"Neo!" Naya memanggil dari lantai atas membuat Arya, Abia dan Neo yang juga ada di sana kontan menoleh."Kenapa?" tanya pria sipit itu heran melihat wajah tidak santai sang istri."Cepat ke sini! Kita perlu bicara," ajak Naya serius yang dibalas Neo dengan dengkusan."Kau saja yang ke sini! Memangnya harus sekali membicarakannya berdua?" tanya Neo sewot yang dibalas Naya dengan pelototan kian tajam."Jika kau tidak peduli, yasudah tidak jadi!" sahut perempuan dengan badan masih berbalut baju tidur itu sensi.Berikutnya, Naya sudah masuk ke kamarnya lagi. Arya melirik penuh peringatan pada sang putra. Membuat Neo yang sadar akan lirikan sang Ayah, balik melotot tak kalah garang."Kenapa Daddy melihatku begitu?!" tanya Neo ngegas."Temui istrimu. Mungkin dia ingin membicarakan hal yang penting," titah Arya tanpa nada penekanan sama sekali.Namun sayangnya, sudah mampu membuat Neo bangkit berdiri dengan malas-malasan. "Mana mungkin dia bisa membicarakan hal penting," sebal pria sipit itu
Naya dan Neo pergi ke rumah sakit dengan diantar Bagas. Tapi, karena ada jadwal latihan di pelatnas, pria itu pamit pergi setelah mengantar kedua pasangan suami istri itu.Mobilnya memang sengaja Neo tinggalkan di rumah sang Ayah karena merasa itu bukan miliknya. Mobil itu dulu dibelikan oleh Arya sebagai hadiah ulang tahunnya.Begitu menemukan ruangan sang Ayah, Neo segera masuk diikuti Naya. Begitu mendapati kehadiran putra dan menantunya, Abia tersenyum senang."Daddy kenapa, Ma?" tanya Neo sambil memandangi Ayahnya yang masih terbaring tak sadarkan diri dengan infus di tangan juga alat bantu pernapasan."Maag kronisnya kambuh. Kau kan tahu Daddy-mu tidak bisa terlambat makan, apalagi tidak makan seperti beberapa hari belakangan." Abia menjelaskan yang membuat bahu Neo merosot."Memangnya kenapa dia tidak makan?" tanya Neo meski tahu alasan sang Ayah sampai seperti ini."Setiap makan di rumah, dia selalu teringat padamu. Jadi dia selalu melewatkan sarapan maupun makan malam. Biya b
Pagi sekali, Neo sudah mendengar suara grasak grusuk dari arah dapur. Entah karena tumben mengetahui istrinya berkutat di dapur sepagi ini atau memang kontrakan yang sempit, suaranya jadi begitu nyaring terdengar sampai kamar.Karena sudah tidak bisa tidur lagi, Neo akhirnya beranjak bangun dan berjalan menuju dapur. Sambil bersandar pada ambang pintu dapur, Neo memandangi kegiatan istrinya dengan mata setengah terpejam."Kau sedang melakukan apa, Naya?" tanya Neo heran sambil sesekali menguap karena masih sangat mengantuk.Semalam, dia memang sulit tidur karena kepikiran pada Abia dan Arya. Terlebih Abia. Neo belum menjelaskan dengan benar pada sang Mama membuat perempuan itu menangis saat ia pergi dari rumah kemarin.Memikirkan itu membuat Neo akhirnya terjaga sampai sekitar pukul dua atau tiga malam. Naya pun menemaninya semalam dengan alasan masih belum mengantuk, padahal perempuan itu sudah menahan mati-matian matanya agar tidak terpejam.Tapi, pagi ini perempuan itu juga bangun
Begitu kembali dari kantor, Arya mendapati istrinya sudah menunggu di ruang tengah sambil berkacak pinggang. Perempuan itu terlihat kesal dengan mata menyorot galak."Kau kemana saja sampai tidak mengangkat teleponku?" tanya Abia sebal tanpa berani berbicara dengan nada tinggi pada sang suami."Aku sibuk. Banyak pekerjaan di kantor," jawab Arya santai sambil hendak berlalu menuju kamar.Abia kontan mengejarnya dan berlari menaiki tangga. "Hei, Mas! Kita perlu bicara!" panggil perempuan itu begitu Arya seolah mengabaikannya."Kau tidak tahu putramu pergi dari rumah? Dia mengemasi barang-barangnya dan bilang tidak akan tinggal di sini lagi! Kenapa kau bisa sesantai itu?" tanya Abia tidak habis pikir sambil berlari mengejar suaminya di undakan tangga.DUGH!"Aww ...." Abia meringis begitu kakinya tersandung di undakan tangga kemudian jatuh berguling hingga undakan terakhir.Arya yang panik kontan menoleh dan berlari menghampiri sang istri. Tangannya menyentuh bagian betis bawah bagian be
Pagi ini, suasana meja makan terasa sepi. Hal itu karena Arya yang absen sarapan dan langsung berangkat ke kantor pagi-pagi sekali.Hal itu tentu saja membuat Abia kebingungan. Sebab tidak biasanya pria itu melewatkan waktu sarapan, yang di mana kadang hanya pada waktu tersebut sang suami punya waktu berkumpul dengan menantu juga putranya."Kenapa Ayah tidak ikut sarapan, Bunda? Padahal aku memasak makanan kesukaannya. Tidak biasanya dia begini," tanya Naya menyuarakan kebingungan Abia yang dibalas Abia dengan gelengan tidak mengerti."Bunda juga tidak tahu, Nay. Dari tadi pagi Ayahmu memang agak murung, saat Bunda mengajaknya berbicara, dia juga hanya diam dan menyahut sesekali. Dia kenapa, ya?" gumam Abia ikut bingung."Kau bertengkar dengannya semalam? Semalam kan kalian begadang menonton piala dunia." Kali ini, Naya menuduh sang suami yang kontan gelagapan ditatap securiga itu."Kami tidak bertengkar! Kami hanya menonton sambil makan semalam," sanggah Neo tidak sepenuhnya benar.T
Setelah kejadian tadi, Nara tidak keluar dari kamarnya lagi. Neo tentu saja sadar alasan kenapa sang kekasih bersikap demikian. Sepertinya dia melihat Neo yang mengecup pipi Naya tadi."Nara ke mana, Yah? Aku akan pulang tapi dia masih mengurung diri di kamar?" tanya Naya heran yang dibalas Bintang dengan gelengan tidak tahu."Ayah juga tidak tahu, Nay. Adikmu tadi bilang tidak enak badan, jadi dia izin ke kamar dan tidak kembali sampai sekarang. Padahal sebelumnya dia masih terlihat sehat saat akan mengantar kopi untuk Neo," jelas Bintang yang sejenak membuat Naya teringat kejadian sebelumnya."Sepertinya dia memang sedang kurang enak badan. Tadi saja dia menjatuhkan gelas kopinya di depan kamarku." Naya menyahut membenarkan yang diam-diam membuat Neo merutuki dirinya sendiri di dalam hati.Bagaimana juga dia bisa asal mencium Naya begitu? Di rumah yang jelas saja tempat tinggal kekasihnya juga. Dengan pintu kamar terbuka juga fakta yang ia sendiri tahu bahwa perempuan itu sering kel