Share

Istri Rahasia Sang Idol
Istri Rahasia Sang Idol
Author: HalSya

Jangan Berharap Lebih

"Jangan harap aku mau tidur sama kamu malam ini!" Algi berbisik di telinga Rania dengan rahang mengeras. Padahal ini baru hari pertama mereka menikah, tapi kenapa Rania harus menerima perlakuan buruk Algi, begini?

Di mana image baik dan penyayang yang selalu Algi perlihatkan di depan kamera televisi? Apakah itu hanya tipuan?

Rania hanya mampu terduduk lesu di pinggir ranjang mendengar kata-kata pria yang baru saja dinikahinya. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi. Pernikahan mereka hanyalah atas perjodohan para kakek mereka yang bersahabat di masa lalu. Kalau saja surat wasiat itu tidak ditemukan, maka Rania saat ini masih bisa hidup dengan bebas.

Bukan terpenjara di rumah yang bahkan tak boleh sembarangan dia datangi di setiap ruangannya.

"Kalau begitu, kenapa kamu menerima pernikahan ini dari awal? Kenapa tidak kamu tolak aja! Berarti kamu juga menginginkan sesuatu atas pernikahan ini, kan?" sela Rania tak kalah kesal.

"Itu karena..." kata-kata tertahan sejenak. Tidak boleh ada seorang pun yang tahu alasan sebenarnya dia menerima pernikahan ini. Yang pasti, bukan karena cinta atau keterikatan. Melainkan karena ada hal yang harus dia jaga.

"Kenapa diam? Kalau sama-sama tertahan di jalan buntu, terima aja. Kamu harus terima dengan pernikahan ini!" sambung Rania lagi, dengan nada sedikit emosi.

Algi masih dengan amarahnya, membungkuk dan memegangi dagu Rania. "Jangan harap aku bakal dengerin kata-kata kamu, Nona. kamu tahu gak, apa yang paling aku benci sekali?"

Rania menggeleng pelan.

"Cewek polos kayak kamu, yang lagi merencanakan sesuatu buat memenuhi keinginannya. Iya kan? Berapa sih yang lagi kamu butuhin? 1M, 2M? Aku kasih buat kamu!"

Algi tak hentinya melontarkan cacian pada Rania yang bahkan tidak sedikitpun terpikir di kepalanya. Rania menerima pernikahan ini, murni karena dia menghormati keputusan ayah dan ibunya, terutama sang Kakek. Bukan karena uang atau apalah seperti kata Algi barusan.

Jika Rania tahu kalau calon suaminya sejahat ini, Rania pasti akan menolak mentah-mentah perjodohannya.

"Aku gak menikah demi tujuan apapun, Algi. Lagian aku masih bisa cari uang sendiri, tanpa bantuan kamu, kok!" tegas Rania, walaupun tubuhnya gemetar hebat, karena menahan suara agar yang di luar tak bisa mendengarnya.

"Halah bacot! Bushlit banget anjir...di dunia ini, perempuan mau dijodohin sama penyanyi terkenal dan kaya raya tapi gak berharap apa-apa, itu munafik namanya!" final, Algi melempar ponsel yang tadi sedang dipegangnya, sampai terpental jauh dan layarnya retak. Rania sampai reflek menutup wajahnya dengan kedua lengan.

Masa bodoh lah benda itu bakal jadi hancur, toh Algi juga bisa membeli handphone baru plus sekonter-konternya.

"Aku harap, kamu gak banyak tingkah. Cukup tinggal di rumah ini, dan jangan pernah bongkar ke siapapun tentang status kita. Pernikahan ini, gak ada yang tahu kecuali manager kamu. Dan kalau sampai ada yang tahu, berarti kamu pelakunya!" Belum apa-apa, Algi sudah menjatuhkan tuduhan tak mendasar pada istrinya, padahal bisa saja kan itu ulah sang manager?

"Emangnya kamu percaya sama managermu? Bagaimana kalo sebenarnya dia yang bongkar pernikahan ini!" sahut Rania, sukes membuat Algi sedikit kelabakan.

"Ya...ya aku lebih percaya dia, daripada kamu!" Terakhir itu yang disampaikan Algi, sebelum akhirnya dia keluar dari kamarnya menuju ke studio musik, tempat dia menenangkan pikirannya.

Melihat alat musik seperti piano, gitar, bas, drum yang berjejer di sana sejenak bisa mendinginkan pikirannya. Hari ini adalah hari yang sangat dia benci seumur hidup.

Saat tadi dia bersumpah setia pada Rania di depan pendeta, saat itulah dia seperti sedang berusaha dalam perjalanan menghancurkan karirnya.

Katakanlah untuk satu sampai lima tahun, mungkin Algi masih bisa bertahan dengan rahasia pernikahannya. Tapi bagaimana jika akhirnya semua orang tahu bahwa dia sudah menikah, dan tak diterima oleh para fans-nya?

Apa yang harus dia relakan??

"Ya pasti cewek itu, lah! Buat apa aku masih mempertahankan dia? Bajingan!" umpat Algi tanpa sadar, saat tangannya memukul bas drum sampai berbunyi nyaring dan menggema di ruangan itu. Dia menadahkan kepalanya ke atas, lalu menghela napas dalam dan menghembuskannya.

Pikirannya kalut bak benang kusut, saat mendapati jurang dalam di depannya. Hal yang yang dia sesali adalah, kenapa, kakek dia dan kakek Rania harus bersahabat?

Padahal masih banyak hal yang harus Algi capai, tapi semua terhalang oleh pernikahan sialan ini.

"Sialan, sialan!" Umpatan yang di keluarkan Algi sangat banyak, mungkin dia sudah bisa mengabsen nama-nama kebun binatang setelahnya.

Dan malam itu, mereka berdua benar-benar tidak tidur dalam satu kamar.

***

Headline berita :

Wawancara eksklusif penyanyi Algi Darmigo dengan majalah dunia, Luxury sudah resmi diliris.

Algi berbicara mesra tentang wanita impiannya kelak: "Aku pasti akan mencintai pendampingku dengan penuh cinta dan kelembutan"

Saat membosankan seperti ini, Rania hanya bisa men-scroll media sosial miliknya, dan dan secara tak sengaja dia melihat di salah satu postingan yang muncul di berandanya, menunjukkan salah satu headline berita yang dirasanya berisi tipuan.

"Hah, apa katanya? Penuh cinta dan kelembutan? Mulutnya aja kek buaya darat banget! Boong tuh, berita palsu!" Wanita itu berdecak tak habis pikir, karena bisa-bisanya Algi sangat pintar sekali berakting.

"Harusnya dia jadi aktor aja, di kehidupan nyata dan kamera berbanding jauh! Pengen banget aku teriak sekencangnya bahwa Algi, sang idol kecintaan kalian itu sudah menikah, terus aku bongkar kelakuannya. Pasti seluruh dunia bakal heboh!" decitnya sembari melempar jauh ponsel yang dia pegang. Sayangnya Rania bukan orang jahat, dan semua unek-unek dia hanya sebatas di dalam mulut.

Untuk menyerang Algi, Rania tak punya kekuatan.

Dia memilih tidur dengan bertelungkup, menyembunyikan wajah lelahnya di balik bantal. Walau dia tidak dibebani dengan pekerjaan rumah tangga, tapi Rania tetap saja kelelahan secara batin.. Bagaimana tidak?

Saat pulang dari manggung, atau latihan vocal, Algi benar-benar seperti tidak melihat kehadiran Rania di sana. Tingkahnya di rumah hanya ada di antara dua pilihan, terdiam seperti tinggal sendirian, atau mencaci Rania seperti kesetanan.

Tuduhannya selalu tentang uang uang dan uang yang katanya jadi incaran Rania.

"Padahal gue masih bisa dapat uang dari usaha gue sendiri. Gak bakal gue ngarep uang sedikit pun ke dia," caci Rania, tapi tak tahu harus melampiaskan kekesalannya pada siapa.

Dia hanya mendengus kasar, sebelum mendengar ponselnya berdering.

"Halo?" Rania mengangkatnya tak bersemangat.

"Apa benar ini dengan Rania Artalezia?"

"Ya ya benar, ini siapa ya?"

"Kami dengan GoldHuman entertainment Kak, kami ingin memberitahukan bahwa anda diterima untuk menjadi staylish di kantor kami. Silakan datang ke gedung GoldHuman lantai 11, pukul satu siang nanti untuk melakukan tandatangan kontrak," papar staff yang menelepon itu, dan sontak membuat mata Rania terbelalak.

"Apa? Jadi saya diterima?"

"Benar Kak Rania, selamat ya. Kami tunggu kerja samanya!"

Ingin rasanya berteriak kencang, namun ia hanya menganga tanpa bersuara.

"Baik Kak, baik. Saya akan datang nanti. Terima kasih atas informasinya."

"Sama-sama." Kemudian sambungan telepon terputus.

Girang sekali Rania sampai dia loncat-loncat di atas kasurnya. Seperti baru saja doanya diijabah Tuhan, untuk mendapatkan uang di atas kakinya sendiri.

Memang sudah sejak lama Rania melamar pekerjaan di kantor tersebut, dan baru hari ini dia mendapat balasan.

"Yes aku diterima juga akhirnya! Yes, yuhu lala lala..." Dia bersenandung ria, sambil berjalan ke arah lemari pakaian, lalu memilih pakaian yang terbaik, menurutnya. Walau jam satu siang masih lama, tapi tak ada salahnya bagi Rania untuk prepare dari sekarang.

Ia bahkan menata rambutnya menjadi ikal di bagian bawah, agar terlihat modis. Menjadi staylish tentu harus menunjukkan bahwa kita paham style. Jangan sampai datang dengan wajah kucel dan akhirnya tidak dipercaya.

"Oke, dandanan aku udah perfect. Berangkat sekarang aja lah!" Setelah menghabiskan setengah jam bergelut dengan make up, Rania terlihat puas memandangi wajahnya di cermin.

Terlihat di arlojinya pukul setengah satu siang, dan Rania memutuskan pergi ke sana menggunakan taksi. Tak sudi sekali jika harus pakai salah satu mobil Algi, pasti akan menimbulkan perang dunia ketiga.

Selama perjalanan kurang lebih 15 menit, Rania telah tiba di gedung GoldHuman, dan segera menuju lantai 11 seperti apa kata penelepon tadi menaikan elevator.

Lalu, begitu pintu lift terbuka di lantai tujuannya, karena tergesa-gesa keluar dari sana Rania tidak memperhatikan langkahnya hingga dia tak sengaja bertabrakan dengan seorang wanita lain, dan membuat barang bawaan wanita itu tercecer di lantai.

"Astaga, maafkan aku!" kata Rania sambil membantu wanita itu memunguti barangnya.

"Its oke tak apa, aku juga gak lihat jalan kok, barusan!" jawab si dia dan keduanya lekas sama-sama berdiri.

"Ini barangnya-" begitu Rania mau menyerahkan id card milik dia, Rania terkejut melihat foto yang tersimpan di belakang case id card itu.

Dimana ada foto Algi dan wanita di hadapannya, dengan pose senyum bahagia.

"Siapa perempuan ini???" Rania langsung bertanya-tanya dalam hatinya.

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status