Share

Bab 2. Tawaran 1 juta Dolar

Author: YL Wanodya
last update Last Updated: 2023-10-18 20:35:46

Jari-jemari Airina mulai membuka perlahan berkas yang ada di atas meja.

Dia mencoba menguatkan diri.

Namun, begitu membaca kalimat demi kalimat, mata Airina membelalak.

“Surat pernikahan kontrak?” ujarnya–memastikan iris matanya tidak salah mengeja kata. “Tuan, apa aku tidak salah baca?”

Pria di hadapannya hanya tersenyum. “Anda sama sekali tidak salah baca. Silakan ambil keputusan secara cepat.”

Tuan muda Pinault lalu beranjak dari kursi kerjanya dan bersedekap dada menatap lekat ke arah Airina.

Di bawah tekanan, Airina memberanikan diri membaca isi kontrak.

Beberapa kali matanya memicing membaca deretan persyaratan yang harus ia patuhi. Namun, intinya hanya dua:

1. Pernikahan kontrak hanya berlaku satu tahun. Jadi, tidak boleh ada hubungan badan ataupun kontak fisik jika tidak diperlukan.

2. Pihak kedua harus patuh pada Tuan Pinault, tanpa terkecuali demi kepentingan citra perusahaan.

Lalu untuk bayaran sebagai istri kontak Tuan muda Pinault….

“1.000.000 Dolar?” pekiknya tertahan. Matanya memicing menatap nominal yang tertera.

‘Apa aku tidak salah baca? Jika demikian, biaya rumah sakit ibu dan sekolah adik akan tercukupi,’ gumam Airina dalam benaknya.

“Bagaimana, Nona?” tanya lelaki di hadapannya dengan menatap Airina intens.

Airina sempat terhenyak. Ingin sekali ia menolak tawaran ini dan memilih mencari pekerjaan yang jelas saja.

Airina juga tidak ingin dicap seperti wanita murahan yang bisa dibeli menggunakan uang.

Tapi masalahnya … dia tidak punya uang untuk ganti rugi. Dengan menjadi istri kontrak Tuan muda Pinault, perawatan ibunya tidak akan ditunda lagi.

Lalu, ada desas-desus mengatakan Tuan muda Pinault sudah memiliki tunangan. Lantas, kenapa memintanya untuk jadi istri kontrak?! Bukankah aneh jika seorang Pinault menikahi gadis pinggiran dari Lyon?

Kepala Airina seperti akan pecah saat itu juga.

Telebih, tatapan intens dari Tuan muda Pinault semakin membuatnya gugup.

“Airina Lyon,” panggil lelaki bertubuh jangkung itu menyadarkan Ariana dari lamunan.

Seketika ia menyadari jaraknya dengan pria tampan itu sangatlah tipis–membuat Airina semakin canggung.

Tapi, tunggu! Bagaimana pria ini tahu nama lengkapnya?

“Tuan, bagaimana Anda tahu nama lengkap saya?” tanya Airina dengan tatapan nyalang.

Pria itu mendadak duduk di sudut meja. Ia melipat lengan kemejanya sediki dan menatap Airina dengan tegas. “Kamu benar-benar tidak mengenaliku, Airina?”

“Bukankah ini pertemuan pertama kita, Tuan?” Airina balik bertanya.

“Arsen Pinault. Lulusan ESMOD Internasionale program studi Arsitektur. Dua tahun di atasmu,” jelas laki-laki itu dengan terang-terangan, “sampai di sini, apakah kamu belum mengenalku?”

Deg!

Airina membelalak mendengar nama tersebut.

Saat menjadi mahasiswa baru, Airina pernah dekat dengan pria culun bernama Arsen. Dia menyukai pria tersebut diam-diam. Mereka bahkan sering menonton bersamanya menonton festival seni bersama di akhir pekan.

Hanya saja, sudah lama keduanya lost contact. Airina bahkan melupakan rupa pria itu, kecuali kebiasaan Arsen yang selalu memakai kacamata tebal dan celana menggantung di perut.

Hal ini sangat berbeda dengan pria di hadapannya yang memakai gaya rambut trendi dan sungguh tampan, bagaikan pahatan patung Yunani terkenal di museum Louvre!

“Maaf, tapi sepertinya Anda salah. Saya memang kenal Arsen. Hanya saja, dia … adalah pria polos yang tidak berpenampilan seperti Anda!” ucap Airina kembali.

Mendadak ruangan itu berubah menjadi hening dan canggung.

“Airina Lyon, ingatan Anda benar-benar setipis tisu ternyata!” ledek Arsen.

“Aku Arsen yang pernah menonton festival seni di Macherie dengan Anda beberapa tahun lalu.” Arsen mengetuk ujung hidungnya terlihat berpikir. “Dulu, aku bahkan mengantarmu ke rumahmu di kawasan Mittleburg.”

Seketika, Airina seperti kekurangan pasokan oksigen.

Jadi, Arsen di hadapannya adalah Arsen yang culun itu?

“Ta–tapi ….”

Pria itu tersenyum miring. “Jika masih ragu, aku bisa menunjukkan sesuatu yang membuatmu yakin.”

Setelah berkata demikian, Arsen mulai merubah penampilannya.

Ia menyugar rambut menjadi dua sisi seperti dulu saat masih menjadi mahasiswa program studi arsitektur.

Dengan kacamata bulat yang tebal menggantung di wajahnya.

Celananya yang awalnya rapi itu, ia naikkan sampai di batas perut.

“Kalau seperti ini, apakah kamu mengingatnya?” tanya Arsen dengan memainkan tangannya di depan dada.

‘A–Arsen?’ batin Airina terkejut setengah mati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Satu Juta Dollar Sang Tuan Muda   Spesial Chapter!

    "Tera Fillmoore Pinault!" seru seorang pria dengan tubuh tinggi dengan jas yang melekat pada tubuhnya. "Om Yoshi!" seru Tera. "Happy wedding ya, Om, Aunty!" ucap Tera dengan senyum ramah. Pagi itu, Tera dan Tora diminta menjadi Bridesmaids dan Groomsmen di acara pernikahan Aily dan Yoshi. Di tepi pantai Medoza, ke duanya resmi menikah. Airina dan Arsen hanya mengulas senyum tipis, tatkala sepasang pengantin itu terlihat bahagia di atas pelaminan. "Cie, udah nggak jomblo nih!" ledek Airina. "Diam!" seru Yoshi. Gelak tawa terdengar nyaring, acara pernikahan yang diadakan dengan sederhana. Membuat suasana intimade wedding itu kian kental terasa. "Curang sekali kamu, Yosh. Bisa-bisanya menikahi adikku sendiri," ucap Airina. Ia yang sedari tadi menahan air mata, kini ia benar-benar menumpahkannya di dada Arsen. Usapan pelan pada pundak Airina, membuat ia air matanya semakin pecah. "Aku hanya ingin melindungi adik sekaligus istriku ini, Airin. Lagi pula, kamu sudah mengenal aku c

  • Istri Satu Juta Dollar Sang Tuan Muda   Bab 142. Final chapter!

    Aily dan Yoshi saling melempar senyuman tipis. "Aku ingin melamar adikmu, Airin," ucap Yoshi lembut. DegJantung Airina seperti berhenti berdetak sepersekian detik, kaget dan campur aduk. Di hadapan keluarga Arsen, Yoshi dengan entengnya mengatakan kalimat itu tanpa ragu. "Yosh ...? Kamu serius?" tanya Arsen lirih. Yoshi menganggukkan kepalanya membenarkan ucapannya. Membuat Airina dan Arsen semakin terdiam kaku. "Entah restu seperti apa yang harus aku berikan padamu, Yosh. Tapi ... Aku tidak bisa memaksa adikku untuk mengikuti jejakku, aku membiarkan adikku memilih jalannya sendiri. Jadi, apa pun yang diinginkan Aily, aku setuju," tutur Airina lembut. Aily berseru dengan bahagia, setelah selesai pendidikannya. Ia berniat melanjutkan kuliah terlebih dahulu. "Terima kasih, Kak!" Aily memeluk erat tubuh Airina. Malam tahun baru itu membawa rona bahagia pada semuanya. Airina dan Arsen yang cintanya semakin kuat, dalam dekapannya Tora dan Tera tersenyum menggelitik. **** 5 tahu

  • Istri Satu Juta Dollar Sang Tuan Muda   Bab 141. Tora Fillmoore Pinault dan Tera Fillmoore Pinault

    "Arsen ...," Julie mengoyak tubuh anak laki-lakinya, teriakannya cukup keras. Membuat ia yang duduk di ruang tunggu mampu mendengar suaranya. Lama Arsen hanya mengubah posisi tidurnya, entah apa yang ia rasakan di alam mimpi. "Arsen!" gertak Julie. "Arghhh!" Matanya menyipit sebelum benar-benar sadar dari tidur singkatnya. Matanya mengerjap perlahan. "Ibu ... bagaimana bisa ibu ada di sini?" tanya Arsen dengan tergagap. "Kamu mimpi apa? Sangat berisik, ibu takut Airina terganggu," tanya Julie. "Rasanya aku tidak bermimpi, namun ada sesuatu yang mengganjal dalam tubuhku. Maaf ibu," Arsen mengacak rambutnya kasar. "Sudah tidak apa-apa, tenangkan dirimu sebelum kembali tidur. Kasihan Airina jika terganggu," peringat Julie. Arsen akhirnya melangkahkan kakinya ke luar ruang inap, sekilas ia melihat anak kembarnya di ruang bayi. Ia hampir lengah dengan penjagaan di sana. "Aron, panggilkan beberapa orang untuk menjaga ruang bayi!" titahnya. Setelahnya, Arsen hanya duduk di kursi

  • Istri Satu Juta Dollar Sang Tuan Muda   Bab 140. Gemma Berulah lagi?

    Mata itu perlahan mengerjap hingga sepenuhnya ia mampu menatap sekeliling ruangan. Dengan nuansa biru lautnya, ruangan yang terlihat luas hanya menyisakan dirinya dan Arsen. Dengan perlahan matanya terbuka dengan lebar, ia mengerjapkan matanya berulang. Pukul 10 malam, setelah pagi hari ia berjuang untuk nyawa dua bayi. Kini, ia kembali siuman setelah tertidur entah berapa lama. "A-Arsen," lirih suaranya samar memanggil nama Arsen di sampingnya. Pria itu menundukkan kepalanya dalam, seolah tidak memiliki harapan besar atas istrinya. Setelah mendengar suara tangisan ke dua kalinya, ia tidak lagi ingat apa yang terjadi padanya. "Airin, kamu sudah siuman? A-aku akan memanggil dokter segera!" ucapnya terbata. Arsen berusaha berlari menuju pintu, namun tangannya tercekal. Airina menahan pergelangan tangan Arsen dengan kuat. "Jangan pergi dulu, bagaimana kabar anak kita?" tanya Airina lirih. "Anak kita sehat, Airina. Dia ada di ruang bayi, kalau kamu sudah sepenuhnya pulih. Kita ak

  • Istri Satu Juta Dollar Sang Tuan Muda   Bab 139. Lahir!

    "Hah?" beo Airina kebingungan. "Kamu tahu dari mana?" tanya Airina pada adik bungsunya. Tatapan mata yang lekat pada adiknya itu menyelidik. Bahkan ia terlihat sudah tahu bagaimana ceritanya kejadian itu terjadi pada kakaknya. "Bu Julie cerita ke aku, Kak. Awalnya aku juga tidak percaya, tapi setahuku memang Nona Gemma tidak pernah menyukaimu 'kan?" tutur Aily lirih. "Aily, kamu tidak perlu sampai seperti itu. Tidak perlu membenci orang lain seperti itu, Aily. Lihatlah kakak baik-baik saja loh," ucap Airina dengan menatap lembut adik bungsunya. "Kakak memang baik-baik saja, jika Kakak tidak baik setelah kejadian itu. Apa kakak bisa mengatakan kalimat barusan?" tanya Aily dengan menekan kalimat demi kalimatnya. Deg! Sifat ke duanya sangat bertolak belakang. Aily membiarkan Airina sibuk dengan pikirannya, ia beranjak meninggalkan ruang tamu. "Aku mau istirahat dulu, Kak. Lelah sekali perjalanan hari ini," keluhnya. Airina hanya bisa melihat adiknya melenggang begitu saja. Hanya

  • Istri Satu Juta Dollar Sang Tuan Muda   Bab 138. Selamat!

    Arsen terperanjat, ia dengan sigap menopang tubuh Airina agar tidak terjatuh. Sayup-sayup Anne berlari dari lawan arah. Membantu Arsen menopang tubuh Airina, tanpa sadar itu adalah salah Anne. Akhirnya, dengan degup jantung yang tidak beraturan, Airina masih selamat. "Terima kasih, Arsen, Anne," lirih ucap Airina. Dengan perasaan penuh kekalutan, Airina memilih duduk di sofa. Membiarkan jantungnya berdegup normal kembali. Dengan segelas air putih ia berusaha menetralkan dirinya sendiri meski cukup sulit. Ada ketakutan dalam dirinya yang cukup kuat. "Anne, bagaimana bisa kamu mengepel dan masih sangat basah seperti itu?" tanya Arsen dengan nada yang cukup keras. Sedangkan pembantunya hanya bisa diam dengan menatap lantai di hadapannya. "Maafkan saya, Tuan. Saya tadi sempat mengambil air bersih, karena mema-" ucapannya terhenti. Arsen tidak lagi mengomel, ia berjalan mendekati Airina. Ia memastikan keadaan istrinya baik-baik saja. "Jangan marah pada Anne, itu akan membuatnya t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status