Byur!
“Astaga! Berani-beraninya dia melemparkan minuman pada ahli waris keluarga Pinault.”
“Apa dia tidak kenal siapa lawannya itu?”“Kurasa ia harus membayar ganti rugi luar biasa besar atas ketidaknyamanan Tuan Muda Pinault.”Celotehan para pengunjung di Café De Flore membuat tubuh Airina menegang.Sebab, dialah pelaku yang tengah dibicarakan.Tadi, Airina terlalu emosi melihat kekasihnya asyik berciuman dengan sahabatnya. Padahal, mereka tahu Airina tengah berjuang mencari pekerjaan!Ia pun berniat melabrak dan melemparkan segelas cappucino yang baru dipesan pada keduanya.Sayangnya, Airina justru salah sasaran!Cappucino itu justru mengenai seorang laki-laki berperawakan tinggi dalam balutan jas mahal yang kini sudah basah.Bahkan, kemeja putihnya sedikit menampilkan dada bidang pria dari keluarga Pinault yang terkenal sebagai pengusaha retail terbesar di Eropa.“Mati aku….” lirihnya panik.Airina menarik napas panjang, lalu menuju “korban” untuk membantu mengelap sisa cappucino dengan sapu tangan miliknya. “Tuan, maafkan saya.”Perempuan itu pun sibuk mengelap jas pria tersebut, hingga tak menyadari pria yang menjadi korban salah sasarannya itu tengah menatapnya dengan pandangan sulit diartikan.“Apa kamu sengaja ingin merusak jas ini dengan mengelapnya secara kasar?”Deg!Suara bariton itu menghentikan gerakan Airina.Sontak, dirinya memperhatikan dengan jelas bahan jas tersebut.Sebagai lulusan fashion design, Airina menyadari wol, katun, hingga kain cashmere di tangannya sangat premium.Terbaik dari yang terbaik!Airina pun memejamkan mata. ‘Astaga… jika dia meminta ganti rugi, bagaimana nasibku?’ batinnya panik.Bayangan keluarganya yang kecewa tiba-tiba muncul. Ekonomi mereka sedang turun. Ibunya butuh biaya pengobatan yang besar dan biaya sekolah adiknya belum dibayar. Bagaimana mungkin Airina menambah masalah baru?Memberanikan diri, Airina pun kembali berkata, “Tuan, sekali lagi saya minta maaf. Jujur saya tidak sengaja, sekali lagi saya minta maaf.”Dia berharap belas kasih dari pria di hadapannya ini.“Ikuti saya.”“Hah?” gumam Airina tanpa sadar memperhatikan pria itu yang berdiri dari tempatnya, “maksud, Tuan?”“Jika tidak ingin kutuntut, ikutlah denganku dan bayar ganti rugi jas yang kamu kotori ini!” tunjuk laki-laki itu dengan nada dingin.“Ta–tapi–”Ucapan Airina terhenti kala pria itu berlalu dari hadapannya.Inilah yang paling dia takutkan. Harga jas itu mungkin setara dengan biaya hidupnya setahun.Rasanya, ia ingin kabur. Sayangnya, itu tak mungkin.Jadi, dengan berat hati, Airina memilih mengikuti langkah pria tampan yang tidak ia kenal sama sekali itu menuju parkiran.Hanya saja, dari ujung matanya, ia dapat melihat dua pengkhianat yang menyebabkan tragedi ini–justru tersenyum mengejek ke arahnya.“Sial! Akan kubalas kalian nanti,” batin Airina dalam hati.Wanita itu lagi-lagi tak menyadari bahwa Tuan muda Pinault memperhatikan kelakuannya.Diam-diam, pria itu bahkan menggelengkan kepalanya sembari tersenyum memperhatikan Airina yang sepertinya tak mengenalnya.“Akhirnya, aku menemukanmu lagi, Airina,” batinnya, “kali ini, aku tak akan melepaskanmu.”****“Masuk! Kita akan ke kantorku.” Setibanya di parkiran, pria itu langsung memerintahnya dari dalam mobil Bentley keluaran terbaru.Airina sontak merasa menjadi wanita yang sangat lusuh jika disandingkan dengan laki-laki di sampingnya.Begitu perempuan itu masuk, sopir pria itu pun melajukan membelah jalanan Kota Macherie.Hanya ada keheningan di antara mereka.Airina masih berpikir keras, tentang bagaimana cara dia mengganti jas itu!CIT!Tanpa disadari, mobil pun berhenti–menyadarkan Airina dari lamunan.‘Serius ini kantornya? Aku benar-benar sial!’ batin Airina memperhatikan kantor pria asing ini,Kantor tersebut terletak di Avenue Lionel Terray yang merupakan sebuah kawasan perkantoran elit di Macherie.Mata Airina menyibak ke beberapa penjuru.Tiba-tiba saja, sang sopir membuka pintu mobil perlahan. “Silakan turun, Nona.”Airina pun mengangguk dan memaksakan senyum.Ia berjalan memasuki bangunan dengan arsitektur yang sangat mewah.Airina semakin merasa kecil. Dirinya tidak ada apa-apanya dibanding lelaki yang membawanya ke sini.Tanpa sadar, ia sudah tiba di ruangan bertuliskan Monsieur Pinault.Pria itu bahkan sudah duduk di kursi kerjanya.Tanpa kata, Tuan muda Pinault menunjuk kursi di hadapannya menyuruhnya duduk.Airina pun melakukannya.“Tuan, saya sungguh minta maaf. Tapi, saya tidak tahu harus ganti rugi menggunakan apa. Saya ini pengangguran. Keluarga saya butuh saya untuk membiayai mereka. Atau … Anda mau mempekerjakan saya? Saya bersedia melakukan apapun, saya–”Airina terus bicara. Tampak sekali, ia kalang kabut.Laki-laki di hadapannya hanya mengulas senyum tipis dan menaikkan sebelah alisnya. “Melakukan apapun?”Meski tidak mengerti, Airina mengangguk.Bersamaan dengan itu, Tuan Pinault seketika membuka beberapa berkas dengan cepat.Tanpa basa-basi, ia meletakkan berkas beramplop merah di atas meja.“Jika demikian, silakan baca berkas perjanjian ini, Nona!” titahnya.Jari-jemari Airina mulai membuka perlahan berkas yang ada di atas meja. Dia mencoba menguatkan diri. Namun, begitu membaca kalimat demi kalimat, mata Airina membelalak. “Surat pernikahan kontrak?” ujarnya–memastikan iris matanya tidak salah mengeja kata. “Tuan, apa aku tidak salah baca?” Pria di hadapannya hanya tersenyum. “Anda sama sekali tidak salah baca. Silakan ambil keputusan secara cepat.” Tuan muda Pinault lalu beranjak dari kursi kerjanya dan bersedekap dada menatap lekat ke arah Airina. Di bawah tekanan, Airina memberanikan diri membaca isi kontrak. Beberapa kali matanya memicing membaca deretan persyaratan yang harus ia patuhi. Namun, intinya hanya dua: 1. Pernikahan kontrak hanya berlaku satu tahun. Jadi, tidak boleh ada hubungan badan ataupun kontak fisik jika tidak diperlukan. 2. Pihak kedua harus patuh pada Tuan Pinault, tanpa terkecuali demi kepentingan citra perusahaan. Lalu untuk bayaran sebagai istri kontak Tuan muda Pinault…. “1.000.000 Dolar?” pekiknya
“Bagaimana, Nona? Apakah sudah mengingat saya?” goda Arsen sambil tersenyum. “Gila!” seru Airina tanpa sadar. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Jika dulu, Arsen terlihat sama saja secara ekonomi dengan Airina. Saat ini, perempuan itu merasa bagaikan langit dan bumi. Dia merasa tidak layak berhadapan dengan temannya itu. Bahkan, diam-diam Airina merutuki dirinya yang sebenarnya pernah menyukai Arsen semasa mahasiswa. “Airina,” panggil Arsen menyadarkannya dari lamunan. “Ma–maaf,” gugup Airina, “aku masih tidak percaya seorang Arsen yang culun itu sudah berubah 180 derajat. Senang bertemu lagi denganmu.” Menyadari Airina terlihat sangat canggung, pria itu menghela napas. “Relaks Airina. Aku masih Arsen yang kau kenal dulu.” “Oh, iya. Bagaimana kabarmu, Airina? Apakah laki-laki tadi kekasihmu?” tambahnya. Airina sontak mengangguk. “Ya, dia kekasihku. Tapi, aku akan memutuskannya karena telah berselingkuh dengan sahabatku.” “Tadinya, aku akan memutuskannya. Tapi
“Deal!” tanpa berpikir panjang Airina menjabat tangan Arsen. Keduanya resmi saling menyetujui syarat yang diberikan dalam kontrak yang dibuat dua rangkap itu. Masing-masing mendapat satu salinan. “Terima kasih, Airina. Kamu bisa menghubungiku sewaktu-waktu di nomor yang tertera di surat kontrak.” “Kembali kasih, Arsen. Aku pamit dulu,” pamit Airina dengan senyum di wajahnya membuat Arsen tak sadar telah mulai merencanakan pertemuan kedua orang tuanya. Dia benar-benar tak akan melepas Airina selamanya. ‘Andai kamu tahu sudah sejak lama aku mencarimu, Airina. Bahkan, aku selalu menolak menikah karena aku masih mencintaimu!’ batin Arsen menatap kepergian Airina. **** Drrt! Setelah hari melelahkan tersebut, Airina memang langsung memilih berisitirahat. Namun, pagi-pagi sekali, sudah ada puluhan panggilan masuk dalam ponselnya dari nomor asing. Tak hanya itu, ada satu pesan baru juga. [ Jam 8 pagi akan ada sopir yang menjemputmu. Tolong siapkan dirimu dengan baik. Kita akan bert
Airina terdiam. Dia jelas menyadari itu. Namun, Airina menahan diri dengan terus mengulas senyum. Hanya saja, mengapa Arsen terus menggenggam tangan Airina? Airina berusaha tenang dan tidak memedulikan banyak orang yang menatap aneh ke arahnya. Tak lama, mereka pun tiba di sebuah ruangan. Ada seorang laki-laki paruh baya itu duduk membelakangi pintu. “Selamat pagi, Ayah,” sapa Arsen akhirnya. Setelahnya, laki-laki itu membalikkan kursinya, menghadap Arsen yang baru saja datang dengan seorang wanita. Hanya saja, matanya menyelidik Airina dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Siapa dia, Arsen?” tanya Yohan dengan tatapan aneh. “Dia wanita yang akan menikah denganku besok, Ayah. Aku datang ke mari hanya meminta restu dan meminta dukungan ayah dan ibu datang,” jelas Arsen dengan tegas. Mendengar itu, raut wajah Yohan terlihat sangat murka. Tangan kanannya sampai mengepal di atas meja. Namun, dia berusaha mengendalikan ekspresinya. “Jika demikian, ayah akan adakan makan malam dad
Airina mengerutkan kening. “Maaf, Nona. Siapa yang Anda maksud pelacur itu?” balasnya kesal. Seketika Gamma menarik tubuh Airina. Tangannya bahkan menarik rambut Airina dengan kuat. “Bodoh, pelacur itu kau!” tunjuk Gemma pada Airina, “perebut tunangan orang sama saja dengan pelacur murahan! Dengan penampilanmu yang seperti gelandangan, Arsen pasti tak tertarik denganmu jika kamu tidak melemparkan tubuhmu, kan?!” “Hei, wanita murahan!" tambahnya lagi, "akan kupastikan kau menjauh dari sisi Arsen karena--" "Arrgh," pekik Airina menahan sakit. Namun, baru saja ia ingin membalas, Arsen tiba-tiba datang. "Gemma, hentikan!” teriaknya. Kedatangan Arsen sontak membuat Gemma melepaskan cengkramannya dari rambut Airina. Secepat kilat, wajah Gemma berubah sangat memelas dan seolah sangat tidak berdosa. “Darl, pelacurmu itu yang memulai dulu, A-aku hanya memberinya pelajaran,” jelas Gemma dengan suara yang dibuat-buat. ‘Huek,’ gumam Airina dalam hati. Rasanya, dia ingin membalas jambaka
"Hah?" beo Airina tanpa sadar.Belum sempat memproses maksud ucapan tersebut, Arsen sudah kembali berbicara, "Tak usah dipikirkan. Yang jelas, lakukan perintahku sebelum aku berubah pikiran, Nona Airina.”Pria itu pun duduk di hadapan Airina sambil bersedekap dada. Matanya intens melihat wanita dengan rambut yang tergerai.Hanya saja, Airina fokus pada berkas yang ia berikan.Begitu selesai, Airina tiba-tiba mendongak.Dua pasang mata itu kembali bertemu tanpa sengaja.“Su-sudah.” Gemetar tangan Airina menyerahkan selembar kertas pada Arsen yang entah mengapa seperti ingin ... melahapnya?“Hanya ini?” tanya Arsen sembari menyunggingkan senyumnya sebelah.Airina sempat mengerutkan kening sebelum mengangguk. “Ya, aku hanya ingin meminta dukungan biaya untuk merintis bisnis bridal,” yakinnya.Pria itu lantas mengangguk. “Jika hanya itu biar aku atur, kembalilah ke kamarmu!” titahnya.“Terima kasih, Arsen.”Setelah berkata demikian, Airina bangun dari duduknya.Hanya saja, langkahnya terh
Mendengar itu, Airina menaikkan sebelah alisnya. “Ada urusan apa Anda di sini, Nona Gemma?” tanyanya singkat."Urusanku?" Tiba-tiba saja, Gemma berlari masuk ke ruangan Monsieur Pinault. Tangannya menarik Arsen dalam pelukannya. Siapapun yang melihat pasti menyadari bahwa pria itu sangat tak suka dengan kelakuan Gemma. Namun, wanita itu tak peduli dan justru berkata, "Aku ingin mengambil priaku."Mata Arsen membelalak. Dia membiarkan Gemma karena hubungan baik antarkeluarga mereka.Tapi, sepertinya wanita itu malah menjadi-jadi. Didorongnya Gemma agar menjauh darinya. “Apa yang kau lakukan, hah?!” bentak Arsen keras, "kau ingin kerjasama keluargamu diputus?" Alih-alih takut atas ancaman itu, Gemma malah semakin erat memeluk Arsen. “Jangan pura-pura tak suka, Darl. Apa kau membentakku agar jalang lusuh dan menjijikan itu tak marah padamu?” "Hei, pergilah! Arsen tak benar-benar menyukaimu," makinya pada Airina. Mendengar itu, Airina hanya tersenyum. Namun, itu justru membangkitk
Seorang pria baruh baya tampak berdiri dan menunduk hormat begitu Arsen dan Airina tiab di hadapannya.“Silakan duduk!” ucap Arsen pada tamunya itu.“Terima kasih, Tuan.”Setelahnya, Arsen membicarakan tentang konsep dekorasi ulang apartemen. Airina sebenarnya mendengarkan hal tersebut. Sesekali, ia ingin menimpali. Tapi, ia tersadar, apa haknya atas apartemen Arsen?Jadi, Airina memutuskan menatap sekeliling interior ruangan Arsen. Cukup lama percakapan itu terjadi, Airina pun teringat butiknya. “Arsen, maaf aku harus kembali ke butik,” bisiknya lirih.Arsen sontak menatap wanita itu, lalu mengangguk pelan. Melihat itu, Airina beranjak meninggalkan ruang tamu. Hanya saja, ia tak menyadari kakinya akan tersandung kaki kanan Arsen, hingga membuatnya hampir.Untungnya, Arsen berhasil merengkuh Airina dan mendudukkannya di atas paha pria itu. Deg!Degup jantung keduanya menjaadi tidak beraturan. Keduanya saling menatap intens.“Ekhm!” Pria paruh baya itu berdeham menyadarkan kedua