Share

bab 2

Penulis: Mariahlia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-30 21:54:50

Brak

Brak

Brak

"To--tolong!!" Suara teriakan seseorang membuat seorang gadis cantik yang sedang mengepel lantai itu langsung terkesiap.

Mata bulat cantiknya yang indah itu, langsung menatap sekelilingnya yang terasa sangat sepi tidak ada orang sama sekali, hanya ia sendirian di lantai 25 ini.

"Ya Tuhan... Apa jangan-jangan hantu ya?" Bulu kuduk gadis bertubuh mungil itu sudah merinding, membayangkan wajah-wajah hantu yang pastinya sangat menyeramkan yang pernah ia tonton di televisi.

Tangannya bahkan sudah memegang tengkuk lehernya, bibir mungilnya sudah gemetar hebat. Sungguh ini pengalaman horor untuk yang pertama kali ia dapatkan setelah ia bekerja menjadi seorang office girl di hotel terkenal di kota Bandung ini.

"Ih, apa jangan-jangan yang di bilang sama Sinta itu bener ya? Katanya kan, baru aja di temui mayat di lantai sepuluh?" Gadis cantik itu bahkan sudah menduga-duga, namun ia langsung menggelengkan kepalanya. "Astaga, Mila... Ini lantai 25, bukan lantai 10." Pekik Kamila nyaring, ia bahkan memukul jidatnya.

"Kenapa bego banget sih elu"

Kamila memasang wajah seriusnya, ia kembali menatap sekelilingnya yang memang benar-benar sangat sepi. Ia menarik nafasnya perlahan, lalu membuangnya kasar.

"Ya Tuhan, lindungi gue, Mila mau kerja, mau cari duit buat makan besok, jadi wahai setan tak berperikemanusiaan jangan di gangguin gue ya!!" Ucap Kamila menelangkupkan kedua telapak tangannya berdoa.

Gadis cantik bernama lengkap Kamila Jeslyn itu kembali melanjutkan aktivitasnya lagi, mengambil kain pel yang tadi sempat di letakkan olehnya, dan ia kembali menyapukannya pada lantai itu.

Baru beberapa kali gerakan tangannya mengepel lantai, Kamila kembali mendengar suara seseorang lagi..

Brak

brak

brak

brak

"Tolong, siapa saja yang ada di luar, to--tolong buka pintunya!" Teriak seseorang yang ada di dalam kamar itu, membuat Kamila semakin tersentak.

Mata Kamila langsung terbelalak mendengarnya, jantungnya berderu sangat kencang, suara itu terdengar lagi, dan kali ini Kamila bisa mendengarnya lebih jelas lagi. Tangannya meremas dengan kencang pegangan pada pel itu.

Brak

Brak

Brak

Ada suara yang meminta pertolongan, dan itu bukan hantu atau sejenisnya. Bahkan, suaranya terdengar sangat jelas sekali, sesekali terdengar suara pintu yang dipukul dengan kencang.

Brak

Brak

Brak

"Siapa ya?" Tanya Kamila pelan, sambil menggigit bibirnya dengan kencang, gadis cantik itu berjalan mendekat ke arah sebuah pintu kamar hotel yang ada di lorong itu, suaranya terdengar dari arah kamar tersebut. Sebelumnya, ia meletakkan pel-nya di ember yang di bawa olehnya tadi.

"Tolong saya! Saya minta to--tolong, saya minta bantuan kepada siapa pun, to--tolong keluarkan saya dari sini!!"

Brak

Brak

Brak

Kamila berjalan perlahan, ia langsung menatap pintu yang ada di depannya itu. Matanya menelisik pintu itu, dan saat itu ia melihat sebuah kunci yang menggantung di sana.

Langsung saja, tangan mungil itu memegang kunci dan memutarnya.

Ceklek ..

Pintu kamar itu terbuka, dan langsung menampilkan sosok pria berbadan tinggi tegap mengenakan kemeja berwarna biru muda dan berdiri di hadapan Kamila.

Ya, Arsen memang sudah mengenakan pakaiannya kembali, ia bahkan sudah frustasi sekali, ingin segera pergi dari tempat ini. Sekuat mungkin ia ingin menghancurkan pintu itu, namun siapa sangka, ada seorang wanita yang membuka pintu kamar hotel tersebut.

Bagus, Arsen bisa keluar dari sana dengan selamat. Namun, tunggu...

Saat ia ingin keluar, matanya malah tertuju pada sebuah pemandangan yang ada di hadapannya, ia melihat dengan jelas betapa indahnya pemandangan itu. Sepasang gundukan itu jelas tampak dari luarnya, sungguh sangat menantang bagi Arsen.

Seeet

"To--tolong saya." Lirih Arsen dengan suara beratnya, bahkan ia tidak dapat menahan rasa yang ada di dalam dirinya lagi saat berdekatan dengan wanita itu.

Sialan!

Kamila mengerjapkan kedua bola matanya, matanya menoleh ke arah tangannya yang di pegang oleh pria asing itu, agak terkejut sih, karena ia belum pernah di sentuh sebelumnya oleh lawan jenisnya, tapi ia mencoba tetap tenang, mungkin saja pria itu tidak sengaja. Kepala Kamila lalu mengangguk pelan. "Baik, mari saya antar anda ke bawa." Ucap Kamila yang bingung juga harus menolong bagaimana orang yang ada di hadapannya saat sekarang ini. Satu-satunya mengantar pria itu ke bawa dan menemui resepsionis. Mereka yang bisa membantu pria asing itu.

Arsen mendesis merasakan pening yang sangat luar biasa hebat mendera dirinya kembali.

Seeet

Arsen malah menarik tangan gadis itu hingga masuk ke dalam kamar hotel itu. Membuat Kamila tersentak,

ceklek

Apalagi saat pria itu menutup kembali pintu kamar hotel itu, membuat jantung Kamila berdebar sangat kencang.

Kamila terkejut, meronta-ronta minta di lepaskan oleh pria yang tidak di kenal olehnya itu, namun sayang tenaga nya tidak sebanding dengan pria itu.

"Leepas!!" Teriak Kamila, saat tubuhnya sudah di kukung oleh tubuh besar itu. Bahkan deru nafas pria itu terasa hangat membelai lehernya.

Jarak keduanya sangat dekat, membuat tubuh Kamila menegang hebat.

Jantung Kamila berpacu cepat, Kamila memejamkan kedua bola matanya, merasakan sesak di dalam dadanya sana. Air matanya bahkan sudah menetes mendapati aksi menjijikkan yang di lakukan oleh pria asing itu.

Sungguh, pria sialan, pria itu bahkan menjilati leher putihnya, membuat tubuh Kamila menegang hebat.

"Lepas!!!!" Teriak Kamila lagi, namun Arsen seakan tak mengindahkan perkataan gadis itu, dirinya sungguh butuh pelampiasan saat sekarang ini juga.

Ia bahkan tuli tak peduli dengan rontaan gadis itu.

"Maaf, tapi saya harus melakukannya" bisik Arsen tepat di telinga gadis itu, lalu menggigitnya perlahan membuat Kamila memekik.

Kamila menggeleng, berusaha mendorongnya tubuh yang menghimpitnya itu. Tapi sayang tenaganya tidak sebanding dengan tenaga pria itu. Kamila bahkan memukul-mukul pria itu dengan kencang, namun tangannya di tarik di atas, lalu di satukan dengan tangan sebelah milik Arsen, sedangkan tubuhnya sudah di tindih.

"Saya mohon lepas" Kamila menangis histeris,

Arsen tidak peduli, ia terus melancarkan aksinya, ia bahkan tidak peduli dengan tangisan dari gadis di bawahnya itu.

Hingga...

Sreeet

Arsen melepaskan pakaian milik gadis itu, merobeknya dengan asal dan membuangnya ke sembarangan arah.

Hingga kejadian yang tidak di inginkan pun terjadi...

Arsenio mengambil sesuatu yang paling berharga yang di miliki oleh gadis itu.

Yang di jaganya selama ini, dan yang hanya di peruntukan untuk suaminya kelak. Nyatanya sudah hilang dan yang mengambilnya orang yang sama sekali tidak di kenalnya.

Beberapa saat kemudian

"Hiks hiks, jahat" lirih Kamila sambil terus menangis, bahkan tubuhnya sudah remuk redam akibat perbuatan pria itu...

"Dasar pria brengsek! Bajingan!!" Kamila terus menangis hebat, sungguh ia sudah hancur sekarang, sudah tidak ada yang tersisa di dalam hidupnya.

"Mila udah hina, Mi... Mila harus bagaimana sekarang, hiks hiks." Tangis Kamila begitu pilu dan menyayat hati.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Rahasia Sang CEO    bab 45

    Lorong rumah sakit itu sunyi, namun bukan sunyi yang tenang.Ini sunyi yang kental—seperti udara yang menahan napas.Jam dinding di ujung koridor berdetak terlalu keras, jarum detiknya bergeser perlahan, memantul pada lantai mengilap yang sudah dipel oleh cleaning service pagi itu.Di balik dinding kaca, ruang-ruang perawatan berbaris rapi. Bau obat antiseptik samar-samar menusuk. Cahaya matahari menyelinap dari jendela, memantul pada kursi tunggu besi dingin yang sepi.Kamila duduk di salah satu kursi itu.Rambutnya diikat seadanya, wajahnya tampak pucat, tak memakai make-up sedikit pun. Kaos abu-abu yang kebesaran dan cardigan tipis yang ia kenakan membuatnya terlihat lebih kecil dari biasanya—seolah ia bisa menghilang jika seseorang meniupnya.Ia menatap lantai, menatap lututnya, menatap tangannya yang saling menggenggam terlalu erat.Tidak ada kata-kata.Tidak ada suara dari bibirnya.Sejak tadi ia hanya diam.Nares berdiri tidak jauh darinya, bersandar pada dinding, kedua tangann

  • Istri Rahasia Sang CEO    bab 44

    Ruang tamu villa itu terasa seperti sebuah ruang waktu yang membeku. Udara di dalamnya dingin, terlalu dingin untuk jam sepuluh pagi di kawasan perbukitan. Bukan dingin yang berasal dari udara luar atau AC yang lupa dimatikan. Ini dingin yang lahir dari tubuh seseorang—dari pikiran yang tak tidur dan jiwa yang remuk pelan-pelan.Arsen duduk bersandar pada dinding, kaki tertekuk, tangan menggenggam rambutnya sendiri. Ia tampak seperti seseorang yang sudah kehilangan orientasi, seseorang yang bahkan tidak sadar bahwa matanya yang merah sekarang menatap kosong ke arah lantai, bukan lagi ke dunia nyata.Mami Laudya berhenti beberapa langkah di depannya. Napasnya tersengal kecil saat matanya menyapu kekacauan ruangan.Dulu villa ini selalu bersih. Rapi. Beraroma mahal. Lantai mengkilap karena setiap jam ada staf yang mengepel. Vas bunga segar di meja. Piring makan mahal tersusun tanpa cela di dapur.Sekarang semuanya berantakan. Seperti rumah itu ikut jatuh sakit.“Arsen…” suaranya melembu

  • Istri Rahasia Sang CEO    bab 43

    Pagi itu rumah Mami Nares dipenuhi aroma jahe hangat dan roti panggang. Cahaya matahari masuk dari jendela besar, mengenai wajah Kamila yang tampak lebih segar dibanding dua hari sebelumnya—meski kantung matanya masih terlihat jelas jika diperhatikan.Mami Nares sibuk di ruang tamu, mengemasi beberapa berkas. Rambutnya disanggul, wajahnya dihiasi riasan tipis yang menandakan hari ini ia tidak bisa menunda pekerjaan.Kamila berdiri di dekat meja makan, memegang segelas air hangat.“Kamila,” panggil Mami lembut.Kamila menoleh. “Iya, Bu?”Mami menatapnya penuh perhitungan. Ada kekhawatiran, tapi juga keyakinan bahwa gadis muda itu mulai menemukan ritme napasnya kembali.“Kamu ada jadwal periksa kandungan hari ini, ‘kan?”Tangan Kamila mengejang di sekitar gelas. Ia hampir lupa, atau mungkin sengaja menyingkirkan itu dari kepalanya.“I—Iya, Bu. Jam sepuluh. Tapi–”Mami mengangguk, merapikan blazer-nya.“Kamu harus tetap periksa. Dokter yang Mami telpon juga udah saranin kamu harus rutin

  • Istri Rahasia Sang CEO    bab 42

    Malam berganti pagi, tapi bagi Arsen, waktu berhenti memiliki bentuk.Hari-hari berikutnya bukan lagi rangkaian jam yang bisa dihitung. Semuanya berbaur menjadi satu kabut tebal yang memeluk kepalanya—kabut yang tak pernah benar-benar hilang, bahkan ketika matahari tinggi di langit atau ketika lampu kantor menyala terang.Dan Kamila… tetap tidak ada di mana pun.Di KantorPukul sembilan pagi, gedung kantor Arsen biasanya penuh ritme, langkah cepat para staf, suara keyboard, telepon yang tak berhenti berdering. Tapi hari ini, semuanya terasa menahan napas saat Arsen datang.Ia masuk lewat pintu kaca besar, langkahnya lambat, bahunya sedikit merosot. Setelan rapihnya tidak menolong apa pun—kerahnya tampak tidak tersentuh tangan rapi, rambutnya acak sedikit.Paul, asistennya, langsung mendekat.“Pak… meeting sama tim legal lima menit lagi.”Arsen tidak menjawab. Tidak mengangguk. Tidak menoleh.Ia berjalan langsung melewati Paul, menuju ruangannya. Pintu kaca besar itu terbuka—kemudian d

  • Istri Rahasia Sang CEO    bab 41

    Malam itu menua dalam diam, tapi bagi Arsen, waktu bukan lagi aliran lembut yang berjalan pelan… melainkan pisau tumpul yang menggores dadanya sedikit demi sedikit.Hujan berhenti, tapi aroma udara yang lembap masih menempel di sepanjang jalan besar tempat ia berdiri. Lampu-lampu trotoar temaram memantulkan cahaya lembut di wajahnya yang pucat. Napasnya kabur saat ia mengembuskan udara, seolah dunia juga sedang menggigil bersama keresahannya.Arsen menyapu pandangannya sekali lagi. Tidak ada mobil. Tidak ada perempuan kecil dengan perut membesar yang memanggil namanya sambil menangis. Tidak ada jejak Kamila.Detik itu juga, sesuatu di dalam dirinya runtuh.Ia bersandar pada kap mobilnya, menunduk. Jemarinya yang biasanya tegas menandatangani kontrak bernilai miliaran kini bergetar hebat. Ia menutup wajahnya. Entah sudah berapa kali ia melakukan itu malam ini.“Pak Arsen…,” suara salah satu pengawalnya terdengar hati-hati. “Mungkin… kita cari ke arah—”“Tidak.” Suara Arsen pecah, renda

  • Istri Rahasia Sang CEO    bab 40

    Malam semakin menua, seperti kain hitam yang makin lama makin pekat. Lampu-lampu jalan di kawasan kumuh Jakarta itu berpendar kuning, memantul pada genangan air sisa hujan dan membentuk kilau yang seolah bergetar setiap kali angin dingin melintas. Suara raungan motor Nares memecah kesunyian, membawa Kamila menjauh dari gang sempit yang nyaris menelannya barusan.Kamila memeluk tas kecilnya di dada, tubuhnya kaku, namun matanya tak lepas dari jalanan yang terus berubah. Setiap tikungan terasa asing, setiap lampu jalan seperti mata yang memperhatikannya. Ia menelan ludah, berusaha tidak terlalu terpaku pada ketakutan yang tadi hampir membuatnya kehilangan nyawa dan anak dalam kandungannya.Nares melirik lewat spion, suaranya terdengar pelan karena tertutup helm."Mbak Kamila nggak apa-apa? Kalau mau pegangan, pegang aja ya. Biar nggak jatuh."Kamila mengangguk, walau Nares jelas tidak bisa melihatnya."Iya… aku nggak apa-apa."Tentu saja ia tidak benar-benar baik-baik saja. Punggungnya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status