Share

Bab 3. Perang Ke Tiga

Aku memutuskan untuk pulang kembali kerumah Mas Leo, rasanya aku salah sebagai istri sah Mas Leo jika meninggalkannya. Aku menahan nafas melihat tatapannnya yang penuh kemarahan meskipun begitu, aku tetap menatapnya. Sebab aku tahu betul alasan Mas Leo marah, tidak lain yaitu karena masih mengira diriku selingkuh dengan Reza adiknya

‘’Mas’’ bisikku hanya bicara sedikit.

Kemudian Mas Leo membuang muka, aku tau dia masih marah besar kepadaku. Tapi aku mencoba untuk tetap sabar menghadapi Mas Leo, ‘’Kenapa kamu injakkan kakimu lagi kerumah ini!” ucapnya dengan nada tinggi.

Senyumku harus tetap terukir supaya Mas Leo tidak tambah naik pitam. Satu lagi yang aku dengarkan nasihat orang terdekatku kalau mau rumah tangga kami tetap utuh dan jangan pernah mendengarkan ucapan negatif orang-orang sekitar kita.

‘’Jadi istri itu jangan suka selingkuh!’’ ucapnya lagi dengan mendelik ke arahku

‘’ Kalau tidak menjadi istri yang becus, setidaknya bisa membuatku nyaman dirumah! dan jangan suka selingkuh dibelakang suami!’’ sambungnya dengan raut wajah murka.

Deg!

Dunia serasa berhenti berputar. Aku memejamkan mata ini sambil menghela nafas, Ya aku tak boleh menangis di saat ia marah dan menghardikku dengan kata-kata yang sembarangan.

‘’Mas, itu...,’’

Aku meremas kaos dibagian atas menahan nyeri dada mendengarkan ocehan Mas Leo yang menyayat hati.

‘’Eeh tukang selingkuh, ternyata punya nyali juga ya kamu balik kerumah ini?’’ mama mertuaku sambar ucapan yang tak mengenakan di dengar.

Aku memutar badan lalu pergi meninggalkan mereka berdua, karena aku yakin jika ngeladeni mama mertuaku tak akan ada ujungnya, pasti dia akan terus menyalahkanku dan akan menuduh yang tidak-tidak lagi seperti yang sudah-sudah.

“Zahwa!’’ teriak mama karena aku tinggalkan begitu saja.

‘’Dasar menantu kurang ajar!" teriaknya lagi.

Sabar Zahwa, kamu itu harus kuat dan harus terima diperlakukan apapun sama orang-orang dirumah ini, yakinlah semua akan baik-baik saja, jadi harus kuat mental, semoga nanti akan terbongkar siapa yang berniat jahat.

***

Aku mengeluarkan ponsel yang ada di sakuku, aku ingin menelfon temanku yang bekerja di hotel tempat aku dan reza pergi waktu itu. Aku mencoba mencari tahu tentang kejadian aku dan reza di hotel. Aku ingin mencari informasi lebih lanjut.

‘’Heh kamu telefon siapa?’’ teriak Mas Leo

Seketika mataku melotot saat Mas Leo memergokiku. Aku sontak meletakkan ponsel karena ketakutan,"Siapa yang telfon?’’ Mas Leo mengerutkan keningnya seraya orang curiga.

‘’Bukan siapa-siapa Mas,’’ jawabku singkat

‘’Apakah itu Reza?’’ tanyanya dengan curiga

‘’Bukan Mas,’’ jawabku lagi

Mata Mas Leo menyipit, ia melirik kearah ponsel yang aku letakkan diatas bar dapur. Sungguh dadaku bergetar hebat ketika matanya menyorot penuh.

Kakinya mulai melangkah, aku benar-benar tak tenang sekarang. ia meraih ponsel itu dan mengambilnya.

“Cindi?’’ ucapnya dengan penasaran.

Aku masih terdiam, takut Mas Leo akan mengintrogasi aku habis-habisan.

“Cindi siapa ini Zahwa?’’ tanyanya

‘’Cindi teman Kuliahku Mas,’’ jawabku singkat

Ake bergetar meraih ponselku yang ada di tangan Mas Leo. Aku memutarkan badan untuk pergi dari hadapan Mas Leo

‘’Zahwa!’’ panggil Mas Leo dengan menarik tanganku secara tiba-tiba

Aku menoleh kepadanya, rasanya campur aduk antara gemetar takut kenak marah Mas Leo lagi dan senang akhirnya Mas Leo mau memegang tangaku lagi.

‘’Iya Mas?’’ sahutku pelan

‘’Maaf ya, aku sudah soudzon kepada kamu!’’ ucapnya dengan perlahan.

‘’Lanjutkan saja kalau kamu mau menelfon teman kuliahmu itu!’’ ucapnya sekali lagi.

Begitu senangnya aku mendengarkan ucapan Mas Leo, walaupun diwajahnya masih sedikit bermuka masam, Mas Leo segera meninggalkan aku seorang diri. Aku melanjutkan untuk menelfon Cindi, berharap dia bisa membantuku.

Tut

Tut

“Hallo Zahwa,’’ jawabnya

‘’Cindi apa kabar?’’ sahutku

Tak disangka jika temanku itu segera menjawab panggilanku, aku melontarkan semuanya apa tujuanku menelfon dia, begitu senangnya aku ketika Cindi bersedia membantuku untuk menguak semuanya.

‘’Syukur deh cindi mau membantuku, semoga saja aku cepat menemukan jalan keluar dalam rumah tanggaku ini tuhan’’ gumamnya dalam hati

Matahari mulai menghilang dibawah garis cakrawala di selah barat, Aku yang berniatan untuk menemui Cindi di hotel tempat ia bekerja, Karena ia menyarankan aku untuk menemuinya waktu petang ini.

‘’Mas aku ijin keluar dulu ya?’’ kuberanikan diri untuk minta ijin keluar pada suami

Mas Leo hanya menganggukkan kepalanya tanpa menoleh kepadaku. Aku buru-buru keluar dari rumah, aku takut mama mertuaku melihat aku lalu membuntutiku dan membuat rencanaku berantakan. Tak lama kemudian ojek online pesananku datang menjemputku.

’’Mbak Zahwa?’’ tanyanya Bapak ojek online

‘’Iya Pak’’ sahutku dan mengangguk

Aku segera naik ke motor dan meminta Bapak ojek segera membawaku pergi ‘’Pak ayok cepat berangakat!’’ pintaku kepada bapak ojek

Sorotan lampu mobil yang ada didepanku begitu tajam menyinari mataku, ku tutupi kelopak mataku ini untuk mengurangi rasa ngilu dari sorotan lampu mobil yang mengarah kepadaku. Begitu kagetnya aku ketika aku sadar bahwa mobil itu milik Reza adik tiri Leo.

‘’Zahwa!’’ panggilnya teriak

Aku bingung harus bagaimana, jika aku melanjutkan perjalananku aku khawatir Reza akan membuntutiku, jika aku tetap ditempat dan merespon Reza aku takut terjadi fitnah lagi, hingga akhirnya aku memutuskan untuk kembali pulang. Aku tau benar karakter Reza yang sangat ngotot orangnya.

‘’Pak ayok kita putar balik!’’ pintaku kepada tukang ojek itu

Benar seperti dugaanku Reza memang orangnya batu, dia tetap ngotot untuk mengikutiku dia mengejarku hingga sampai ke rumah Leo, entah apa yang ada dipikirannya seolah dia bodoh amat jika aku ini istri kakaknya.

‘’Zahwa’’ teriaknya lagi

‘’Reza kamu seabiknya pulang deh, ngapain sih kamu ngejar aku terus? emang kamu gak ada kerjaan ya selain gangguin aku?’’ bentakku kepadanya

Karena suara gaduhku dengan Reza membuat Mas Leo keluar dari kamarnya, aku melihat amarah dari wajah Mas Leo, yang aku takutkan saat ini akan ada perang ketiga dirumah ini.

‘’Oh berani-beraninya kamu Reza menginjakkan kaki dirumahku!’’ cetus Leo kepada pria yang ada disampingku kini.

Mas Leo mulai mengepalkan tangannya dengan erat, Aku yang masih berdiri tegak di dekat Reza tercengang melihat kepalan tangan Mas Leo yang begitu kuat.

Brug

Brug

Dalam hitungan detik dugaanku benar, Aku mencoba melerai dan menarik tubuh Mas Leo dengan keras ‘’Mas cukup!’’ bentakku.

Mas Leo menatap nyalang ke arahku, "Kau membentakku karena orang lain, huh?" cebik suamiku.

Aku menggelengkan kepala, aku hanya tidak ingin terjadi kegaduhan antara suamiku dan adiknya, "Tidak, Mas tolong jangan salah paham, aku......."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status