Mentari baru saja terbit di ufuk timur, sinarnya yang hangat menerangi indahnya langit biru.Sari tampak menyaksikan semua itu dari balik jendela kamarnya. Ia pun berandai jika punya sayap seperti burung. Pasti dirinya bisa pergi dari tempat ini dan tidak akan kembali lagi. Seketika hembusan angin segar menerpa wajah cantik Sari. Membuyarkan angannya yang tidak mungkin terwujud.Tiba-tiba Sari merasa lapar. Ia segera keluar dari kamar tanpa menunggu Bi Euis datang mengantarkan sarapan. Sari melihat Bi Euis sedang memasak dan segera membantu seperti biasa.“Bi Euis, masak apa?” tanya Sari sambil menghampiri.“Masak bubur untuk Tuan yang sedang tidak enak badan,” jawab Bi Euis.“Apa? Tuan sakit?” tanya Sari dengan terkejut karena semalam Tuan Adam tampak sehat-sehat saja.“Sepertinya begitu,” jawab Bi Euis sambil mengaduk bubur di panci. Tiba-tiba wanita itu merasa kepalanya pusing.Melihat Bi Euis yang gontai Sari segera memegang wanita itu seraya bertanya, “Bi Euis kenapa?” “Tidak ap
Malam semakin larut, di dalam kamar Tuan Adam, Sari sedang menemani suaminya yang masih demam. “Panas sekali,” ujar Sari sambil menempelkan tangannya ke dahi Tuan Adam. Sari kemudian mengambil handuk kecil dan membasahi, lalu menaruh di dahi suaminya. Tuan Adam tidak bergeming dengan mata terpejam. Sambil merasakan tubuhnya yang panas tinggi.“Bagaimana kondisi Tuan, Neng?” tanya Bi Euis ketika melihat Tuan Adam yang terbaring lemah.“Masih panas Bi, padahal tadi Tuan sudah minum parasetamol,” jawab Sari dengan pelan karena takut menganggu.Bi Euis tampak terdiam dan merasa heran karena selama bekerja dengan Tuan Adam, belum pernah majikannya itu sakit seperti ini. Kemudian Bi Euis pun berkata, “Kita tunggu sampai besok, kalau kondisi Tuan Adam tidak juga membaik. Baru bibi akan panggil dokter untuk memeriksanya."Sari mengangguk menyetujui saran dari Bi Euis. Tidak lama kemudian ia melihat wanita paruh baya itu tampak menguap. Lalu dirinya pun berseru, “Bibi kalau sudah mengantuk t
Ketika malam tiba, Sari segera datang ke kamar Tuan Adam seperti biasanya. Ia terlihat gemetar membayangkan pria itu akan menggauli dengan kasar lagi. Sesampai di depan ranjang, Wanita itu tertegun karena tidak mendapati suaminya berada. Matanya kemudian menelisik sekeliling kamar.“Aku di sini, kemarilah!” seru Tuan Adam dari atas balkon.Sari segera menuju balkon dan menghampiri Tuan Adam yang sedang menatap ke langit. Di mana tampak purnama bersinar terang, berpadu dengan taburan bintang. Menjadikan malam ini begitu indah dipandang mata. Sampai beberapa saat, Tuan Adam masih tidak bergeming menatap rembulan, entah apa yang didapatkannya. Sementara itu bagi Sari, keindahan sesungguhnya adalah yang tampak di mata. Sungguh hatinya berdecak kagum melihat mahluk ciptaan Allah yang satu ini. Begitu sempurna secara pisik dan tiada cela. Ia bahkan tidak berkedip sedikit pun menatap Tuan Adam, sambil membiarkan getar-getar cinta yang mulai tumbuh di hatinya.“Jangan menatapku seperti itu
Hari berganti hari, lambat laun sikap Tuan Adam mulai melunak dan tidak menyentuh istrinya dengan kasar lagi, seperti awal pernikahan dulu. Hal itu dikarenakan Sari sudah bisa mengambil hati suaminya. Tuan Adam sangat puas dengan pelayanan Sari sebagai seorang istri, baik itu soal perut ataupun urusan ranjang. Terkadang Tuan Adam suka memberikan Sari kejutan berupa hadiah, entah itu uang atau perhiasan. Kini hidup Sari telah berkecukupan dan tidak kekurangan apa pun lagi. Akan tetapi, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam. Sari merasa hidup bagaikan dalam sangkar emas. Ia sangat merindukan keluarganya, entah bagaimana nasib ibu dan kedua adiknya yang masih bersekolah. Selalu memikirkan keluarganya, Sari jadi drop dan sakit.“Ambu, Sari kangen,” lirih Sari merasakan kepalanya yang pusing. Tidak terasa air matanya jatuh berderai.“Kenapa menangis. Apakah Tuan kasar lagi sama Neng?” tanya Bi Euis ketika memergoki Sari sedang menitikkan air mata.Sari tampak menggeleng sambil menyeka
[Assalamualaikum ..., bagaimana kabar Ambu, Jaka dan Ningsih? Kalau keadaan Sari baik-baik saja di sini, jadi Ambu jangan khawatir! Maaf, Sari belum bisa pulang dalam waktu dekat ini. Salam rindu Sari.]Tuan Adam kemudian melipat surat itu dan memberikannya kepada Kang Asep seraya berseru, “Sampaikan surat dan amplop ini ke tangan yang bersangkutan dan ingat pesanku tadi!”“Baik Tuan,” sahut Kang Asep dengan sigap, “Nyonya bisa beritahu alamatnya?” pinta lelaki itu kemudian.Sari kemudian menyebutkan alamat rumahnya dengan lengkap, sementara itu Kang Asep mendengarkan sambil menganggukkan kepalanya tanda mengerti.“Apakah sudah jelas, Kang?” tanya Sari memastikan."Iya Nyonya, saya tahu daerah itu,” jawab Kang Asep.Kemudian Sari menyodorkan sebuah amplop kecil dan berkata, "Oh ya Kang, titip ini.""Pegang saja, itu sudah lebih dari cukup!" cegah Tuan Adam.“Permisi Tuan, Nyonya,” pamit lelaki itu undur diri.Sari menatap kepergian Kang Asep sampai hilang di balik pintu. Tiba-tiba air
Tuan Adam sudah bersiap untuk menyambut kedatangan istrinya di kamar. Ia berniat akan menggempur Sari habis-habisan sebelum keberangkatannya besok ke luar kota. Namun, setelah menunggu sekian lamanya. Sari tidak juga menunjukan kehadirannya. Sehingga membuat Tuan Adam tidak sabar dan segera pergi ke kamar istrinya. Dengan perlahan Tuan Adam membuka pintu kamar Sari dan melangkah masuk nyaris tanpa suara. Ia melihat istrinya yang sedang tertidur pulas. Seketika ular kobra lelaki itu langsung bangun. Seperti melihat mangsa yang tidak berdaya. Tuan Adam yang sudah tidak sabar segera memeluk istrinya. Seketika Sari pun terjaga dan ia sangat terkejut melihat Tuan Adam Sudah berada di atas tubuhnya."Tuan, kenapa ke sini?" tanya Sari ketika teringat seharusnya ia yang datang ke kamar suaminya."Kamu lama sekali," jawab Tuan Adam sambil mengelus pipi Sari dengan penuh gairah."Maaf saya ketiduran," ucap Sari, “Apakah Tuan menginginkannya di sini?” tanyanya kemudian.“Iya,” jawab Tuan A
"Baiklah Nyonya, tetapi saya akan antarkan besok ya! Kalau sekarang motor saya sedang dipinjam oleh saudara, besok pagi baru dikembalikan ke sini. Tapi jangan lama-lama ya Nyonya! Takut nanti Tuan pulang tiba-tiba," ujar Kang Asep menyanggupi. "Baik Kang, sekarang petikan saya mangga lagi ya!" pinta Sari dengan seulas senyum yang mengembang.Setelah Kang Asep mengambilkan beberapa buah mangga muda lagi, Sari segera masuk ke dalam vila dengan senangnya. Ketika sedang menuju ke kamarnya, Sari tidak sengaja berpapasan dengan Bi Euis."Dari mana Neng?" tanya wanita paruh baya itu dengan heran."Itu Bi, habis minta tolong sama Kang Asep untuk ambilkan buah mangga lagi!" seru Sari yang membuat Bi Euis tampak tertegun melihatnya. Sari tidak memberitahu rencananya kepada Bi Euis. Dia berpikir besok saja, kalau sudah mau berangkat pulang.Setelah Sari masuk ke kamarnya, Bi Euis segera pergi ke dapur dan menuju tempat penyimpanan obat. Lalu mencari sesuatu di dalam kotak itu. Tidak lama kemud
Seperti sebelumnya, Tuan Adam pulang tiba-tiba. Ia sudah membawa sebuah kejutan besar untuk Sari. Pasti demi mendapatkan pelayanan yang memuaskan dan rasa rindu yang terus menuntut untuk bertemu.Ketika hendak ke kamar istrinya, Tuan Adam melihat Sari sedang berada di taman. Ia kemudian melangkah tanpa suara, menghampiri wanita itu dari arah belakang."Sedang apa?" tanya Tuan Adam sambil memeluk Sari sehingga wanita itu hampir melonjak kaget.“Tuan sudah pulang?” tanya Sari dengan terkejut. Gagal sudah rencananya untuk pulang. Biarlah masih ada hari esok.“Pekerjaanku sudah selesai dan aku sangat merindukanmu,” jawab Tuan Adam dengan senyum yang menggoda. Lelaki itu pun mencoba untuk mencium istrinya.Sari pun mengelak seraya berseru, “Jangan Tuan, tidak enak nanti diliat Bi Euis dan penjaga!”“Biarkan saja, aku tidak perduli!” ujar Tuan Adam sambil terus mendekatkan wajahnya.Sari perlahan melangkah mundur. Lalu berlari kecil untuk menghindari Tuan Adam yang berusaha untuk menggapainy