "Ibu ingin pernikahan kalian dirahasiakan sampai Raka jadi komisaris. Bagaimana kalian mau kan? Jujur, Ibu sangat takut ini akan bermasalah ke depannya, seperti diketahui kalian juga nikah diam-diam. Ini sungguh keterlaluan." Sekali lagi aku mengingat ucapan Bu Lili semalam yang cukup membuatku syok sampai sekarang dan aku pikir Pak Raka pun sama. Pria itu pasti gak menyangka kalau pada akhirnya Bu Lili memergoki kami secepat ini, padahal kami berencana datang ke rumah mereka besok dan mengatakan semuanya. Namun, apa yang mau dikata. Nasi telah menjadi bubur, Bu Lili sudah murka karena Pak Raka tak meminta ijinnya. Tak bisa terelakan, menyaksikan kemarahan itu nyaliku yang pada awalnya menggebu diam-diam jadi menciut. Apalagi setelah mendengar syarat Bu Lili yang katanya akan memaafkan kami jika aku dan Pak Raka bisa merahasiakan pernikahan ini sampai Pak Raka jadi komisaris dan aku wisuda. Ya Salam. Sehina ini jadi mahasiswa warisan budaya? Coba bayangkan, sampai mertuaku pun malas

  • Istri Rahasia Dosen Impoten   Bab 19. Mertua

    Dengan canggung aku meletakkan segelas teh di meja kecil yang ada di ruang tamu sederhana dan lalu duduk di samping Pak Raka. Di depan kami sudah ada Bu Lili yang sedang duduk tegak dengan pandangan mata yang menyorot tajam padaku dan Pak Raka.Glek. Aku menelan ludah grogi, lalu memutuskan untuk menundukkan kepala dalam. Menurutku situasi kali ini sangat tak menguntungkan, siapa sangka di saat kami sedang sibuk menguruskan masalah skripsi Bu Lili malah datang menyantroni. Masih kuingat tadi tatapan Bu Lili yang tajam saat tadi aku membuka pintu. Terlihat sekali kalau Bu Lili murka ketika melihat aku ada di rumah anaknya. Aku tidak memahami bagaimana cara Pak Raka menjelaskan pada ibunya tapi aku hanya berharap Bu Lili memahami kondisiku yang telah menjadi istri anaknya walau masih berstatus istri secara agama. "Silahkan diminum Bu." Pak Raka menyodorkan cangkir yang berisi air teh itu ke arah Bu Lili tapi wanita paruh baya itu menggeleng tegas. "Enggak. Ibu gak mau minum, jelask

  • Istri Rahasia Dosen Impoten   Bab 18. Ketahuan

    "Jadi Ini judul skripsi kamu?" Pak Raka tak melepaskan pandangannya dari map biru yang kuberikan. "Ya Pak," jawabku canggung. Saat ini kami sudah berada di ruang tengah. Kami duduk berhadapan dan dipisahkan oleh meja.Sepulangnya dari pemakaman, Pak Raka benar-benar menjalankan janjinya untuk memberikan bimbingan. Seingatku ini kali pertama kami membahas tentang skripsiku.Namun, selama berjalannya bimbingan dadakan dengan status yang berbeda, aku mengakui ternyata nyaliku hampir ciut karena berhadapan dengan dosen yang bermetamorfosa jadi pembimbing rumah tangga. Aku tidak yakin Pak Raka akan menerima hasil skripsiku, apalagi aku tahu Pak Raka itu adalah dosen galak yang punya standar tinggi.Pak Raka membenarkan letak kacamatanya, tubuhnya condong ke depan sambil terus membolak-balik berkasku sampai jantungku ikut kebalik setiap Pak Raka menggerakannya. Oh Tuhan, begini amat jadi mahasiswa warisan budaya! "Kamu berpikir judulmu bagus? Unhairing Kulit Sapi dengan Metode Enzim?"

  • Istri Rahasia Dosen Impoten   Bab 17. Harta

    POV Alya Pembicaraan tadi pagi dengan Pak Raka membat pikiranku seolah gak ada di tempatnya. Sejujurnya, sampai sekarang aku masih syok dan sekaligus tak menyangka kalau ternyata alasan Pak Raka gak menikah lagi dan menjauhi wanita ternyata karena dia seorang impoten. Wow. Amazing really? Ini mah sih judulnya bukan 'Ganteng-Ganteng Serigala tapi 'Ganteng-Ganteng Impoten'. Ya Allah, gini amat ujian perawan? Sekalinya dinikahi eh, malah gak bisa berkembang biak dan hanya dijadikan tumbal perjanjian. Mana, kayaknya Pak Raka ogah banget nerusin pernikahan ini karena dia sama sekali tidak menjawab saat aku bertanya tentang kemungkinan ke depannya. "Lihat nantilah, saya hanya gak mau kalau kamu terluka karena saya."Sekali lagi, aku terngiang ucapannya saat kami mau berangkat tadi. Sumpah, aku tidak tahu niat Pak Raka mengapa dia bilang begitu? Emang kenapa kalau semisal nanti aku jatuh cinta padanya? Mengapa aku akan terluka? Di saat aku sedang sibuk-sibuknya berpikir tiba-tiba aku ba

  • Istri Rahasia Dosen Impoten   Bab 16. Suamiku Impoten?

    POV Alya.Pak Raka menggendongku? Apakah aku bermimpi? Jujur, ini kali pertama aku memeluk leher seorang pria dan itu ternyata Pak Raka. Duh, mana dia bilang kalau aku berat. Emang aku seberat itu ya? Perasaan aku sudah mengurangi porsi makanku deh. Aku berbicara sendiri sambil melihat bentuk badanku yang menurutku baik-baik saja. Namun, setelah aku digendong Pak Raka gara-gara kecoa entah mengapa pikiranku jadi gak tenang karena setiap melihatnya dadaku kerap kali berdebar kencang. Aku tak menyangka kalau pesona seorang Raka bisa membiusku sebegininya. Ah, tapi meski dia tampan, mapan dan rupawan aku gak boleh jatuh cinta! Gak boleh!Tok. Tok. Tok. "Alya, kamu sudah selesai?" Kepalaku sontak menoleh ke samping dan kutemukan Pak Raka sedang melihatku dari ambang pintu yang sedikit terbuka. Dengan mode Putri Solo turun dari comberan aku pun mendatangi Pak Raka dengan gugup. "Eh, Pak Raka? Iya Pak saya udah selesai," ujarku seraya nyengir kuda. "Oh, ya, sebenarnya kita mau ke mana

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status