Share

44. Malam Pertama yang Tertunda

Tangan Aksa terus bergerak maju dan semakin mendekati bagian leher Agnes. Sedikit lagi ujung jemari tersebut akan menyentuh helaian selembut sutra yang menyelimuti sebagian leher Agnes, mata Agnes mendadak nyalang. Kantuknya pun hilang tanpa jejak.

Wanita itu refleks melayangkan tangan untuk menyerang Aksa. Lalu, tergabas bangkit dan duduk di tepi ranjang. Matanya terpaku pada sosok Aksa yang terhuyung akibat terkena hantamannya. Tidak sia-sia mendiang papanya selalu memaksanya untuk mengikuti latihan bela diri sejak kecil. Hal itu sungguh berguna. Instingnya tetap waspada, walaupun dia sedang lena.

Aksa memegangi dadanya yang terasa nyeri. Dia tak menyangka Agnes akan menyerangnya tiba-tiba. Mati-matian Aksa berjuang menahan jatuhnya bulir bening yang menggenang di sudut matanya.

Agnes menatap lekat ekspresi duka Aksa dalam heran. Apa pukulannya terlalu keras hingga nyaris membuat Aksa menangis?

“Ya Tuhan! Kamu benaran nangis?” Agnes terperangah. Kali ini mata Aksa tidak hanya mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status