Share

5. Wanita Keempat

Author: Aryan Lee
last update Last Updated: 2022-11-07 09:35:49

Hari demi hari tubuh Sari mulai pulih, sakit dan perih yang dirasakan berangsur hilang. Ia yang biasanya lebih memilih berdiam diri di kamar kini mulai merasakan jenuh.

Setelah berpikir, akhirnya Sari memberanikan diri untuk keluar dari kamar karena dalam perjanjian itu dirinya tidak boleh meninggalkan vila. Jadi ia merasa tidak melanggarnya larangan Tuan Adam.

Gadis itu mulai menyelusuri setiap ruang di dalam vila, walaupun dirinya tidak mengerti barang seni dan antik. Namun, Sari tahu jika barang-barang di tempat ini mahal dan mewah. Ia pun jadi semakin penasaran dengan jati diri Tuan Adam, apa pekerjaan dan tentu asal usulnya.

Sari terus mengikuti ke mana kakinya melangkah hingga, sampai di bagian dapur. Di sana terlihat Bi Euis yang sedang sibuk memasak, pasti untuk Sari tentunya.

Melihat Bi Euis yang repot sendirian, Sari segera menghampiri seraya bertanya, “Boleh saya bantu Bi?”

Seketika Bi Euis pun menoleh dan tampak terkejut atas kedatangan Sari. Kemudian ia balik bertanya dengan heran, “Nyonya kenapa kesini?”

“Saya bosan Bi di kamar terus, cuma menonton TV saja. Boleh kan saya keluar kamar?” tanya Sari kembali.

“Tidak apa-apa, lagi pula Tuan tidak ada di rumah kalau siang. Bahkan sudah berapa hari ini dia tidak pulang,” jawab Bi Euis sambil terus memasak.

Tanpa sungkan Sari langsung membantu pekerjaan di dapur. Wanita itu terlihat gesit dan cekatan sehingga pekerjaan Bi Euis lebih cepat rampung dari biasanya. Dalam sekejap Sari sudah bisa menarik hati Bi Euis.

“Aduh Nyonya maafnya jadi merepotkan,” ucap Bi Euis jadi tidak enak hati.

“Sama-sama Bi, saya sudah biasa melakukan ini semua,” balas Sari sambil tersenyum, “Bi, jangan panggil saya Nyonya cukup Sari saja!” pintanya yang merasa risi dengan sebutan itu.

“Baiklah, kalau begitu saya panggil Neng saja ya?” jawab Bi Euis sambil bertanya. Sari pun segera mengangguk tanda setuju, “Neng Sari mau makan?” tanyanya kembali.

“Nanti saja Bi, saya belum lapar,” jawab Sari sambil duduk di sebuah bangku yang menghadap ke halaman belakang.

Bi Euis segera menemani Sari untuk menikmati semilir angin yang membelai peluh di wajah. Begitu sejuk hingga rasa gerah hilang seketika dari tubuh mereka.

“Kalau boleh saya tahu, Neng Sari asalnya dari mana?” tanya Bi Euis membuka pembicaraan.

“Saya dari desa ….” Sari pun mulai menceritakan tentang asal usul dan kehidupan keluarganya.

Bi Euis tampak mendengarkan dengan saksama dan merasa simpati dengan cerita Sari. Wanita paruh baya itu tidak heran jika Sari bisa terjebak dalam perkawinan ini.

Setelah mendengar cerita Sari, Bi Euis tampak menghela nafas panjang dan berkata, “Yang sabar ya Neng! Semoga Tuan Adam cepat membebaskan kamu dan menyadari jika perbuatannya itu salah.”

“Iya Bi, semoga Sari bisa cepat berkumpul dengan keluarga. Pasti ambu sekarang sedang mencemaskan saya yang tidak pulang,” ujar wanita itu sambil tertunduk sedih.

“Kalau soal itu Neng tidak usah khawatir! Pasti Damar sudah mengatur semua. Lelaki itu mulutnya sangat manis sehingga orang-orang mudah ditipu olehnya.” Bi Euis memberikan pendapatnya.

“Kalau Bibi sendiri sudah berapa lama kerja di sini? tanya sari kemudian.

“Kurang lebih empat tahun,” jawab Bi Euis kembali.

“Apakah Kang Damar itu bekerja untuk Tuan Bi?” tanya Sari ingin tahu.

“Iya, dialah yang bertugas mencari calon pengantin untuk Tuan,” jawab Bi Euis sambil menoleh ke arah Sari, “Neng adalah wanita ke empat yang Tuan Adam nikahi secara kontrak,” ujarnya kembali memberitahu.

Sari tampak terkejut mendengarnya dan tidak pernah menyangka. Dengan spontan ia pun bertanya, “Apa Bi, saya yang ke empat. Lalu di mana istri-istri yang lainnya?”

“Sudah dicerai semua oleh Tuan Adam,” jawab Bi Euis.

“Kenapa Bi?” tanya Sari makin penasaran.

“Karena Tuan Adam tidak menginginkannya lagi,” jawab Bi Euis kembali.

Sari tampak menghela nafas panjang dan memberikan pendapatnya, “Pasti mereka dicerai setelah Tuan Adam sudah bosan dan mencari lagi yang baru.”

“Mungkin,” jawab Bi Euis singkat.

Kini sari pun sadar jika dirinya hanya di jadikan pemuas nafsu saja dengan berkedok pernikahan. Namun, jika itu alasannya kenapa Tuan Adam tidak membayar wanita malam saja untuk tidur dengannya. Sungguh ia tidak mengerti jalan pikiran suaminya itu.

“Bi, Tuan Adam kan kaya raya kenapa ia tidak jajan saja. Pasti banyak wanita cantik yang mau tidur dengannya?” Sari terus bertanya tentang jati diri suaminya.

Sambil tersenyum Bi Euis pun menjawab, “Karena ia memegang teguh prinsipnya.”

“Maksud Bibi?” tanya Sari tidak mengerti.

Belum sempat Bi Euis menjawab, tiba-tiba seseorang memanggil namanya.

“Bi Euis … Bi Euis.”

Bi Euis segera berdiri dan menghampiri ke arah sumber suara. Begitupun dengan Sari yang bergegas menyusul Bi Euis.

“Ada apa Kang?” tanya Bi Euis kepada seorang penjaga

“Minta kopi atuh Bi,” jawab lelaki bertubuh besar itu sambil melirik ke arah Sari.

Bi Euis segera membuatkan dua buah gelas kopi dan memberikannya kepada lelaki itu.

“Hatur nuhun, Bi,” ucap lelaki itu sambil menerima pesanannya.

Bi Euis pun mengangguk dan kembali menghampiri Sari.

“Akang itu siapa Bi?” tanya Sari ingin tahu.

“Namanya Kang Asep dia salah satu penjaga di sini,” jawab Bi Euis.

“Jadi yang tinggal di sini Tuan Adam, kita dan dua penjaga vila ya Bi?” tanya Sari kembali.

“Betul Neng,” jawab Bi Euis membenarkan.

Ketika Sari hendak bertanya lagi, tiba-tiba perutnya terasa lapar. Seketika ia pun jadi malu kepada Bi Euis yang mendengar perutnya keroncongan.

Bi Euis tampak tanggap dan berkata, “Saya akan siapkan makan siang buat Neng.”

“Tidak usah Bi, kita makan bareng di sini saja!” cegah Sari.

“Tapi Neng kan—“

“Sekarang Bibi adalah temanku di sini, jadi tidak boleh sungkan ya!” potong Sari cepat.

Bi Euis merasa kagum dengan Sari yang sopan santun. Bahkan untuk mengambil nasi saja dirinya didahulukan. Sungguh beda sekali dengan para istri-istri Tuan Adam terdahulu yang hanya bisa perintah dan selalu ingin dilayani layaknya ratu di rumah ini.

Sehabis makan Sari juga segera mencuci piring lalu ia menghampiri Bi Euis yang hanya duduk memperhatikannya saja.

“Oh ya, sekarang katakan kepadaku apa itu prinsip Tuan Adam Bi!” pinta Sari dengan serius.

Bi Euis pun segera menjelaskan, “Tuan Adam tidak mau berbuat zina maka dari pada itu ia menikahi para wanita yang dikehendakinya.”

Sari tampak mengangguk sedikit demi sedikit ia mulai mengerti seperti apa sosok Tuan Adam yang sebenarnya.

“Lalu kenapa Tuan Adam tidak menikah saja agar sah secara hukum dengan wanita yang ia cintai?” Sari kembali memberondong Bi Euis dengan pertanyaan demi pertanyaan.

“Kalau itu bibi tidak tahu Neng,” jawab Bi Euis.

Sari terlihat sedikit kecewa ternyata Bi Euis tidak tahu semua mengenai jati diri suaminya. Namun, ia yakin suatu saat akan tahu siapa Tuan Adam sebenarnya.

BERSAMBUNG.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Sementara Tuan Adam   End 79. Kucintai Kamu Dalam Doaku

    "Memakai hijab itu adalah salah satu kewajiban muslimah demi menjaga auratnya. Tapi mengenakan kerudung itu harus berdasarkan keimanan bukan karena sesuatu hal. Misalnya untuk menarik perhatian orang agar terlihat lebih baik," ujar Azza menjelaskan setelah mendengar keinginan Jelita yang mau memakai hijab. Jelita kemudian menegaskan,"Oh seperti itu, jadi kalau hati kita belum mantap sebaiknya jangan berhijab dulu?" "Boleh-boleh saja untuk belajar. Tapi amat disayangkan, kalau kita sudah memakai hijab karena alasan tertentu lalu melepasnya kembali, miris melihatnya," ujar Azza yang juga memberitahu bagaimana sikap seorang muslimah terutama dalam menjaga aurat dan pandangannya. "Ya sudah kalau begitu aku mau belajar sekarang," ujar Jelita dengan antusiasnya. Mendengar itu Azza tampak senang sekali dan mengajak, "Boleh, ayo sini aku ajarkan memakai hijab!" Azza kemudian memilah koleksi hijabnya dan mulai mengajarkan Jelita cara memakainya. "Masya Allah, kamu cantik sekal

  • Istri Sementara Tuan Adam   78. Mencarimu

    "Jelita mana Tante?" tanya Fatih sambil mencari gadis itu dengan kedua mata elangnya. Dengan tetap tenang Tante Windi menjawab, "Ada di kamar sedang istirahat. Duduklah Fatih, sepertinya kita harus bicara!" Fatih segera duduk di sofa berhadapan dengan Tante Windi."Menurut Tante, kamu fokus saja urus perusahaan. Soal Jelita biar Tante yang tangani. Dia sudah dewasa Fatih, jadi sudah berani membangkang dan bisa melakukan perbuatan lebih nekat lagi, kalau terlalu dikekang!" ujar Tante Windi memberikan masukan ketika Fatih datang untuk menjemput Jelita.Fatih tampak berpikir sesaat dan menurut saran dari Tante Windi ada benarnya juga. Dengan tinggal di rumah ini, ia bisa bekerja dengan tenang dan tidak perlu khawatir lagi. "Baiklah, aku setuju Jelita tinggal bersama Tante. Tapi aku akan menambah beberapa orang keamanan lagi," ujar Fatih menyetujui."Oke, demi Jelita kamu boleh memperketat keamanan untuknya!" ujar Tante Windi sambil mengangguk kecil. "Sebelum pulang, aku mau bicara e

  • Istri Sementara Tuan Adam   77. Aku Tidak Mau Pulang

    "Kamu harus pulang Nak, agar keluarga Jelita tidak cemas!" saran Sari setelah mendengar cerita Jelita.Jelita langsung terlihat sedih dan memohon, "Tolong Bu, izinkan aku menginap beberapa hari lagi!"Sari segera membelai kepala Jelita seraya berkata, "Maaf Nak, ibu dan abi bukan tidak suka kamu menginap di rumah kami. Tapi tanpa izin dari orang tua, kamu akan dianggap hilang. Jadi sebelum mereka lapor polisi sebaiknya kamu pulang dulu. Nanti boleh menginap lagi di sini kapan pun."Jelita tampak menghela napas panjang. Ia mana mungkin diizinkan menginap di rumah orang lain. Keluar dari pintu gerbang rumah saja dilarang. Gadis itu terus berpikir agar bisa tinggal lebih lama lagi di rumah ini. "Ya sudah, boleh aku pinjam telepon, untuk menghubungi mami di rumah?" pinta Jelita yang dijawab anggukan oleh Sari. Setelah dipinjami telepon, Jelita segera menjauh untuk menghubungi keluarganya. Jelita tentu tidak mau merepotkan Yusuf dan keluarganya yang begitu baik. Ia akan pulang dan kemba

  • Istri Sementara Tuan Adam   76. Mengenalmu

    Mentari tampak bersinar di ufuk timur. Bunga dan dedaunan terlihat segar dibalur sisa air hujan. Jelita sudah bangun dengan tubuh yang lebih bugar, meskipun kakinya masih terasa pegal akibat lari kemarin. Ia segera membasuh tubuhnya yang terasa lengket, meskipun air cukup dingin. Setelah itu segera memakai celana panjang dan sweater yang dibawakan Azza semalam. Setelah selesai, Azza datang lagi menemui Jelita. Tidak lama kemudian kedua gadis itu segera ke luar dari kamar dan menuju ke ruang makan. Di mana keluarga Tuan Adam terlihat sedang sarapan bersama. "Jelita kenalkan ini, Ibu, Abi dan Kang Yusuf," ujar Azza memperkenalkan keluarganya. Jelita segera menyalami Sari, sedangkan Tuan Adam dan Yusuf hanya mengatupkan tangan. "Nama yang cantik sesuai dengan orangnya. Bagaimana keadaan kamu Nak?" tanya Sari sambil tersenyum ramah. "Aku baik-baik saja Bu. Terima kasih, sudah memberikan izin untuk menginap di sini," ucap Jelita yang merasa disambut dengan hangat, padahal mereka baru

  • Istri Sementara Tuan Adam   75. Kabur (Season 2)

    Hujan masih mengguyur kawasan puncak. Ketika sebuah mobil mewah tiba-tiba berhenti di jalan yang tampak macet. Seorang gadis cantik terlihat ke luar dari kendaraan itu dan berlari ke arah belakang. Tidak lama kemudian disusul oleh pria berbadan besar dan berpakaian rapi. "Tunggu, jangan pergi Non!" seru pria itu sambil mengejar.Gadis itu tampak ketakutan dan terus berlari sekencangnya. Sesekali ia berhenti di belakang kendaraan lain, sambil mengatur nafas dan berharap pria itu tidak mengejarnya lagi. Akan tetapi, doanya tidak terkabul. lelaki itu justru semakin dekat ke arahnya. Sehingga membuat gadis itu jadi kian panik."Pokoknya aku tidak mau kembali ke rumah," lirih gadis itu yang segera kembali berlari dengan nafas yang terengah. Namun, ketika di belakang mobil box Ia sudah tidak kuat lagi untuk melarikan diri. Kini dirinya hanya bisa pasrah akan apa yang terjadi. Alunan musik terdengar mengalun syahdu dari salah satu mobil sayur. Seorang pria bermata teduh tampak menikmati l

  • Istri Sementara Tuan Adam   74. POV Adam, Bu Nilam dan Sari.

    Lelaki sejati.Waktu terus bergulir, tidak terasa usiaku kian menua, raga ini juga mulai sakit-sakitan. Untung aku mempunyai seorang istri yang sangat perhatian sekali. Ia Seorang perempuan hebat yang Allah jodohkan dengan diriku ini yang jauh dari kata sempurna.Selama pernikahan kami tidak pernah sekalipun Sari mengeluh, ia selalu sabar dan ikhlas dalam mengurus dan merawatku anak-anak, dan ibuku. Sungguh aku sangat bersyukur karena semenjak kecelakaan 20 tahun yang lalu, seolah Allah memberikan aku kehidupan kedua untuk memperbaiki diri untuk menjadi lelaki sejati.Kini perkebunan sudah dipegang oleh Yusuf, sedangkan aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan hanya sesekali ke kebun jika Yusuf sedang keteter atau pergi. Aku menjalani sisa hidupku dengan banyak beribadah dan sering ke masjid.Alhamdulillah … aku di percaya menjadi salah satu pengurus. Rasanya begitu damai hati ini banyak melakukan kegiatan di rumah Allah. Sungguh aku tidak pernah merasa hati ini begitu bahagia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status